Mitra Rajasa Akuisisi Perusahaan Transportasi 12/02/2008 10:10:29 WIB Oleh Nerisa Patrasari JAKARTA, Investor Daily PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA) segera mengakuisisi perusahaan transportasi sekitar Rp 100-200 miliar. Dana akuisisi tersebut bersumber dari hasil emisi obligasi senilai Rp 500 miliar pada semester I-2008. "Saat ini ada tiga perusahaan transportasi lokal yang kami jajaki. Tapi kami hanya akan memilih salah satunya," kata Persiden Direktur Mitra Rajasa Benny Prananto kepada Investor Daily di Jakarta, belum lama ini. Menurut Benny, perseroan akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) untuk meminta persetujuan pemegang saham terkait rencana emisi obligasi dan akuisisi perusahaan transportasi itu pada 19 Februari 2008. Mengenai penerbitan obligasi, Mitra Rajasa telah menunjuk PT e-Capital Securities sebagai penasihat keuangan. Sedangkan penjamin pelaksana emisinya masih diseleksi. "Optima Securities kemungkinan salah satu dari dua atau tiga lead underwriter yang akan ditunjuk," tegas dia. Direktur e-Capital Securities Pungky Inu Dewanto menambahkan, Mitra Rajasa berniat memecah nilai nominal saham (stock split)terlebih dulu sebelum menerbitkan surat utang. Rencananya, stock split saham perseroan dilakukan pada semester I-2008 dengan rasio 1: 5. Di samping itu, Mitra Rajasa juga berencana melunasi utang anak usahanya di Singapura, Sabre Systems International Pte Ltd, kepada Royal Bank of Scotland (RBS) sebesar US$ 33 juta. Pelunasan tersebut akan memanfaatkan fasilitas pinjaman (refinancing) dari bank lokal Indonesia. Benny mengakui, pola refinancing pernah dilakukan Sabre Systems sebelum diakuisisi Mitra Rajasa. Ketika itu, Sabre Systems yang bergerak pada bidang jasa pengeboran minyak dan gas bumi berutang kepada Merrill Lynch. Namun, RBS mengambilalih utang itu. Mitra Rajasa merupakan perusahaan transportasi darat dengan total armada 900 unit truk. Namun, mulai tahun lalu, perseroan mulai ekspansi usaha pada jasa penambangan minyak dan gas bumi. Perseroan juga telah mengakuisisi Sabre Systems International Pte Ltd, perusahaan yang memiliki fasilitas pengeboran minyak lepas pantai (FPSO) Sea Good 101 di Ladang Oyong, Madura, Jatim. Perseroan berencana membangun FPSO II kapasitas pada 2008-2010 dengan investasi senilai US$ 45 juta. Untuk modal awal, Mitra Rajasa akan menyediakan dana internal sebesar Rp 52,326 miliar. Perseroan juga mendirikan anak usaha bernama Sabre Offshore Marine Pte Ltd di Singapura. Di bidang transportasi, perseroan sudah menandatangani nota kesepaham (MoU) dengan PT Hino Motors Sales Indonesia, PT Bank Hagakita, dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Hino Motors bakal menyediakan 250 unit truk pada 2008 guna menambah distribusi semen Tiga Roda di Pulau Jawa. Total transaksi mencapai senilai Rp 91,5 miliar. Sekitar 80% dari transaksi itu akan dibiayai pinjaman Bank Hagakita. Tumbuh 84% Mitra Rajasa menargetkan pendapatan senilai Rp 312,2 miliar tahun ini atau tumbuh 84% dibandingkan sebesar Rp 169,86 miliar tahun sebelumnya. Sedangkan laba bersih diperkirakan mencapai sekitar Rp 77,8 miliar atau naik 3.995% dibandingkan Rp 1,9 miliar pada 2007. Sebelumnya, salah satu manajer investasi terbesar di dunia, Schroders Asset Management, dikabarkan berniat masuk ke Mitra Rajasa dengan membeli minimal 20%. Sementara itu, harga saham MIRA kemarin ditutup terkoreksi Rp 800 dari sehari sebelumnya Rp 810. Nilai transaksinya mencapai Rp 1,4 miliar.
Analis PT Investindo Nusantara Sekuritas Arief Budi Satria menilai, langkah Mitra Rajasa mengakuisisi perusahaan transportasi tersebut dapat memperkuat bisnis intinya. Akuisisi tersebut juga dapat memperluas pangsa pasar perseroan dan berdampak positif terhadap kinerja keuangan. Arief mengatakan, aksi korporasi itu berpotensi mendongkrak harga sahamnya. "Harga saham bisa bergerak hingga Rp 870 untuk jangka pendek karena adanya akuisisi dan rencana penerbitan obligasi," kata Arief. Lebih lanjut dia mengungkapkan, akuisisi ini akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan mengenai kelangsungan bisnis ke depan. Meski demikian, perseroan harus mewaspadai potensi kerugian yang disebabkan kenaikan harga minyak dunia sebagai bahan bakar utamanya. (c108)