Soal "cash yang kuat", saya masih terkagum-kagum dengan posisi kas ANTM yang
mencapai Rp 3,3 trilyun per 30 Juni 2007 dengan total current liabilities
(utang jangka pendek)-nya hanya Rp  2,0 trilyun. Jadi masih ada surplus
sekitar Rp 1,3 trilyun kalau semua utang jangka pendeknya dibayar. 

 

Sedangkan TINS posisi kasnya adalah Rp 357 milyar dengan total utang jangka
pendeknya Rp 1,6 trilyun (!!). Sebagian besar aktiva lancar TINS tertanam di
inventory (persediaan barang) yang jumlahnya Rp 2,1 trilyun (inventory ANTM
hanya Rp 1,3 T).

 

Yang tidak bisa dipungkiri adalah kenaikan laba bersih TINS yang luar biasa
(fenomenal?). Tetapi uangnya sebagian besar dibelanjakan untuk aktivitas
operation. Mereka terima uang Rp 3,8 trilyun dari customer dan dibelanjakan
sebesar Rp 3,2 trilyun untuk operating activities (untuk menimbun inventory?
Apakah karena ini investment buying karena harga material lagi jatuh
sehingga bisa dapat stock gain di masa depan?).

 

Perbedaan ini apakah karena sifat bisnisnya yang beda atau inventory dan
cash flow management TINS yang jelek? Mohon share info.

 

Salam,

Gandhi

 

 

 

From: obrolan-bandar@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of ardiat
Sent: 01 September 2007 10:31
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Subject: [obrolan-bandar] Re: TINS- H1 Naik 35x? EPS nya jadi berapa ya??

 


Setuju, TINS ditahan saja ........

Sudah terlalu rendah harga nya dibanding EPS. Kalau ngga bisa mencapai
PE 10x, 6x di harga 18rb pun sudah mantap. Ngebahas TINS jangan seperti
ngebahas TMPI. Bandar masih akan bermain di TINS sampai 2008, bahkan
2009 karena saat TINS punya cash yg kuat, tentu akan mudah mendukung
diversifikasi bisnis.

Kalau tambang timah sudah menuju sunset, maka akan ada bisnis tambang
lain. Peluang di Indonesia masih sangat besar. Dan ingat TINS ini BUMN,
dan nanti akan berada dalam kelolaan Indo Resources. Jadi optimisme
perlu dijaga :-)

Salam,



Kirim email ke