Ah masa sih borderless, USA aja yg bapaknya free market masih melakukan
proteksi utk beberapa bidang ekonominya, tidak ada yg sempurna. Yg pasti
semuanya akan mencari titik equilibriumnya walau mungkin jalannya panjang
sekali.


On Sun, May 24, 2009 at 10:33 PM, Yuta <yuta.tizi...@gmail.com> wrote:

> Sebenarnya issue Neolib dipakai untuk menyerang Boediono, karena lawan
> politik melihat pasangan ini hampir tidak mempunyai titik kelemahan. Emosi
> grass root akan dipancing bahwa Neolib itu identik dengan pasar bebas dan
> penjajahan ekonomi oleh asing, walaupun kenyataannya tidak demikian.
>
> Di zaman borderless sekarang ini, membuka pasar bukan langkah yang keliru,
> yang penting regulator (pemerintah) tidak punya vested interest, baik
> pribadi, keluarga, group maupun partai.
>
> Lihat India, terbukti bahwa ekonomi mereka maju karena PM Singh seorang
> profesor yang jujur, well-educated dan open terhadap pengaruh asing. Tidak
> ada perusahaan US atau Jepang yang tidak invest di India. Dan investasi
> asing ini blend-in sangat baik dengan sumber tenaga dan konsumen yang luar
> biasa besar disana.
>
> Service/IT company yang listed di Fortune 500, hampir semuanya sudah punya
> kantor di India. Mereka memanfaatkan regulasi, low payer employee, untuk
> entry, database processing dll.
>
> India menjadi salah satu success story dan memberikan inspirasi bagi SBY
> untuk memilih Prof Boediono menjadi pendampingnya.
>
> Jadi, kalau cuma wording tapi tanpa definisi, visi/misi, timeframe maupun
> target yang jelas, ekonomi kerakyatan yang dipakai calon lain, hanya sebagai
> counter attack dari Neolib, dimana rakyat hanya mengira bahwa dengan
> berbicara atau memakai "Ekonomi Kerakyatan", masa depan dan taraf hidup
> mereka ("rakyat") akan lebih baik ke depannya.
>
> So ironic, kata Ratu Sima.....
>
>

Kirim email ke