jk, mega sudah keluar (mudah2an sby ikut bantu) ... kasihan org sakit koq 
dipenjara, harusnya kan diobati.
di salah satu online news disebutkan kalau staff rs tsb menyatakan, bahwa 
sampai mati pun print-out yg diminta ibu prita tdk akan keluar karena hasilnya 
error ... padahal analyzer tsb pasti computerized, data tersimpan rapih kalau 
tdk dihapus, lagipula it's paid order ... no result?


http://www.detiknews.com/read/2009/06/03/131327/1142010/10/tahan-prita-kejaksaan-tak-adil
http://www.detiknews.com/read/2009/06/03/130022/1141995/10/jk-keberatan-prita-ditahan
http://www.detiknews.com/read/2009/06/03/124632/1141988/10/dewan-pers-bertemu-45-menit-dengan-prita-di-lp-wanita-tangerang
http://pemilu.detiknews.com/read/2009/06/03/124558/1141979/700/megawati-berencana-jenguk-prita-mulyasari





--- On Wed, 6/3/09, Yudizz <yudiz...@gmail.com> wrote:

From: Yudizz <yudiz...@gmail.com>
Subject: RE: [ob] OOT: RS OMNI sangat arogant!! TERLALU!!
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Date: Wednesday, June 3, 2009, 6:03 AM








        



 
 

 

 

 

 

 





 















Saran saya, kalo punya
duit mending berobat di luar negeri saja. Urusan dengan hospital di
 Indonesia cuma buang2
waktu & tenaga, bayarnya mahal belum tentu sembuh juga. 

   

Mohon maaf sebelumnya,
tapi saya amati kelakuan dokter2 di
 Indonesia banyak sekali yang arogan
(tidak semua, rata2 yang dokter muda). Mungkin karena merasa sekolahnya mahal.
Sering mereka salah bikin diagnosa, tapi nggak mau ngaku salah. 

   

Regards, 

Yudizz 

   

   



Powered by BEI
Berbullish™ 











From:
 obrolan-bandar@yahoogroups.com [mailto:
 obrolan-bandar@yahoogroups.com ] On Behalf Of Armando Anthony

Sent: Wednesday, June 03, 2009
12:50 PM

To: obrolan-bandar@yahoogroups.com

Subject: Re: [ob] OOT: RS OMNI
sangat arogant!! TERLALU!! 



   













 







Saya pernah mengalami hal serupa dibeberapa Rumah Sakit.  Beberapa
RS Swasta, terutama yg masih baru2 berdiri, memang seperti itu
kelakuannya.  Biasanya hasilnya pahit.  Saya cukup bersimpati
terhadap Ibu itu (saya pernah lihat di local news).  Kalau tidak salah
beliau masih banding. 





  





  Ada 
yg tahu bagaimana cara membantu Ibu itu? secara legal ataupun financial?
 Ada yg mau jadi
volunteer? Saya siap menyumbang. 





  





Armando 





   









From: Adam
Rajsha <adam.rajsha@ gmail.com>

To: obrolan-bandar@ yahoogroups. com

Sent: Wednesday, June 3, 2009
12:04:12 PM

Subject: [ob] OOT: RS OMNI sangat
arogant!! TERLALU!! 





Maaf Mbah, numpang OOT. 





  





kejadian yg sangat mengenaskan, bagaimana bila korban malapaktek ini
terjadi pada keluarga anda? tapi anehnya korban malah masuk penjara. 





  





peristiwa ini menunjukan SIKAP AROGANSI RS OMNI..  





PENZHOLIMAN sebuah rumah sakit terhadap pasien.  





  





hai para dokter RS OMNI dimanakah rasa kemanusiaan anda?, menjebloskan
seorang ibu masuk ke penjara, dng membiarkan dua anak balita-nya 'lepas'
dari kasih sayang ibu-nya. 





  





hukum di negara ini
benar2 sedang 'sakit'! 





Rabu, 3 Juni 2009 | 11:12 WIB 





http://megapolitan. kompas.com/ read/xml/ 2009/06/03/
1112056/Inilah. Curhat.yang. Membawa.Prita. ke.Penjara 

JAKARTA,
KOMPAS.com — Prita Mulyasari, ibu dua anak,
mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang, Banten, gara-gara
curhatnya melalui surat 
elektronik yang menyebar di internet mengenai layanan RS Omni Internasional
Alam Sutera. 



Kisah Prita bermula saat ia dirawat di unit gawat darurat RS Omni Internasional
pada 7 Agustus 2008. Selama perawatan, Prita tidak puas dengan layanan yang
diberikan. Ketidakpuasan itu dituliskannya dalam sebuah
 surat elektronik dan menyebar secara berantai
dari milis ke milis. 



 Surat 
elektronik itu membuat Omni berang. Pihak rumah sakit beranggapan Prita telah
mencemarkan nama baik rumah sakit tersebut beserta sejumlah dokter mereka.
Seperti apakah surat 
Prita yang membawanya ke  penjara? 



Berikut ini adalah surat 
prita.





RS OMNI DAPATKAN PASIEN DARI HASIL LAB
FIKTIF



Prita Mulyasari - suaraPembaca 



Jangan sampai kejadian saya ini menimpa ke
nyawa manusia lainnya. Terutama anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat
berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title international
karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba
pasien, penjualan obat, dan suntikan. 



Saya tidak mengatakan semua RS
international seperti ini tapi saya mengalami kejadian ini di RS Omni
International. Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB. Saya dengan
kondisi panas tinggi dan pusing kepala datang ke RS OMNI Internasional dengan
percaya bahwa RS tersebut berstandar International, yang tentunya pasti
mempunyai ahli kedokteran dan manajemen yang bagus. 



Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa
suhu badan saya dan hasilnya 39 derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan
darah dan hasilnya adalah trombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah
200.000. Saya diinformasikan dan ditangani oleh dr I (umum) dan dinyatakan saya
wajib rawat inap. dr I melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya
yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000.



dr I menanyakan dokter specialist mana yang
akan saya gunakan. Tapi, saya meminta referensi darinya karena saya sama sekali
buta dengan RS ini. Lalu referensi dr I adalah dr H. dr H memeriksa kondisi
saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif
demam berdarah.



Mulai malam itu saya diinfus dan diberi
suntikan tanpa penjelasan atau izin pasien atau keluarga pasien suntikan
tersebut untuk apa. Keesokan pagi, dr H visit saya dan menginformasikan bahwa
ada revisi hasil lab semalam. Bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa
dilakukan revisi?). Saya kaget tapi dr H terus memberikan instruksi ke suster
perawat supaya diberikan berbagai macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa
izin pasien atau keluarga pasien.



Saya tanya kembali jadi saya sakit apa
sebenarnya dan tetap masih sama dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam
berdarah. Saya sangat khawatir karena di rumah saya memiliki 2 anak yang masih
batita. Jadi saya lebih memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini
supaya saya cepat sembuh dan saya percaya saya ditangani oleh dokter
profesional standard Internatonal.



Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai
macam suntikan yang setiap suntik tidak ada keterangan apa pun dari suster
perawat, dan setiap saya meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang
memuaskan. Lebih terkesan suster hanya menjalankan perintah dokter dan pasien
harus menerimanya.. Satu boks lemari pasien penuh dengan infus dan suntikan
disertai banyak ampul. 



Tangan kiri saya mulai membengkak. Saya
minta dihentikan infus dan suntikan dan minta ketemu dengan dr H. Namun, dokter
tidak datang sampai saya dipindahkan ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya
makin naik kembali ke 39 derajat dan datang dokter pengganti yang saya juga
tidak tahu dokter apa. Setelah dicek dokter tersebut hanya mengatakan akan
menunggu dr H saja.



Esoknya dr H datang sore hari dengan hanya
menjelaskan ke suster untuk memberikan obat berupa suntikan lagi. Saya tanyakan
ke dokter tersebut saya sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus
udara. Saya tanyakan berarti bukan kena demam berdarah. Tapi, dr H tetap
menjelaskan bahwa demam berdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali
infus sebelah kanan dan kembali diberikan suntikan yang sakit sekali.



Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul
sekaligus dan saya terserang sesak napas selama 15 menit dan diberikan oxygen.
Dokter jaga datang namun hanya berkata menunggu dr H saja. 



Jadi malam itu saya masih dalam kondisi
infus. Padahal tangan kanan saya pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri
saya. Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak
dilakukan suntikan dan obat-obatan. 



Esoknya saya dan keluarga menuntut dr H
untuk ketemu dengan kami. Namun, janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam
hari. Suami dan kakak-kakak saya menuntut penjelasan dr H mengenai sakit saya,
suntikan, hasil lab awal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak
napas yang dalam riwayat hidup saya belum pernah terjadi. Kondisi saya makin
parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri.



dr H tidak memberikan penjelasan dengan
memuaskan. Dokter tersebut malah mulai memberikan instruksi ke suster untuk
diberikan obat-obatan kembali dan menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami
berdebat mengenai kondisi saya dan meminta dr H bertanggung jawab mengenai ini
dari hasil lab yang pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja. dr H
menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.



Keesokannya kondisi saya makin parah dengan
leher kanan saya juga mulai membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat.
Namun, saya tetap tidak mau dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain.
Tapi, saya membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan
dengan diberikan data medis yang fiktif.



Dalam catatan medis diberikan keterangan
bahwa bab (buang air besar) saya lancar padahal itu kesulitan saya semenjak
dirawat di RS ini tapi tidak ada follow up-nya sama sekali. Lalu hasil lab yang
diberikan adalah hasil thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.



Saya ngotot untuk diberikan data medis
hasil lab 27.000 namun sangat dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak
dicetak dan yang tercetak adalah 181.000. Kepala lab saat itu adalah dr M dan
setelah saya komplain dan marah-marah dokter tersebut mengatakan bahwa catatan
hasil lab 27.000 tersebut ada di Manajemen Omni. Maka saya desak untuk bertemu
langsung dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.



Saya mengajukan komplain tertulis ke
Manajemen Omni dan diterima oleh Og(Customer Service Coordinator) dan saya
minta tanda terima. Dalam tanda terima tersebut hanya ditulis saran bukan 
komplain.
Saya benar-benar dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Og yang tidak
ada service-nya sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh tindakan
saya meminta tanda terima pengajuan komplain tertulis. 



Dalam kondisi sakit saya dan suami saya
ketemu dengan manajemen. Atas nama Og (Customer Service Coordinator) dan dr G
(Customer Service Manager) dan diminta memberikan keterangan kembali mengenai
kejadian yang terjadi dengan saya. 



Saya benar-benar habis kesabaran dan saya
hanya meminta surat 
pernyataan dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan
181.000. Makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi
thrombosit 181.000 saya masih bisa rawat jalan. 



Tanggapan dr G yang katanya adalah
penanggung jawab masalah komplain saya ini tidak profesional sama sekali. Tidak
menanggapi komplain dengan baik. Dia mengelak bahwa lab telah memberikan hasil
lab 27..000 sesuai dr M informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara
lab, Manajemen, dan dr H. Namun, tidak bisa dilakukan dengan alasan akan
dirundingkan ke atas (Manajemen) dan berjanji akan memberikan
 surat tersebut jam 4 sore.



Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke
perawatan dalam kondisi saya dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya
ini menular. Menurut analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit
gondongan namun sudah parah karena sudah membengkak. Kalau kena orang dewasa
laki-laki bisa terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista. 



Saya lemas mendengarnya dan benar-benar
marah dengan RS Omni yang telah membohongi saya dengan analisa sakit demam
berdarah dan sudah diberikan suntikan macam-macam dengan dosis tinggi sehingga
mengalami sesak napas. Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru
ini dan memang saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi
sesak napas.. 



Suami saya datang kembali ke RS Omni
menagih surat 
hasil lab 27.000 tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak
jelas dan meminta diberikan waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya.
Keesokan paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 12 siang belum ada
orang yang datang dari Omni memberikan surat 
tersebut. 



Saya telepon dr G sebagai penanggung jawab
kompain dan diberikan keterangan bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya.
Namun, sampai jam 4 sore saya tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang ke
rumah saya. Kembali saya telepon dr G dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim
dan ada tanda terima atas nama Rukiah.



Ini benar-benar kebohongan RS yang
keterlaluan sekali. Di rumah saya tidak ada nama Rukiah. Saya minta disebutkan
alamat jelas saya dan mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu yang
lama. LOgkanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat 
tertujunya ke mana kan ?
Makanya saya sebut Manajemen Omni pembohon besar semua. Hati-hati dengan
permainan mereka yang mempermainkan nyawa orang.



Terutama dr G dan Og, tidak ada sopan
santun dan etika mengenai pelayanan customer, tidak sesuai dengan standard
international yang RS ini cantum. 



Saya bilang ke dr G, akan datang ke Omni
untuk mengambil surat 
tersebut dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis
saja dan pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami. 



Pihak manajemen hanya menyebutkan mohon
maaf atas ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenai kesalahan lab awal
yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dan diberikan suntikan
yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari sebelum masuk ke RS
Omni.



Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan
 surat tersebut? Karena
saya ingin tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif
saja supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap. 



Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan
janji maka sebenarnya adalah hasil lab saya 27.000 adalah fiktif dan yang
sebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak
napas dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung tertangani
dengan baik. 



Saya dirugikan secara kesehatan. Mungkin
dikarenakan biaya RS ini dengan asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil
limit asuransi saya semaksimal mungkin. Tapi, RS ini tidak memperdulikan efek
dari keserakahan ini. 



Sdr Og menyarankan saya bertemu dengan
direktur operasional RS Omni (dr B). Namun, saya dan suami saya sudah terlalu
lelah mengikuti permainan kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan
dirawat di RS lain. 



Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik
namun ada kondisi mata saya yang selaput atasnya robek dan terkena virus
sehingga penglihatan saya tidak jelas dan apabila terkena sinar saya tidak
tahan dan ini membutuhkan waktu yang cukup untuk menyembuhkan. 



Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan
hidup dan nasibnya masing-masing. Benar. Tapi, apabila nyawa manusia
dipermainkan oleh sebuah RS yang dipercaya untuk menyembuhkan malah
mempermainkan sungguh mengecewakan. 



Semoga Allah memberikan hati nurani ke
Manajemen dan dokter RS Omni supaya diingatkan kembali bahwa mereka juga punya
keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan
medis. Mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini. 



Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan
salah satu pembaca adalah karyawan atau dokter atau Manajemen RS Omni. Tolong
sampaikan ke dr G, dr H, dr M, dan Og bahwa jangan sampai pekerjaan mulia
kalian sia-sia hanya demi perusahaan Anda. Saya informasikan juga dr H praktek
di RSCM juga. Saya tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan
perawatan medis dari dokter ini. 





Salam, 

Prita Mulyasari 

Alam Sutera  







 



-- 

salam,

AR 

















   















    
    







 

        
        




      

Kirim email ke