Cerita ini sangat tragis, tapi kalau dbaca dari TA , eksekutif ini akan kembali 
bangkit dalam tempo yg sangat cepat karena dia Mantan Pialang bukan newbie he 
he e

Thanks for the story

Sent from my BlackBerry® Berry® 

-----Original Message-----
From: abe abe <abe9...@gmail.com>

Date: Fri, 17 Apr 2009 22:53:49 
Subject: [ob] Renungan : Eksekutif itu kini jadi pengantar pizza


Eksekutif itu kini jadi pengantar pizza
<http://www.gerejaoikos.org.au/perth.php/weblog/category/god_sightings/>

Krisis ekonomi di AS membuat seorang eksekutif bergaji Rp 8,8 miliar per
tahun jatuh bangkrut. Untuk bertahan hidup, sang eksekutif pun akhirnya
menjadi pengantar pizza dengan upah rendah. RESESI di Amerika Serikat memang
begitu kejam. Tak hanya raksasa bisnis yang silih berganti bertumbangan.
Bagi warganya pun, krisis kali ini benar-benar bisa mengubah nasib mereka
180 derajat. Tengok saja apa yang terjadi pada seorang eksekutif bernama Ken
Karpman ini.

Selama 45 tahun, Hidup Ken Karpman nyaris sempurna. Lulus dari universitas
bergengsi UCLA (University of California) dengan gelar MBA, Karpman langsung
mendapat pekerjaan sebagai pialang saham. Dia pun kemudian menikahi gadis
impiannya, Stephanie, dan dikarunia dua anak. Bersama, mereka telah
berkeliling dunia dalam paket liburan yang mahal tiap tahun.


Sekitar 20 tahun meniti karir sebagai pialang, Karpman pun naik jabatan
dalam perusahaannya. Gajinya turut melonjak mencapai US$750.000 (sekitar
lebih dari Rp 8,8 miliar) per tahun. “Saat itu hidup begitu indah. Kami bisa
menghasilkan banyak uang. Entah mengapa situasi itu kok tidak berlanjut?”
kata Karpman dalam wawancara khusus dengan stasiun televisi ABC.


Dari seluruh sisi kehidupan mereka, Ken dan Stephanie Karpman menikmati
benar gaya hidup kelas atas. Mereka tinggal di wilayah elite, Tampa,
Florida. Bahkan mereka memiliki satu lapangan golf seluas 400 kaki persegi.
Untuk urusan uang, bisa dibilang keluarga ini tidak ada masalah. “Saya tidak
pernah memperhatikan harga saat membeli sesuatu di toko,” ujarnya. “Saya
hanya tinggal masukkan barang apa pun yang saya inginkan ke dalam troli dan
membayar berapa pun harganya,” lanjut Karpman. Karpman sangat percaya diri
dengan keberuntungannya. Dengan dukungan ekonomi kuat, dia meninggalkan
pekerjaannya pada 2005 untuk memulai usahanya sendiri yang sejenis dengan
pekerjaan lamanya. Untuk mendirikan perusahaan sendiri sekaligus
meningkatkan taraf hidup, Karpman dengan enteng mengeluarkan dana US$500.000
dari tabungannya. Seperti kebiasaan orang-orang Amerika, Karpman juga
mengajukan kredit dalam jumlah besar dengan jaminan rumah.


Namun nasib berkata lain. Keberuntungan itu berbalik arah. Seiring dengan
badai krisis yang menghantam Negeri Paman Sam, Karpman pun tak mampu menarik
para investor. Akibatnya, dia dipaksa untuk menggulung tikar perusahaannya.
Bahkan kini dia tidak memiliki pekerjaan. Dia pontang-panting memasuki
banyak bursa kerja, namun hasilnya pun nihil. Itu tidak pernah dialami
Karpman di masa lalu. Urusan pekerjaan kala itu begitu sangat mudah. “Dulu,
ketika saya diwawancara untuk kerja, saya bisa bersikap kurang ajar karena
saya seolah balik mewawancara orang bagian HRD apakah perusahaannya memang
layak memperkerjakan saya,” ujarnya. “Kini, seolah Anda harus memelas dan
bahkan mengemis-ngemis untuk bisa bekerja,” tambahnya.


*Mengantar Pizza*


Setelah satu masa sulit yang panjang dan pencarian kerja yang sia-sia,
keluarga Karpman kehabisan uang tabungan untuk keperluan sehari-hari. Bahkan
mereka dililit utang ratusan ribu dollar. Rumah mewah mereka pun terancam
disita oleh bank. Membutuhkan uang segar dengan segera untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari, Karpman mencoba menemukan pekerjaan. Apapun akan
dilakukannya, tidak lagi pilih-pilih pekerjaan, meski itu menurunkan
derajatnya. Ia mencoba melamar menjadi bartender namun ternyata hanya
penolakan yang ia dapat. Akhirnya, dia membawa mobil Mercedes-nya ke ke
Mike’s Pizza & Deli Station di Clearwater dan melamar kerja. Mike Dorado,
pemilik toko pizzaitu, mengatakan dirinya terkejut ketika membaca curiculum
vittae Karpman. Untuk menjadi pengantar pizza dari rumah ke rumah tak perlu
harus bergelar MBA dan berpengalaman sebagai manajer pialang saham. Dengan
kata lain, Karpman tergolong over-qualified (bobot pendidikan dan pengalaman
kerja terlalu tinggi untuk posisi kerja yang dia lamar). Bagaimanapun, yang
ada hanya lowongan sebagai pengantar pizza.


Bahkan, sang istri Stephanie Karpman lebih terkejut lagi saat Ken tiba di
rumah dengan pekerjaan barunya. “Kamu tidak bercanda, kan?” kata Stephanie.
“Mengantarkan pizza. Tidak pernah terpikirkan olehku, bahkan dalam mimpi
terliarku sekalipun untuk melakukan itu,” lanjutnya.


Gaji Karpman terjun bebas. Dari enam digit per jam menjadi hanya USD 7,29
(RP. 85.000) per jam plus tips, satu angka yang terbilang sangat kecil untuk
ukuran AS.


Namun itu adalah uang yang sepatutnya ia syukuri. “Ini adalah proses terjun
bebas, luar biasa bagaimana begitu banyak hal yang Anda katakan, ‘saya tak
bisa melakuan itu’ untuk menolak karena gengsi, tapi seminggu kemudian anda
katakan, ‘Ya… saya bisa melakuan itu,’” ujarnya.. “Saya tidak akan meniti
karir di bidang ini, namun akan mendapatkan sesuatu yang lebih di masa
depan, itu yang akan saya lakukan untuk tetap menjaga agar dapur tetap
mengepul,” lanjutnya.


Tekanan ini memang sempat memberi sedikit dampak pada pernikahan mereka.
Stephanie mengatakan dirinya tidak ingin suaminya meninggalkan pekerjaan
sebagai pialang dan berharap suaminya itu punya tabungan yang lebih. Tapi
itulah fakta yang harus diterimanya. “Tidak perlu bertanya di mana
letak kesalahannya,” ujar Ken Karpman. Dan ketika harus menunjuk kambing
hitam, “Saya akan menunjuk ke arah saya,” tegasnya.


Dari pengalamannya ini, Karpman menyadarai, setiap hari membawa satu
pelajaran baru dalam kehidupan dengan sedikit harta dan lebih banyak
kerendahan hati. “Pizza adalah langkah maju,” tandasnya. Saat Karpman
menghitung setiap sen yang dia terima, dia masih berharap bisa kembali ke
posisinya yang dulu dan kembali ke gaya hidup papan atas yang sekan tak bisa
lepas dari tangan. “Saya butuh beberapa kemenangan,” ujarnya. “Semoga, itu
akan segera kembali,” lanjutnya.

Kirim email ke