JAKARTA - Perpanjangan masa penawaran 37,15 persen saham PT Elnusa Tbk (ELSA) 
hingga 5 Juni 2009 menimbulkan tanda tanya. Beredar kabar hal tersebut 
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi Pertamina, sebagai salah satu 
bidder, untuk mengajukan harga baru yang lebih tinggi dari penawar lainnya.

Sumber di jajaran PT Pertamina menyebutkan, ada campur tangan tingkat tinggi 
yang memanfaatkan momentum ini untuk menebalkan kocek dalam rangka mendanai 
biaya kampanye salah satu pasangan calon presiden-wakil presiden. Campur tangan 
itu menginginkan Elnusa dibeli dengan harga sangat tinggi. Benarkah?

Disebutkan sumber itu, jika benar Pertamina menambah harga penawarannya 
--disebut-sebut akan menjadi Rp451-455 dari sebelumnya Rp290--, maka selisih 
dari range harga tersebut akan ditransfer ke rekening kampanye salah satu
 pasangan capres.

"Campur tangan tingkat tinggi itu sudah meminta Pertamina untuk menaikkan harga 
penawarannya," kata sumber tersebut kepada okezone, Jumat (5/6/2009).

Mandiri Sekuritas dan Danareksa sebelumnya telah merilis nilai saham wajar ELSA 
di kisaran Rp293-Rp300 per saham. Hari ini, harga ELSA di bursa memang berada 
di kisaran Rp390-400 per lembar. Menurut sumber okezone, itu merupakan bagian 
dari konspirasi untuk terus mengerek harga hingga level Rp410-Rp420, jauh lebih 
tinggi dari valuasi Mandiri Sekuritas.

Menurut sumber itu, sebenarnya Tridaya pada awalnya sudah akan melepas ELSA 
seharga Rp300-an per saham. Namun, kelompok tingkat tinggi tersebut meminta 
Tridaya memundurkan batas akhir masa penawaran menjadi 5 Juni, dan menjamin 
saham Elnusa akan dibeli Pertamina pada harga Rp451-455 per saham.

"Selisih duit yang luar biasa besar itu nantinya menjadi ajang bancakan 
pihak-pihak tertentu dan juga akan mengalir tim
 kampanye salah satu pasangan presiden," tambah sumber itu.

Memang wajar jika pemilik lama melepas sahamnya ke investor strategis dengan 
harga premium. Namun dalam kasus akusisi ELSA ini, mundurnya batas akhir dari 2 
Juni menjadi 5 Juni sangat janggal.

Selain itu harga premium penjualan saham selama ini rata-rata hanya naik di 
kisaran 20-30 persen dari harga pasar. "Artinya, kalau Pertamina menawar di 
harga Rp451 per saham, berarti harga premium ELSA hampir 100 persen. Inilah 
yang janggal," tegas dia.

Saat dikonfirmasi mengenai rumor adanya tekanan terhadap direksi Pertamina, VP 
Communication Pertamina Basuki Trikora yang dihubungi sore kemarin mengatakan 
tidak ada desakan dari pihak manapun. Termasuk tidak ada tekanan untuk 
memperpanjang batas akhir penawaran dari Tridaya menjadi 5 Juni.

"Nggak ada tekanan. Penundaan hanya karena proses saja. Waktunya dari tanggal 2 
ke tanggal 5," pungkas Basuki.

Menurut informasi yang
 diperoleh, pada saat Pertamina masih dipimpin Ari Soemarno, sedianya seluruh 
saham perusahaan minyak nasional itu akan melepaskan seluruh kepemilikan di 
perusahaan-perusahaan non-inti, termasuk Elnusa. Sebab persoalan yang muncul 
selama ini, setiap pemerintah menggelar lelang blok migas, Elnusa selalu kalah. 
Tentu saja hal itu adalah kemubaziran.

Ari Soemarno yang dihubungi okezone menolak berkomentar mengenai adanya rencana 
(blue print) untuk mendivestasi seluruh saham Elnusa di masa dia menjabat. Dia 
juga enggan berkomentar mengenai rencana Pertamina membeli 37,15 persen saham 
Elnusa yang dimiliki Tridaya.

"Sudahlah, blue print itu urusan direksi yang sekarang. Periode lama nggak ada 
urusan. Saya nggak mau komentar," kilah Ari.

Mengenai itu, Basuki menegaskan Elnusa adalah perusahaan yang sangat sehat. 
Pertamina malah memberinya kesempatan untuk menjadi perusahaan terbuka karena 
memang berkinerja baik.

Siang tadi Menteri
 Negara BUMN Sofyan Djalil menyerahkan rencana pembelian saham ELSA kepada 
jajaran direksi dan komisaris Pertamina.

"Semua tergantung dari direksi dan komisaris, kalau harganya kemahalan kita 
tidak akan masuk," ungkap Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil, usai salat Jumat 
di Gedung Kemenneg BUMN, Jakarta.

Dalam pandangan Sofyan, harga yang pantas adalah harga yang sebenarnya, bukan 
dilihat potensi keuntungan 10 tahun yang akan datang. "Di harga yang sekarang 
itu nggak boleh," tegasnya.



      

Kirim email ke