--- In forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com, Ahmad Salman
<reachd...@...> wrote:

Siaran Pers Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D)
No: 01/SP/P2D/XII/2009

SBY Harus Menjaga Integritas Menkeu dan Wapres
dari Serangan Konglomerat Hitam dan Business Politician


Perkembangan isu Bank Century yang saat ini beredar makin menunjukkan
bahwa
tidak ada kehendak untuk mengukuhkan suatu kebenaran publik berdasarkan
akal
sehat dan niat baik. Yang terjadi sesungguhnya adalah semacam
Œpersekongkolan yang mengandalkan paksaan¹ untuk mendesakkan
kepentingan dan
pergantian jabatan demi kepentingan elitelit tertentu. Tanda-tanda dari
proses yang tidak sehat ini telah dimulai dari gejala sebagai berikut:

Pertama, tidak ada penilaian alternatif dan evaluatif dari DPR terhadap
hasil audit BPK. Audit BPK itu diterima begitu saja tanpa
mempertimbangkan
motif, tata cara dan ketepatan substansi. Alih-alih memeriksa aliran
dana
anggaran negara yang berpotensi menyalahi hukum, BPK telah bertindak
salah
kaprah dan berlebihan karena BPK malah menilai dan mengevaluasi bailout
terhadap Bank Century. Faktanya BPK tidak dapat membuktikan adanya
aliran
dana yang menyimpang, namun entah karena motif dan kepentingan apa, BPK
secara berlebihan mengevaluasi bailout terhadap Bank Century dari segi
hukum.

Kedua, Panitia Angket DPR secara tidak berimbang, karena tidak mau
memberikan kesempatan dan mendengarkan argumen mengapa bailout terhadap
Bank
Century dilakukan. Yang terjadi, bukan hanya memutar balikkan argumen
mengenai pengambilan kebijakan itu, tetapi juga secara brutal menimpakan
semua persoalan seputar Bank Century ke pundak Sri Mulyani dan Boediono.
Akibatnya, publik yang mestinya mendapatkan kesempatan untuk lebih
memahami
konteks persoalan perekonomian, krisis dan penyelesaian soal Bank
Century
malah disuguhi informasi yang salah dan menyesatkan, yaitu informasi
politik
yang dangkal dan penuh fitnah.

Ketiga, pembentukan opini publik yang disertai dengan desakan
penonaktifkan
Menkeu Sri Mulyani dan Wapres Boediono yang dilakukan oleh sementara
pihak,
lebih banyak menunjukkan adanya politik balas dendam. Baik yang
bersumber
dari para elit politik yang kalah dan kehilangan kesempatan dalam pemilu
lalu, maupun dari elit yang terhalangi kepentingannya karena sikap dan
integritas Sri Mulyani dan Boediono selama ini, terutama dalam soal
²keadilan bisnis², dan korupsi.

Jika hal-hal tersebut dibiarkan berlarut dan tidak terkontrol, maka yang
berlangsung sekarang ini tidak bisa tidak akan berujung pada situasi
deadlock, kalau bukan menimbulkan krisis konstitusional, dalam system
presidensial yang kita anut.

Memperhatikan proses dan gejala yang tak sehat di atas, serta sikap yang
menelan bulat-bulat hasil audit BPK tanpa dievaluasi, dan miskinnya
pengetahuan anggota DPR terhadap konstitusi dalam menyikapi bailout Bank
Century, maka KAMI yang tergabung dalam Perhimpunan Pendidikan Demokrasi
(P2D) menyampaikan sikap sebagai berikut:

Pertama, paksaan politik dalam kasus bank Century ini adalah serangan
terhadap benteng terakhir integritas politik pemerintahan SBY. Menkeu
dan
Wapres adalah dua dari sedikit figur yang tersisa yang masih memiliki
integritas, bersih dan jujur di lingkaran SBY. Serangan terhadap dua
figur
ini dimaksudkan untuk melapangkan jalan bagi kombinasi kepentingan
konglomerat hitam, koruptor dan business politician yang selama ini
terus
merongrong Indonesia.

Kedua, serangan terhadap Menkeu dan Wapres pada dasarnya adalah serangan
terhadap pemerintahandan kepemimpinan SBY sendiri. Bailout terhadap Bank
Century adalah salah satu kebijakan nasional yang baik dan suskes ­
yang
pernah diambil oleh pemerintahan SBY melalui Menkeu dan Gubernur BI pada
waktu itu. Oleh karena itu tekanan para business politician ini adalah
serangan pertama terhadap kepemimpinan SBY di periode keduanya. SBY
harus
mengambil sikap jelas dan tegas untuk melindungi integritas Menkeu dan
Wapres di satu sisi dan menunjukkan integritas kepemimpinannya di sisi
lain.

Ketiga, mengimbau semua pihak untuk memperhatikan dan mempelajari secara
lengkap semua peraturan perundang-undangan yang melandasi kebijakan
bailout
Bank Century ini hingga tidak mudah terkecoh dengan argumen serta
opini-opini yang keliru yang diproduksi oleh segelintir politisi yang
motifnya kekuasaan belaka.

Keempat, menyangkut kemungkinan adanya aliran dana yang mencurigakan,
kami
mendesak dan meminta KPK untuk bertindak lebih pro-aktif sekaligus
obyektif
dengan tanpa dipengaruhi oleh opini dan manuver para politisi yang
selama
ini terbukti justru menjadi sumber dan pelaku korupsi di Indonesia.

Kelima, kita ingin melembagakan demokrasi dan sistem pemerintahan
presidensial, karena itu pengetahuan konstitusional dan kematangan etika
publik hendaknya dikuasai secara sempurna oleh para politisi.



Jakarta, 22 Desember 2009

1. A. Rahman Tolleng
2. Robertus Robet (0813 888 00819)
3. Rocky Gerung (0816 868 158)



[Non-text portions of this message have been removed]

--- End forwarded message ---


Kirim email ke