07/06/2007 02:39:29 WIB JAKARTA, Investor Daily PT Central Proteinaprima Tbk (CP Prima) menerima pinjaman Rp 880 miliar dari PT Bank Panin Tbk untuk modal kerja awal petambak plasma semasa revitalisasi. Sementara itu, pelaku pasar menilai positif kucuran kredit tersebut dan harga saham CP Prima dalam jangka pendek berpeluang menembus level Rp 1.000 per saham.
Direktur CP Prima Mahar Sembiring mengemukakan, persroan telah menyiapkan sumber pembiayaan untuk para petambak plasma guna modal awal kerja berupa pinjaman kredit dari Bank Panin tersebut. "Selain itu, pembenahan infrastruktur sarana listrik dan irigasi air di Dipasena melalui Truba dan Wika telah memasuki tahap implementasi," ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima Investor Daily di Jakarta, Rabu (6/6). CP Prima sebelumnya menunjuk PT Truba Alam Manunggal Tbk dan PT Wijaya Karya (Wika) untuk menyiapkan infrastruktur terkait rencana akuisisi PT Dipasena Citra Darmaja. Secara terpisah, analis PT BNI Securities Norico Gaman mengatakan, langkah CP Prima menyiapkan sumber pembiayaan sebesar Rp 880 miliar untuk para petambak plasma dan pembenahan infrastuktur Dipasena cukup positif. Menurut dia, hal tersebut membuktikan kalau perusahaan pemenang tender Dipasena itu komitm dengan janjinya untuk membantu para petani plasma dan mengembangkan Dipasena. "Tentunya, hal tersebut bakal memberikan sentimen positif di mata para investor," kata dia. Tembus Rp 1.000 Menurut Norico, harga saham juga berpeluang menembus level Rp 1.000 untuk jangka pendek. Sebab setelah berhasil mengakuisisi Dipasena aset CP Prima menjadi lebih besar dan bakal ada peningkatan produksi yang diperkirakan membuat penjualan bersih perusahaan tumbuh dari tahun-tahun sebelumnya. "Sepertinya tidak akan lama lagi harga saham mencapai Rp 1.000," ujarnya. Terkait kredit dari Bank Panin, Norico menyarankan, sebaiknya utang- utang CP Prima dikomposisikan dalam rupiah, termasuk penerbitan obligasi yang dilakukan perseroan sebelumnya. Pasalnya, kata dia, hal itu bisa mengurangi risiko kerugian selisih kurs ketika nilai tukar rupiah mengalami pelemahan. "Jadi saat ini yang mesti ditempuh CP Prima adalah bagaimana dia bisa mengelola utang-utangnya dengan baik karena meski perseroan ini usahanya ekspor, tapi kita tahu bisnis makanan selalu tergantung selera konsumen tidak seperti sektor lainnya semisal pertambangan," ujarnya. CP Prima dikabarkan akan menerbitkan obligasi yang dapat ditukar (exchange bond) senilai US$ 200 juta. Dana hasil emisi digunakan untuk membiayai pembelian Dipasena. Penerbitan surat utang tersebut dibantu oleh BNP Paribas dan roadshow telah berjalan sejak pekan lalu. Pengamat dan praktisi pasar modal David Cornelis juga berpendapat, harga saham CP Prima masih berpeluang mencapai Rp 1.000 setelah berhasil mengakuisisi Dipasena. Alasannya, perseroan berpeluang mendapatkan proyek lebih besar dibandingkan sebelumnya. "Kalau jangka pendek mungkin ke Rp 800 dulu sebelum menuju targetnya di Rp 1.000, karena sekarang ini saham cenderung konsolidasi di area Rp 600-650," jelasnya. Dia menambahkan, keseriusan perseroan untuk mengelola Dipasena dengan baik dengan ditunjukkan keberhasilan mendapatkan sumber pembiayaan untuk para petambak plasma guna modal awal kerja. Sebab, niat CP Prima mengakuisisi Dipasena bertujuan positif tidak seperti yang rumor miring yang beredar sebelumnya, yaitu hanya untuk memonopoli semata."Jadi dari sisi teknis dan fundamental memang mendukung untuk penguatan kembali saham," tegas David. Pada perdagangan kemarin, harga saham perusahaan berkode CPRO itu menguat Rp 10 di level Rp 610. Volume saham berpindah tangan mencapai 42,66 juta saham senilai Rp 25,86 miliar. Sedangkan frekuensi transaksi perusahaan tambak udang itu tercatat mencapai 463 kali. (asp/mu)