Sya mungkin berpandangan waspada kalau boleh mengatakannya demikian. Masalah kode akses SLJJ yg memicu heboh BRTI dgn Telkom pastilah ada alasannya. Kemudian menjadi mengusung nasionalisme mungkin sdh kehabisan jurus atau panik kalee. Lagi kalo melihat kondisi sekarang dan kedepan mungkin negara lebih memilih agro dan mining utk dibela ketimbang sektor teknologi (lihat contoh ptdi). Kalo masalah monopoli di telepon kabel sepertinya akan tetap monopoli, kenapa ? Lihat sj gak ada yg mau gelar kabel sekarang biar sdh ada license operator fixline selain telkom. Lagi siapa yg mau mahalnya gak ketulungan izin sana sini buat tanam kabel yg cuman 1000 nomor dgn panjang < 5km, bisa2 lebih mahal dari materialnya. Bandingkan dengan bangun satu tower cuman < 50m2 sudah dapat melayani 3000-5000 nomor. Masalah kode akses SLJJ spt yg pernah sy posting di topik yg lain, agak ganjil juga. Kesimpulannya pemain baru cenderung berbisnis gateway doank tanpa cape2 cari pelangan baru. Ini mungkin yg telkom gak rela, jadilah heboh dgn BRTI. Memang pendapatan fixphone Q2 '07 cuman 19%an, sdh termasuk lokal dan abonemen so gak ngaruh amat lah dengan ROE, jd kesimpulan sementara problem rasa keadilan berbisnis saja belum sampe matilah. Mungkin ada pandangan lain . . .
Salam On 11/1/07, Sharif Dayan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Salam sejahtera... > > Pada senin, 29 Oktober 2007, [EMAIL PROTECTED] menulis: > > > Gak ada hubungan, antara SPEEDY yg bermasalah dgn saham Telkom. ;) > > Saham Telkom menurut saya termasuk yg aman utk dipegang. > > No prob, Bro :-) Anda melihat menggunakan suatu cara pandang, sementara > saya menggunakan cara yang lain. > > Mari kita lihat -atau bahas saja sekalian- bagaimana akibat dipaksanya > Telkom untuk membuka gapaian SLLJ bagi operator lain. Sebagai catatan, > Telkom mengatakan bahwa mereka telah bersusahpayah membangun > infrastruktur, tapi kemudian sekarang harus dibukakan bagi pihak lain. > > Bersusahpayah ? Memangnya duit siapa yang mereka gunakan selama ini ? > Itu duit rakyat, duit Anda, duit keluarga Anda, duit saya, duit kita > semua ! Karena mereka memonopolilah maka mereka bisa tambun begitu, > sehingga kemudian menjadi Tbk ! Sekarang mereka mengusung nasionalisme ! > Bah !!!! > > Saya masih ingat ucapan 'kejam' saya pada Pak Muklis, Kakandatel > Sumbagsel, sebagai ungkapan geram saya ketika mereka membuat saya kesal > karena cara pemasaran Speedy yang tidak profesional, "Tidak apa saya > bersabar tidak menggunakan pelayanan jasa pitalebar Telkom (Speedy), > karena pada saatnya akan ada yang menawarkan yang lebih murah !" Dia > hanya meringis. > > Tampaknya, lonceng kematian sudah keras berdentang bagi TLKM ! Untuk > teman-teman yang menjadi bagian Telkom, saya tidak marah pada Anda, tapi > pada pranata tempat Anda bernaung. Pis, Bro :-) > > Sharif Dayan > Epitoma Rei Militaris > > >