Cuman nambahin Kang Ocoy, soal Slamet, mmg dari dulu petani kita mmg dibikin miskin. Sistem dibikin tidak mendukung petani. Maksudnya..negara kita sebenarnya khan negara Agraris, berbahaya kalau sistem kita dikendalikan oleh petani, ngerti khan....bisa2 balik lagi jadi komunis. Makanya..oleh kapitalis2 itu petani kita gak akan pernah dibikin kaya sampai kapanpun. This is Bloody sucking country.
gak usah petani deh, kalau kang Ocoy udah punya anak, ngerti banget deh... sekolahin di sekolah mahal, tapi teteup aja..masih dikerjain oleh Diknas. Sistem sekolah national plus gak jelas. Padahal maunya nyekolahin anak di national plus biar anak bisa go global, tapi...itu dia.. Diknas gak rela kali ya.. murid2nya jadi pintar. Aneh...mereka maksa anak2 Indo harus punya ijasah nasional, jadi yang berburu ijasah international (cambridge, IB,dll) diharuskan jg berburu ijasah national. Katanya anak2 ini kalau gak punya ijasah national gak akan bisa continue study disini. Pertanyaan: memangnya ijasah Indonesia itu competitif apa di internasional? Enggak khan... Wong S1 aja masih level undergraduate di luar. Aneh bin ajaib... katanya negara ini mau go global, tapi kok... tertutup gitu.. Kalau dilihat GMAT nya Indonesia (lupa itu namanya..) isinya nyontek abis Cambridge. Udah gitu gak ngakuin Cambridge.. Negara ini memang sedang bingung... tapi bingungnya itu mengorbankan anak2 bangsa yang pingin go global jadi berat karena harus fight ijasah national plus international. Dilema as parents gimana ya... kalau sekolah lokal, berat go global. Kalau sekolah national plus.. berat harus ambil ijasah 2. Bloody sucking country.... ----- Original Message ---- From: kang_ocoy_maen_saham <[EMAIL PROTECTED]> To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Sent: Tuesday, 25 March 2008 9:44:41 Subject: [obrolan-bandar] Re: main saham >< kapitalis haha engga pak.. cuman suka keusik ga sih pak.. buat sebagian orang itu hefty profit by exploit weakness ato loophole di sistem finansial dgn currency play ato margin leverage cornering ato semacemnya seems like a "fair and square deal" or just an usual act on so-called modern world., tp seringnya yg kena dampak parahnya ya masyarakat awam pak. ga ngerti apa2. buat survive hidup sehari2 aja udah barely, gimana bisa punya priviledge investing kaya kita semua.. bubble harga makanan partly disebabkan sama spekulan, pun harga BBM, pun harga material, atau waktu krisis98 dulu jg mata uang kita terpukul.., kan kasian rakyat yg kecil-kecil pak. seems hypocrite emang krn kita2 semua ya dibilang kapitalis ya iya jg wong idupnya dr pasar modal. tp untuk bisa TERTAWA2 dan BERBANGGA2 dr hasil eksploitasi yg di sisi sebelah sana mungkin aja malah ngebikin hidup banyak orang jd susah tanpa tahu sebab kenapa hidup mereka yg udah sulit makin sulit seems to aching to just be ignored and valued as "common practices".. sedikit ngingetin yg kmaren terakhir pak., diambil dr catatan pinggir goenawan mohammad. ini dekat sekali dgn kita. paling tidak lingkungan sosial saya masih sering nemu yg kayak gini., pensiunan ngeluh karena daya beli uangnya makin lama makin susah., tukang gorengan depan kantor curhat gara2 minyak goreng mahal dy susah nabung buat anaknya sekolah. yah di Indonesia mah begini., gatau tuh di kampungnya El gimana. mungkin jauh lebih beruntung dari kebanyakan kita. yah gimana lagi yah.. Let's all Hail The Great Capitalism Than!! (Dengan Senym Kecut dan Lidah Tertahan) Slamet Slamet adalah sebuah teriakan, ketika ia bunuh diri pada umur 48. Mungkin kota Pandeglang mendengarnya. Mungkin Banten dan Jakarta mendengarnya. Tapi hanya 10 menit. Segera setelah itu, teriakan itu lenyap. Slamet hilang. Ia kembali jadi noktah yang melintas tipis pada layar radar, seperti berjuta-juta titik lain yang diabaikan. Jakarta sibuk. Tuan-tuan sibuk: tuan-tuan berbaris membesuk Suharto, sang patriakh yang gering terbaring di rumah sakit itu, dan dengan tekun tuan-tuan mengikuti naik-turun tekanan darahnya, menyimak jantung dan paru-parunya, berkomat-kamit membaca doa untuknya, dan berseru, makin lama makin keras, maafkan dia, maafkan dia … Tentu, semua itu karena tuan-tuan orang yang beradab. Tapi tak ada peradaban yang tak berdiri di atas pengakuan bahwa ada mala yang besar, (meskipun tak disebut sebagai dosa), ketika di luar pintu seseorang rubuh, tertindih, hilang harap — dan kita tak menolongnya. Slamet adalah indikator negatif peradaban. Lelaki ini seorang pedagang yang tekun, meskipun tetap miskin. Sejak 1993 dengan angkringannya ia jajakan gorengan singkong, tahu, tempe, dan pisang di sekitar jalan Ahmad Yani di Pandeglang. Ia pernah yakin hidup akan lebih baik setelah ia berhenti bekerja di sebuah pom-bensin. Mula-mula memang ada harapan: ia bisa memperoleh untung sedikit sedikit. Kata isterinya, Nuriah, Slamet dapat membawa laba sampai Rp 20 ribu sehari. Tapi kemudian harga kedelai naik cepat dari Rp 3.400 menuju ke Rp 8000 sekilo. Akhirnya Slamet hanya bisa membawa pulang rata-rata Rp 8000, sementara tiap kali ia harus belanja bahan sampai Rp 100 ribu. Apa yang bisa dilakukannya? Utangnya memberat. Tapi bukan hanya itu yang menimpanya. Ia, yang lahir di Ciamis dan mati di Pandeglang, ia yang berkeluarga di rumah 7 x 7 meter persegi berdinding gedeg yang terletak di dekat Pasar Badak, ditentukan nasibnya tak di sana, melainkan di kejauhan: oleh para birokrat Departemen Pertanian dan Perdagangan, oleh pasar dunia yang bergejolak, oleh ladang dan lumbung di Amerika Serikat, oleh pusat-pusat makanan di Cina, oleh cuaca dan panen di Brazil, oleh struktur agribisnis di Argentina. Apa daya Slamet di sela-sela jaringan raksasa itu? Seorang pakar Departemen Pertanian Amerika Serikat telah memperhitungkan, produksi kedelai tahun 2007-2008 akan turun 14% di negeri itu, dan pembaca koran tahu Amerika Serikat adalah salah satu produsen terbesar. Ketika para petani Amerika mendahulukan menanam jagung yang lebih menguntungkan untuk industri biodiesel, suplai kedelai pun merosot di dunia. Sementara itu, Brazil dan Argentina hanya meningkat sedikit panennya. Sementara itu, permintaan bertambah, terutama dari Cina dan India, dua negeri yang lebat penduduk dan sedang tumbuh pesat ekonominya. Maka harga pun membubung tak terelakkan. Di Pandeglang, Slamet terjungkal. Apa yang bisa dilakukannya? Ia hidup di sebuah negeri dengan para birokrat yang seperti tak hendak tahu dan berbuat; trend memburuk di pasar dunia itu bukanlah sesuatu yang mendadak. Slamet adalah sebuah indikator keteledoran. Ia juga gejala kegagalan. Di tahun 1974, Indonesia bisa memenuhi kebutuhan kedelai dengan produksi sendiri, tapi sejak 1975 sudah mulai jadi pengimpor. Ketika di Jawa tanah-tanah pertanian yang subur dipergunakan untuk kebutuhan lain, kedelai kian tak dapat ruang yang cukup untuk ditanam. Seorang peneliti, Dewa K.S. Swastika, bahkan sejak tahun 2000 menghitung: tanpa terobosan yang berarti, defisit kedelai akan berlanjut. Apa "terobosan" itu, saya, seperti halnya Slamet, tak tahu. Yang saya tahu, Indonesia tak mengalami apa yang dialami Brazil. Di sana, demokrasi yang menggantikan kediktaturan militer membongkar juga kendali pemerintah atas pasar, dan di antara 2002-2003 (ketika di Indonesia tak ada lagi harapan untuk swa-sembada) di negeri Amerika Selatan itu produksi kedelai naik hampir 300% dibandingkan dengan 1987-1988. Lebih beruntungkah Brazil ketimbang Indonesia, yang kembali ke demokrasi dengan masyarakat yang telah dipangkas habis sumber-sumber kepemimpinannya? Saya tak tahu adakah ini soal malang dan mujur. Yang pasti, demokrasi datang dan negeri ini hanya punya sederet pengambil keputusan yang kacau, atau tak cerdas, atau bingung. Tampaknya cerita kedelai ini juga cerita keledai-keledai. Tuan-tuan pasti tak mau seperti itu. Tapi jangan takut. Cerita Slamet bukanlah hanya cerita tentang tempe dan kekuasaan dan kebebalan. Ia juga cerita sebuah keadaan, ketika seorang bisa begitu putus asa dililit utang yang tinggal separuh dari Rp 5 juta, sementara tak jauh dari tempat ia menggantung diri ada orang-orang yang menghabiskan beratus juta untuk satu malam perhelatan. Cerita Slamet adalah cerita seorang yang dibunuh dengan acuh tak acuh. Maka ia juga cerita tentang kematian yang tak terdengar, tapi seperti sebuah teriakan. Slamet memang tak menggugat siapa-siapa, tapi ia tetap sebuah kontras: ia kecemasan yang tak ditengok, ia bukan Suharto yang terus menerus dijenguk. Tapi ia lebih siap mati. Menjelang ia menggantung diri, dibelinya dua helai kaus putih. Ia bicara dengan Oji, anaknya yang masih di kelas tiga SMK Pariwisata dan sudah setahun belum membayar uang sekolah. Ia bisikkan bahwa ia akan segera meninggal. Slamet akhirnya sebuah cerita selamat tinggal yang tenang. Putus-asa itu tampaknya menyebabkannya siap dan ikhlas. Ia adalah pemberitahuan, ia seperti sajak Subagio Sastrowardojo: pada akhirnya, apa sebenarnya yang dimiliki manusia? Tak ada yang kita punya Yang kita bisa hanya membekaskan telapak kaki, dalam, sangat dalam, ke pasir Lalu cepat lari sebelum semua beakhir ~Majalah Tempo, Edisi. 47/XXXVI/21 - 27 Januari 2008 --- In obrolan-bandar@ yahoogroups. com, "ngarep.kaya. nih" <[EMAIL PROTECTED] .> wrote: > > ha ha ha ... bukan belain siapa-2 tp cuman geli ajah.... udah dibilang email direct aja kan.. > Kang kalo 98 baru masuk smp berarti belum ngalamin market gini ya ??? (sorry bukan ngeledek ya...) > Market seperti ini yang dicari karena menurut saya, u gain from volatility not only from bull market. Setuju gak ya ? > Lagian maen saham kan capitalism, kalo gak maen indeks syariah aja kali..?? > > kang_ocoy_maen_ saham <kang_ocoy_maen_ [EMAIL PROTECTED] > wrote: Dasar Kapitalis Kamuh!! ;P... Kembalikan Kemakmuran Kepada Rakyat!!!.. > > -Now that u mentioned The Baht Currency Disaster., Hiks.. jd inget > krisis 98.. waktu itu baru masuk smp, tp keterpurukan rakyat gara2 > spekulator masih kerasa ampe sekarang... sialan kalian para kapitalis... > > --- In obrolan-bandar@ yahoogroups. com, Elaine > <you.can.call. me.elaine@ > wrote: > > > > *I'm not a trader, so I guess I still rely on my salary. :) But if > you ask > > about the firm I work for, well for Asia Pacific it's around USD 2,500 > > million this year (excl. China & Malaysia) in stocks/options, swaps, > bonds > > and forex. (that makes up around 33% gain, we made a big shot when we > > shorted the USD) > > > > Before I got flamed again, guys please DON'T SPAM this mailing list. > Mind > > other members. If your subject is specifically directed to me, then > email me > > directly. Ok? :) > > > > Umm about the robots, I'm not talking about things like the Transformers > > LOL. It's actually a computer network that manage our portfolios > around the > > world. Come on, don't tell me you didn't know this kinda stuff. > Almost all > > brokerage firm in the world utilize this one. > > > > I read someone commented about LTCM. I know, they suffered huge loss > in 1997 > > (they were bailed out but later liquidated) but it was global financial > > catastrophe. Even the Russian government defaulted their bonds and most > > Asian country were troubled with the crisis (which all started from > the fall > > of Baht - shorted by speculators lol. Baht plunged because of liquidity > > crises from PROPERTY developers who were unable to pay their US dollar > > nominated debt from banks) > > > > But the failure of LTCM was caused by using a strategy which was > non-market > > directional (ignoring stock PRICES and interest RATES). They also > > overweighted in Merger Arbitrage and SP500 options. > > > > *blah blah* > > > > I could explain more but this is OB, not Finance Class. lol > > > > **Elaine* > > > > 2008/3/25 JsxTrader <jsxtrader@> : > > > > > Bukti bahwa Pendekar Tangan Kosong ternyata MAMPU mengalahkan > > > ROBOT-ROBOTnya > > > EL yg canggih dan namanya aneh-aneh.., bayangin sejak awal tahun > cuannya > > > Sang Pendekar sdh RATUSAN PERSEN..., ck..ck..ck.. coba kita tanya > robotnya > > > EL sdh cuan brp... > > > > > > Gimana kalo saya nitip aja deh ke Pa' Oen? Untungnya nanti kita > bagi dua > > > Pak?? Setuju? He..he..he.. canda Pak. > > > > > > Salam, > > > JsxTrader > > > > > > -----Original Message----- > > > From: obrolan-bandar@ yahoogroups. com [mailto: > > > obrolan-bandar@ yahoogroups. com] > > > On Behalf Of jsx_consultant > > > Sent: 25 Maret 2008 13:29 > > > To: obrolan-bandar@ yahoogroups. com > > > Subject: [obrolan-bandar] Re: IHSG RESIT = 2390 > > > > > > Anda memang pantas disebut pendekar tangan KOSONG karena > > > anda bisa membuat analisa langsung dari BID-OFFER-DONE tanpa > > > grafik... > > > > > > Tuh, ilmu baru dari pak Oentoeng.... > > > > > > > > > > > > No virus found in this outgoing message. > > > Checked by AVG. > > > Version: 7.5.519 / Virus Database: 269.22.0/1341 - Release Date: > > > 24/03/2008 > > > 15:03 > > > > > > > > > > > > > > > ------------ --------- --------- ------ > > > > > > + + > > > + + + + + > > > Mohon saat meREPLY posting, text dari posting lama dihapus > > > kecuali diperlukan agar CONTEXTnya jelas. > > > + + + + + > > > + +Yahoo! Groups Links > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > ------------ --------- --------- --- > Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. > <!-- #ygrp-mkp{ border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:14px 0px;padding:0px 14px;} #ygrp-mkp hr{ border:1px solid #d8d8d8;} #ygrp-mkp #hd{ color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:bold;line-height:122%;margin:10px 0px;} #ygrp-mkp #ads{ margin-bottom:10px;} #ygrp-mkp .ad{ padding:0 0;} #ygrp-mkp .ad a{ color:#0000ff;text-decoration:none;} --> <!-- #ygrp-sponsor #ygrp-lc{ font-family:Arial;} #ygrp-sponsor #ygrp-lc #hd{ margin:10px 0px;font-weight:bold;font-size:78%;line-height:122%;} #ygrp-sponsor #ygrp-lc .ad{ margin-bottom:10px;padding:0 0;} --> <!-- #ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial, helvetica, clean, sans-serif;} #ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;} #ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial, helvetica, clean, sans-serif;} #ygrp-mlmsg pre, code {font:115% monospace;} #ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;} #ygrp-text{ font-family:Georgia; } #ygrp-text p{ margin:0 0 1em 0;} #ygrp-tpmsgs{ font-family:Arial; clear:both;} #ygrp-vitnav{ padding-top:10px;font-family:Verdana;font-size:77%;margin:0;} #ygrp-vitnav a{ padding:0 1px;} #ygrp-actbar{ clear:both;margin:25px 0;white-space:nowrap;color:#666;text-align:right;} #ygrp-actbar .left{ float:left;white-space:nowrap;} .bld{font-weight:bold;} #ygrp-grft{ font-family:Verdana;font-size:77%;padding:15px 0;} #ygrp-ft{ font-family:verdana;font-size:77%;border-top:1px solid #666; padding:5px 0; } #ygrp-mlmsg #logo{ padding-bottom:10px;} #ygrp-reco { margin-bottom:20px;padding:0px;} #ygrp-reco #reco-head { font-weight:bold;color:#ff7900;} #reco-grpname{ font-weight:bold;margin-top:10px;} #reco-category{ font-size:77%;} #reco-desc{ font-size:77%;} #ygrp-vital{ background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;padding:2px 0 8px 8px;} #ygrp-vital #vithd{ font-size:77%;font-family:Verdana;font-weight:bold;color:#333;text-transform:uppercase;} #ygrp-vital ul{ padding:0;margin:2px 0;} #ygrp-vital ul li{ list-style-type:none;clear:both;border:1px solid #e0ecee; } #ygrp-vital ul li .ct{ font-weight:bold;color:#ff7900;float:right;width:2em;text-align:right;padding-right:.5em;} #ygrp-vital ul li .cat{ font-weight:bold;} #ygrp-vital a{ text-decoration:none;} #ygrp-vital a:hover{ text-decoration:underline;} #ygrp-sponsor #hd{ color:#999;font-size:77%;} #ygrp-sponsor #ov{ padding:6px 13px;background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;} #ygrp-sponsor #ov ul{ padding:0 0 0 8px;margin:0;} #ygrp-sponsor #ov li{ list-style-type:square;padding:6px 0;font-size:77%;} #ygrp-sponsor #ov li a{ text-decoration:none;font-size:130%;} #ygrp-sponsor #nc{ background-color:#eee;margin-bottom:20px;padding:0 8px;} #ygrp-sponsor .ad{ padding:8px 0;} #ygrp-sponsor .ad #hd1{ font-family:Arial;font-weight:bold;color:#628c2a;font-size:100%;line-height:122%;} #ygrp-sponsor .ad a{ text-decoration:none;} #ygrp-sponsor .ad a:hover{ text-decoration:underline;} #ygrp-sponsor .ad p{ margin:0;} o{font-size:0;} .MsoNormal{ margin:0 0 0 0;} #ygrp-text tt{ font-size:120%;} blockquote{margin:0 0 0 4px;} .replbq{margin:4;} --> __________________________________________________________________ Tired of visiting multiple sites for showtimes? Yahoo! Movies is all you need http://sg.movies.yahoo.com