Ngak semudah itu, harga komoditi naik saham langsung naik, harga turun saham
akan turunkah? belum tentu. Korelasinya ngak semudah itu. Liat aja 3-4 bulan
(ketika sudah rebound dari kejatuhan Agustus 2007) ketika ANTM masih di
2500-an harga komoditi malah diantara 28ribu-32ribu. Saat ini meski udah
koreksi banyak masih 50% diatas harga 3-4 bulan lalu. Profit mereka meski
harga komoditi seperti saat ini masih trilyunan rupiah, cukup besar
dibandingkan ekuitas mereka. Mungkin hanya sentimen sesaat krn turunnya
harga komoditi saja yg menyebabkan saham tsb turun. makanya sabar saja,
sektor energi dan perkebunan masih besar harapannya meski saat ini harga
kedua komoditi lagi turun. Perlu diingat harga jual perusahaan tersebut
masih dibawah harga on the spot, contoh harga jual gas oleh ENRG masih USD
4,5-5,5/mBTU, padahal harga gas on the spot sudah mencapai USD 8,10/mBTU.
Sehingga dgn adanya koreksi harga saat ini, bagi kinerja perseroan masih
tidak masalah, kecuali harga anjlok signifikan spt karena perang dunia yg
korbannya besar dan berkepanjangan mungkin saat itu harga aset senilai
sampah.

Saya memperkirakan harga komoditi batu bara mungkin bakal naik tinggi krn
belum ada tambahan supply yg signifikan sedangkan pemakai sudah naik sudah
selesainya pembangkit listrik besar diberbagai negara spt Chin, Indo,
Brazil, dsb. Belum lagi bila dihitung biaya kerusakan lingkungan yg
disebabkan tambang batu bara, sangat tidak pantas dgn harga jual komoditi
saat ini. Coba liat semua areal pertambangan batu bara praktis sudah tidak
bisa dimanfaatkan lagi, buat kolam atau pertanian/perkebunan membutuhkan
biaya pemupukan yg sangat besar yg sangat tidak ekonomis lagi.

Saya tidak memiliki saham pertambangan batu bara, tidak ada conflict of
interest. Khusus untuk BUMI pergerakan bisa diganjal oleh aksi korporasi
BNBR, sehingga agak sulit ditentukan tapi kalo aksi korporasi BNBR selesai
semestinya BUMI sudah enteng bergerak. Ok.



Salam


Andrew

Kirim email ke