Dear all,
Dividen TINS hasil laba tahun 2006 yang dibagikan Mei 2007 lalu adalah
sebesar Rp.207,-/saham. Padahal itu hanya 50% dari laba bersih sepanjang
tahun 2006. Artinya laba bersih/saham sepanjang tahun 2006 adalah 207,- x 2
= 414,-/saham.

Tiga kuartal telah terlewatkan di tahun 2007 ini, artinya angka-angka
perolehan laba tahunan 2007 semakin pasti dan tinggal menyisakan
ketidakpastian untuk kwartal 4. Sementara kuartal 4 harga rata2 tin LME
tidak pernah di bawah US$16,000/ton, sehingga mestinya angka2 yang
dihasilkan Q4 cenderung akan meningkatkan EPS yang TELAH dihasilkan selama 3
kuartal sebelumnya. Sampai Q3 tahun 2007 ini, laporan keuangan menunjukkan
laba tumbuh 19,7x (edan!!!) dibanding Q3 tahun 2006 (ini angka laporan
keuangan resmi lo, bukan ngarang!). Anggap aja sampai akhir tahun 2007
(tutup buku 2007) laba TINS menjadi 20x lipat tahun lalu yang 414,-/saham
itu. Artinya? Laba sepanjang 2007 PASTI akan di seputar 8,000,-/saham. (tapi
saya agak bingung, kenapa Q3 EPS TINS di RTI tertulis hanya 3,500an...mohon
petunjuk para senior..)
Anggap saja Pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas hanya mengijinkan
50% laba untuk dibagikan sebagai deviden, JADI, 50% dari 8,000,-/saham =
Rp.4.000,-/saham. Anggap aja ada potongan pajak, atau corporate action ini
itu, atau ada pemotongan untuk ini itu, tinggal menyisakan Rp.3.000,-/saham
bersih setelah pajak deviden, yang masuk ke kantong kita, investor. Jadi,
hanya 15x dari deviden tahun 2006 (yang dibagikan 2007 Mei), gak jadi 20x
deh.

Isu Negatif :
Konon, ada analisa yang mengatakan cadangan tin PT Timah hanya bersisa 6-7
tahun. Belum lagi berita2 potensi tumbuhnya smelter baru kompetitor, illegal
mining, potensi gangguang PERDA yang tidak kondusif, potensi naiknya biaya
produksi atau COGS karena akan terpaksa menambang di offshore yang mungkin
biaya tinggi, potensi ancaman penambangan baru di Chile dan Brasil, juga
potensi turunnya harga tin lme dll dll.

Isu Positif :
Padahal berita dan potensi positif juga tak kurang seabreg-abreg : TINS
sebagai penentu market price di LME, TINS sebagai eksportir tin terbesar
didunia, TINS melakukan diversifikasi di aspal Buton dan diversifikasi
batubara di Kalimantan. TINS juga melakukan upaya-upaya mencetak nilai
tambah terhadap produksinya dan juga pemanfaatan residu produksi,  juga TINS
yang cadangan offshore nya 2x lipat cadangan onshore nya, demikian pula
pembatasan /kuota ekspor timah Indonesia yang akibatnya dapat mendongkrak
harga logam tin.

Namun demikian,kita asumsikan saja secara pesimistis harga saham TINS tetap
bertengger 30,000/saham selama 6 tahun (karena konon katanya cadangannya
abis 6 tahun ke depan), gak naik-naik, gak peduli dengan pertumbuhan
produksi, dll dll. Deviden nya naik 'hanya' 20% pertahun (gak lagi 20x
lipat/tahun he he he), sehingga untuk tahun 2007 dapat deviden 3.000/saham,
2008 akan menjadi 3.600/saham, 2009 menjadi 4.320/saham, 2010 menjadi 5.150,
2011 menjadi 6.200/saham, 2012 menjadi 7.500/saham.

Dengan demikian hingga penerimaan deviden akhir 2012, perolehan deviden saja
akan menjadi 29.770/saham, sama dengan nilai saham TINS saat ini.
Bukankah ini sebuah perhitungan super-super pesimistis yang masih SANGAT
menggiurkan siapapun untuk mengkoleksi TINS dan menyimpannya di bawah kasur?
Apakah dengan perhitungan yang mengutamakan perolehan deviden itu, kita
masih gelisah dan uring-uringan ketika saham TINS dirontokkan? Bagi saya,
mau saham TINS nya dibawa ke harga berapa oleh bandar (asal jangan sampai
tersisa 10%, ini mah pejagalan), yang penting bagi saya adalah LAP KEU yang
pada hilirnya bermuara kepada perolehan deviden. Titik, habis perkara.

Apalagi kalau sahamnya bergerak naik seiring dengan pertumbuhan laba bersih
20% /tahun. Wow, gak ada 3 tahun, modal yang ditanam sekarang ini yakni
30ribuan/saham akan break even, sambil tetap terus menerima deviden pada
tahun2 selanjutnya. Kenapa tidak?

Logika sederhana ini berlaku juga untuk saham INCO yang memberikan deviden
yang begitu tinggi. Saya bahkan sudah gak peduli harga saham INCO mau dibawa
kemana. Yang penting devidennya aja udah membuat saya bersikeras tidak
menjual 'ayam bertelur emas ini'.
Mohon dikoreksi perhitungan dan analisa di atas. Thanks dan salam untuk
kemajuan berpikir logis dan menganalisa saham secara jujur dan sederhana.
Kata Warren Buffet, makin sederhana cara berpikir, makin baik, he he he


Angelo

Kirim email ke