Jakarta - Faktor price earning PT Bumi Resources (BUMI) yang masih rendah menjadi acuan investor bermain di saham batubara thermal ini pada perdagangan Selasa (19/5). Investor direkomendasikan trading buy atas saham sejuta umat ini. Bayu Nugroho, Fund Manager PT Valbury Asia Securities memprediksikan saham BUMI menguat akibat valuasinya yang masih rendah. Karena itu, penguatan saham sejuta umat ini lebih karena faktor spekulatif. Investor disarankan hati-hati bermain di saham ini. “Karena itu pula, investor direkomendasikan trading buy,” papar Bayu, di Jakarta, semalam. Menurutnya, faktor price earning (PE) BUMI yang rendah menjadi pertimbangan utama investor dibandingkan setimen lainnya. Menurutnya, BUMI sangat cocok jika di-trading pada level Rp 1.930 hingga Rp 1.990. ”Artinya di bawah level Rp 2.000 masih bisa beli karena kecenderung BUMI masih menguat,” tandasnya. Pada perdagangan kemarin BUMI ditutup menguat 180 poin (10,05%) ke level Rp 1.970 dibandingkan perdagangan pekan lalu yang ditutup pada angka Rp 1.790. Harga tertinggi BUMI mencapai Rp 1.970 dan harga terendahnya Rp 1.600. Sedangkan volume perdagangan mencapai 872,2 juta lembar saham senilai Rp 1,5 triliun dan frekuensi 16.281 kali. Sedangkan level resistant berikutnya, lanjut Widhi, BUMI akan coba mengarah pada angka Rp 2.100. Namun, investor harus tetap hati-hati dengan membeli BUMI di bawah level Rp 2.000. Pasalnya, penguatan BUMI juga didukung harga komoditas yang naik. Ia juga memaparkan, sektor komoditas akan menjadi penopang penguatan IHSG hari ini termasuk BUMI. Kenaikan harga komoditas akan menambah net income dari perusahaan-perusahaan pertambangan. ”Akibatnya, saham-saham pertambangan menjadi naik,” imbuhnya. Penguatan harga batubara dan timah masih akan menjadi sentimen positif bagi saham-saham pertambangan. “Karena itu, pelaku pasar melakukan antisipasi terefleksi secara positif dalam penguatan saham sektor komoditas termasuk BUMI,” jelasnya. Selain itu, penguatan BUMI juga terjadi karena positifnya sentimen market dengan prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Selasa (19/5) ini mengalami kenaikan. Alhasil, mengingat BUMI merupakan saham yang paling likuid, menjadi fokus investor untuk bertransaksi saham. Sentimen penguatan indeks hari ini, terjadi karena terimbas bursa India melonjak hingga 17% pada penutupan perdagangan kemarin. Bursa India merespons positif hasil pemilu sukses di negara itu yang penghitungan suaranya baru selesai kemarin. Di sisi lain, India juga termasuk salah satu negara yang mencatatkan pertumbuhan positif. “GDP India positif dan sukses melaksanakan pemilu sehingga direspons positif oleh bursa di sana,” tandasnya. Sementara itu, Indonesia juga merupakan salah satu dari empat negara di dunia yang mencatatkan pertumbuhan positif setelah India, China, dan Vietnam. Karena itu, pesatnya penguatan indeks di India akan diantisipasi pelaku pasar saham di Indonesia. “Pasar meyakini apa yang terjadi di India akan terjadi juga di Indonesia sehingga bursa Indonesia juga akan positif,” jelasnya. Meski pasar ekspor Indonesia mengalami penurunan, lanjut Bayu, namun tidak terlalu berpengaruh pada gross domestic product (GDP). Akibatnya, pertumbuhan Indonesia masih positif dan menguat meskipun mengalami penurunan ekspor hingga jauh lebih rendah dibandingkan Singapura. Pasalnya, pengaruh ekspor Indonesia terhadap GDP hanya 10%. ”Jadi, walaupun ekspor kita paling rendah dibandingkan dengan negara tetangga tapi karena pengaruhnya kecil terhadap GDP, jelas ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dibandingkan Singapura,” tukasnya. [E1]