13/03/08 12:33
Harga Minyak Akan Menembus $300 Jika AS Serang Iran
Amman (ANTARA News) - Menteri Energi Qatar, Abdullah bin Hamad al-Attiyah,
Rabu, memperingatkan bahwa harga minyak mentah akan mencapai 300 dolar per
barel atau bahkan lebih jika Amerika Serikat menyerang Iran.

Namun al-Attiyah mengatakan kepada jaringan satelit Al-Jazeera yang
bermarkas di Doha, bahwa dia secara pribadi 'berada di luar skenario ini,'
karena Presiden AS George W. Bush hanya mempunyai sedikit waktu sebelum
meninggalkan Gedung Putih.

"Dalam kasus jika Bush memutuskan mengancam menyerang Iran, harga minyak
mungkin akan melonjak ke tingkat yang tidak pernah terjadi sebelumnya,
mungkin sampai 200 atau bahkan 300 dolar, atau bahkan lebih atau kurang dari
itu," kata menteri Qatar itu.

Meskipun pihaknya menolak memutuskan suatu opsi militer, namun pemerintahan
Bush secara teratur mengatakan bahwa pihaknya tidak punya rencana untuk
menyerang Iran, manakala negaranya berkonfrontasi dengan negara Islam yang
dituduh menjalankan program nuklir itu.

Al-Attiyah juga mengaitkan rekor kenaikan harga minyak saat ini dengan
`ketegangan-ketegangan politik dan spekulasi kelangkaan suplai minyak` pada
beberapa bulan lalu.

Bush mendesak Perhimpunan Negara-negara Penghasil Minyak (OPEC) untuk
meningkatkan produksinya. Ia mengatakan bahwa tingginya harga minyak adalah
bagian dari upaya untuk memperlambat ekonomi AS. Harga minyak mentah naik di
atas 110 dolar per barel untuk pertama kalinya terjadi di bursa perdagangan
New York, Rabu.

OPEC beranggotakan 13 negara termasuk empat negara Arab di kawasan Teluk,
yakni Qatar, Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab.

Al-Attiyah mengatakan, OPEC tidak berencana akan mengalihkan dari harga
minyak mentah dalam dolar, meskipun mata uang AS jatuh ke tingkat yang
berlawanan dengan euro dan nilai tukar lain di tengah-tengah melambatnya
pertumbuhan ekonominya, kecuali jika disetujui oleh semua negara penghasil
minyak.

"Anggota-anggota OPEC mengeskpor hanya 40 persen dari kebutuhan minyak dunia
setiap hari atau setara dengan sekitar 85 juta barel per hari. Semua
produser minyak dunia seyogianya sepakat mengenai penggantian kepada nilai
tukar lain" dan itu akan segera diberlakukan, ujarnya, seperti dukutip DPA.
(*)

Kirim email ke