Terima kasih pak Sharif Dayan ....saya setuju dengan apa yang dikemukakan, kalau boleh saya tambahkan
Beberapa waktu yang lalu saya menonton seri "The Rise of Great Nations". Ada banyak hal yang diulas mengapa suatu bangsa menjadi besar, tapi ada satu hal yang menarik , dikatakan salah satu kesamaan di antara bangsa-bangsa yang menjadi bangsa yang besar adalah karena di dalam bangsa itu tumbuh subur ide-ide besar (atau ada yang bilang "buah pikir" atau "budaya") , mungkin ada yang bilang "ah teori" tapi setelah melihat serial itu mata saya terbuka dan saya setuju. Kalau kita sebagai bangsa Indonesia mau menjadi bangsa yang besar, kita menjadi bangsa dimana budaya/ide-ide besar tumbuh, dimana keberagaman budaya agama ras benar-benar dihargai dan bukannya dipaksakan atau dikerdilkan. Jangan bertengkar, jangan rakus, melainkan saling menghidupkan... Mengenai China, sekarang ini mulai kelihatan dampak samping dari pertumbuhan yang hanya memperhatikan aspek ekonomi saja. Dampak samping itu sendiri mengancam keberlanjutan dari pertumbuhan ekonomi itu juga: 1. Pencemaran lingkungan - bagaimana orang mau hidup ya kalau air minum 2. Skandal bahan-bahan kimia dalam produk2 makanan dari China ( makanya udangnya ambil dari Indonesia ya ...:)) 3. Skandal perbudakan manusia (yang lagi rame di perusahaan pembuat batu bata) Tiga skandal ini lagi rame banget. Mungkin kita perlu belajar dari skandal-skandal ini dan tidak terpukau dengan angka-angka statistik Demikian yang bisa saya sampaikan dan mohon maaf kalau ada salah dalam kata. On 7/7/07, Sharif Dayan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Salam Sejahtera... Pada Jumat, 6 Juli 2007, SbudianaC menulis: > Lihat contoh di China demo yang ga benar di lindas aja pake tank, yang mati > ribuan termasuk mahasiswa, tapi Kenyataannya, hasilnya, negaranya jadi cepat > Maju, Amerika saja udah ga berani sembarangan karena Negaranya Kuat dan Kaya > lagi sekarang ini, makanya Mau pilih yang Mana ????? Sekian tahun silam saya membaca pembandingan perjalanan peradaban di Barat, yang diwakilkan pada Eropa dan di Timur, yang diwakilkan pada RRC. Keduanya saat ini merupakan raksasa dan akan terus bertiwikrama semakin besar. Namun siapakah di antara mereka yang akan bertahan lebih lama ? RRC besar seperti sekarang antara lain karena telah menyerap cara-cara kapitalis, dengan penyesuaian yang berkesan gagap dengan komunisme mereka. Cara ini mahal harganya, karena walau dengan cepat -dalam 3 dasawarsa- menjadi kekuatan baru (emerging force), namun seberulnya bagai gelembung sabun yang usianya tidak lama. Dalam sejarahnya, penggerusan pada nilai-nilai perseorangan menjadikan negeri ini tertutup dalam perkembangannya. Ia memang menjadi mandiri, namun itu didasarkan pada ketakutan, sementara pada sisi lain -akibat penentangan pada keberadaan agama- banyak hal dilakukan semata pada naluri untuk unggul dengan cara apa pun yang dimaui. Sebaliknya pada Eropa, yang pada mulanya dapat dikatakan berasal dari satu garis darah, kemudian menjadi kesatuan yang berbeda bentuk (republik dan kerajaan) dan akhirnya menuju suatu bentuk tunggal bernama Eropa. Keberagaman cara menunjukkan keinginan hidup di antara warga negara Eropa menjadikan mereka menguasai entah berapa banyak teknologi dan filosofi dasar. Artinya, landasan mereka berekonomi merupakan kerangka yang dipahami dan dipatuhi bersama. Ini kontras dengan RRC -dan dulunya Uni Soviet serta kelompoknya- yang menganut paham ekonomi komando. RRC memang besar dan akan semakin besar, mirip dengan kenaikan fantastis IHSG kita dan mereka, namun berbeda dengan kenaikan moderat IHSG Eropa dan teman-teman kapitalisnya. Namun hati-hatilah dengan segala sesuatu yang fantastis dan terjadi secara singkat ! Sharif Dayan di Palembang