Sabtu, 14 Juli 2007                                
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                                           
 BUMI Resources Pimpin Konsorsium Likuifikasi 
 
jakarta, kompas - Bumi Resources menjadi pemimpin konsorsium pembangunan pabrik 
pencairan batu bara. Pabrik berkapasitas 13.500 liter per hari itu akan 
berlokasi di tambang Satui, Kalimantan Selatan, yang dikelola Arutmin 
Indonesia. 
Kepala Teknologi Mineral dan Batu Bara Departemen Energi dan Sumber Daya 
Mineral Bulkin Daulay, Jumat (13/7), mengemukakan, konsorsium menyetujui lokasi 
pabrik pencairan batu bara skala semikomersial dan komersial di mulut tambang 
EcoCoal, milik anak perusahaan Bumi Resources. Persetujuan itu dengan 
pertimbangan kualitas batu bara dari tambang itu paling sesuai. 
"Bumi Resources siap menyuplai kebutuhan batu bara untuk pabrik tersebut," 
katanya.  
Konsorsium yang terdiri atas sejumlah perusahaan batu bara dan Pertamina 
sebagai pembeli siaga produk bahan bakar minyak sintetis yang dihasilkan akan 
tergabung dalam PT Brown Coal Liquefaction. Anggota konsorsium, menurut Bulkin, 
belum menentukan porsi penyertaan modal masing-masing anggota dalam pembangunan 
pabrik itu. 
Direktur Arutmin Indonesia Kaz Tanaka mengatakan, pihaknya sanggup menyuplai 
sampai 2,5 juta ton batu bara kalori rendah per tahun untuk bahan baku pabrik. 
Produksi Bumi Resources melalui Arutmin Indonesia dan Kaltim Prima Coal 
mencapai 50 juta ton per tahun. 
Pabrik pencairan batu bara skala semikomersial itu direncanakan mampu mengolah 
1.000 ton batu bara kalori rendah per hari menjadi 13.500 liter bahan bakar 
minyak sintetis. Pabrik itu ditargetkan mulai dibangun tahun 2009 dan bisa 
beroperasi pada 2013. Investasi yang dibutuhkan diperkirakan mencapai 1,3 
miliar dollar AS. Secara bertahap, pabrik akan dikembangkan ke tingkat 
komersial. 
Namun, mengingat teknologi pencairan yang akan diterapkan belum terbukti secara 
komersial, maka anggota konsorsium meminta Pemerintah Jepang memberi dukungan 
penuh terhadap proyek itu. Mereka juga meminta agar Pemerintah Indonesia 
bernegosiasi dengan Pemerintah Jepang terkait skema pembiayaan pembangunan 
pabrik. 
Ketua Departemen Bidang Energi Baru dan Pengembangan Teknologi Jepang Tsutomu 
Makino mengatakan, Pemerintah Jepang akan memberikan bantuan dalam pengembangan 
pabrik sampai skala komersial. Besarnya bantuan mencapai 0,5 juta dollar AS.

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Kirim email ke