Hati2 sekarang penipuan makin canggih aja bahkan makin bermodal.


Regards,

Kalau kita yang mengalami kisah dibawah ini mungkin kita juga tertipu.
**********************************************

Semoga bermanfaat.

Kejadian berikut ini benar-benar terjadi pada seorang teman kantor saya pada
24 Juli 2007 lalu. Semoga cerita ini bermanfaat.

Berawal dari sebuah panggilan melalui telepon rumah (fixed line/PSTN), yang
menanyakan identitas dan alamat yang sama persis dengan data yang ada di
buku telepon. Orang yang mengaku dari "Metro TV" tersebut mengabarkan bahwa
sang pemilik nomor telepon berhak atas Grand Prize berupa mobil "Kijang
Innova". Karena sudah terlalu sering mendengar penipuan semacam ini, maka
dijawablah dengan ketus, "... kalau memang benar hadiah mobilnya buat saya,
kirim aja Pak mobilnya ke sini!".
Singkat cerita, 2 jam kemudian sampailah di depan rumah teman kita ini
sebuah Kijang Innova yang benar-benar baru, lengkap dengan pelat nomor
polisi yang masih putih!

Masih dengan perasaan yang ragu, sekaligus surprised, maka dipersilakanlah
tiga orang yang mengantarkan mobil tersebut masuk ke dalam rumah. Dengan
menunjukkan seberkas dokumen, yang konon berupa Surat Jalan, dokumen Pajak,
dokumen Asuransi, dan dokumen-dokumen yang lain maka diyakinkanlah bahwa ia
memang berhak atas mobil yang dibawanya tersebut. Sayangnya, belum sempat ia
memeriksa dokumen-dokumen tersebut, beberapa orang yang mengaku dari Pajak,
Asuransi, dan juga Notaris bergantian menghubungi via telepon dan
mengucapkan selamat atas hadiah yang didapat.

Setelah melihat ia sudah cukup yakin dengan hadiah tersebut, maka
pembicaraan beralih ke kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang 'Pemenang
Grand Prize', yaitu membayar pajak hadiah. Menurut si pengantar mobil,
jumlah yang harus dibayar oleh 'sang pemenang' adalah 25% dari harga mobil
atau senilai 42 juta rupiah. Menyadari simpanan dana yang ada tidak
mencukupi untuk jumlah tersebut, maka sempat terfikir untuk mundur. Namun,
tanpa mengenal kata menyerah, si pengantar mobil kembali meyakinkan bahwa
soal pembayaran pajak adalah hal sepele, bisa ditunda kapan saja, dan bisa
dibayar dengan dicicil... 10% dulu misalnya. Maka muncullah kembali harapan
teman kita ini sambil bergumam, "... kalau 10 juta sih saya punya...".
Gotcha!!
"OK Pak, 10 juta saya kira bisa diterima oleh Pak Notaris", tukas si
pengantar mobil.

Setelah lebih kurang 2 jam berada di rumah itu, maka tiga orang pengantar
hadiah mobil pamit untuk menuju ke 'pemenang kedua' sambil lalu mereka pun
mengajak untuk sekalian bertemu notaris sambil mengendarai 'Grand Prize'
yang baru dimenangkannya. Dengan sangat meyakinkan sang pemenang
dipersilakan untuk mengendarai mobil yang memang sudah diidamkannya selama
ini. Sebelum berangkat si pengantar hadiah menanyakan apakah uang sudah
dipersiapkan. Sempat muncul keraguan, namun rasa gembira mengalahkan
keraguan yang sempat muncul, hingga dibawalah olehnya uang tunai sejumlah 10
juta rupiah. Di tengah perjalanan, si pengantar kembali menanyakan, apakah
perlu mampir ke ATM. Namun dijawab bahwa saldo di tabungan sudah tinggal
sedikit. Maka perjalananpun dilanjutkan, dan melalui jalan bebas hambatan
(tol).
Beberapa saat di jalan tol, si pengantar dengan sopan meminta agar kemudi
diambil alih oleh temannya. Dengan beralasan bahwa kendaraan belum
diserahterimakan, sehingga bisa merepotkan jika terjadi kecelakaan, maka
beralihlah kemudi ke orang lain dan ia pun berpindah duduk di samping pak
sopir. Di saat sedang menikmati kenyamanan kendaraan baru tersebut,
tiba-tiba dari belakang sepasang tangan membekap mulut dan hidungnya dengan
lap atau sapu tangan yang beraroma sangat tajam, hingga ia pun tak sadarkan
diri......
Setengah tersadar, sekujur badan terasa sangat dingin. Setelah tersadar
penuh, ia mendapati dirinya berada di tengah padang rumput di pinggir jalan
tol. Beruntung, dompet dan seluruh isinya hanya diacak-acak hingga ia pun
bisa pulang kembali ke rumah dengan selamat. 'Beruntung', hanya 10 juta saja
yang dibawa oleh komplotan penipu yang memanfaatkan kekhilafannya siang
itu....
Teman, jika kita cermati kasus ini, maka tampak bahwa modus penipuan makin
beragam, makin berotak, dan juga makin bermodal. Kebetulan, komplotan pada
kasus ini masuk dalam kategori komplotan yang 'sopan', 'baik hati', dan main
bersih (hampir tidak ada jejak yang ditinggalkan). Bukan tidak mungkin di
lain kesempatan, bisa saja komplotan seperti ini bermain kasar. Untuk itu
selayaknya kita mengingatkan keluarga yang kita tinggalkan di rumah saat
kita bekerja, dan juga kita sendiri tentunya, untuk lebih berhati-hati.

Kirim email ke