Ralat Lapkeu, BEI Akan Periksa BNBR
  
ilustrasi<http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/04/07/10482360/ralat.lapkeu.bei.akan.periksa.bnbr#>
Logo PT Bakrie & Brothers Tbk
 
/<http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/04/07/10482360/ralat.lapkeu.bei.akan.periksa.bnbr>
 *Artikel Terkait:*

   - Pendapatan Bakrie Telecom Naik 67,8
Persen<http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/03/30/15255642/pendapatan.bakrie.telecom.naik.678.persen>
   - Anindya Bakrie, Kenal Bisnis Sejak
Balita<http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/03/19/08050835/anindya.bakrie.kenal.bisnis.sejak.balita>
   - Stimulus 21 Dinilai Kurang
Efektif<http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/03/14/11525994/stimulus.21.dinilai.kurang.efektif>
   - 12 Perusahaan Lakukan "Buy
Back"<http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/03/13/17021693/12.perusahaan.lakukan.buy.back>
   - Akhirnya, Bakrie Teken Penyelesaian Repo ke
PNM<http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/02/26/09120589/akhirnya.bakrie.teken.penyelesaian.repo.ke.pnm>

    <http://www.kontan.co.id/>

 Selasa, 7 April 2009 | 10:48 WIB

*JAKARTA, KOMPAS.com *— Bursa Efek Indonesia kembali meneropong isi laporan
keuangan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR). BEI ingin mengungkap latar
belakang induk usaha Grup Bakrie itu meralat nilai kerugian bersih dalam
laporan keuangan 2008.

Sebagai langkah pembuka, pekan ini BEI akan memeriksa auditor laporan
keuangan 2008 BNBR. Sebagai informasi, BNBR menunjuk Kantor Akuntan Publik
Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang selaku auditor laporan keuangan
konsolidasi BNBR tahun 2008.

BEI akan meminta penjelasan auditor mengenai latar belakang revisi nilai
kerugian BNBR. Maklum, revisi tersebut berselisih nyaris Rp 1 triliun.
"Paling lambat pekan ini akan kami periksa, kalau bisa secepatnya," kata
Direktur Pencatatan BEI Eddy Sugito, Senin (6/4).

Eddy mengakui, selisih nilai kerugian bersih BNBR tersebut memang sangat
besar. Apalagi, mereka melakukan revisi hanya berselang sehari setelah
laporan keuangan BNBR keluar. "Poin ini yang akan kami mintakan penjelasan,"
imbuhnya.

Sedikit berkilas balik, Jumat pekan lalu manajemen BNBR mengumumkan kerugian
bersih mereka mencapai Rp 16,62 triliun. Namun, sehari kemudian, BNBR
meralat nilai kerugian bersih menjadi Rp 15,86 triliun. Ini berarti,
kerugian induk usaha Grup Bakrie itu menyusut sekitar Rp 760 miliar.

Menurut Direktur BNBR Dileep Srivastava, penurunan nilai kerugian bersih
BNBR tersebut terjadi karena terdapat kesalahan dalam pencatatan kontribusi
laba anak perusahaan. Tadinya, laba dari anak usaha ini tercatat hanya Rp
582 miliar. Padahal, jumlah laba anak usaha yang benar adalah Rp 1,58
triliun.

Eddy mengatakan, selain auditor BNBR, BEI juga akan memeriksa manajemen
BNBR. "Pokoknya dari kedua belah pihak supaya tidak simpang siur," tuturnya.

Makanya, Eddy tidak ingin menduga-duga tentang alasan perubahan laporan
keuangan BNBR tersebut. Menurutnya, tim auditor tidak mungkin melakukan
keteledoran hanya karena alasan untuk memenuhi tenggat waktu alias *deadline
*penyerahan laporan keuangan.

Sebab, aturan di bursa sudah jelas. Emiten yang hingga 31 Maret belum
menyerahkan laporan keuangan, tetapi bisa memenuhinya pada April hanya akan
terkena surat peringatan. "Tapi, saya belum berani mengatakan indikasinya
apa, makanya kami harus ketemu dulu dengan mereka," ujarnya.

*BNBR akan patuh
*

Manajemen BNBR sendiri siap memenuhi panggilan BEI. "Kami menyerahkan
masalah ini kepada otoritas bursa," kata Dileep.

Dileep kembali menegaskan bahwa kesalahan pencatatan pos laba anak
perusahaan dalam laporan keuangan BNBR tahun 2008 adalah murni kesalahan
manusia.

Walau kerugian bersih BNBR menyusut, kerugian ini tetap saja mencatatkan
rekor sebagai kerugian terbesar emiten sepanjang sejarah pasar modal
Indonesia. Penyumbang terbesar kerugian BNBR berasal dari penjualan
kepemilikan saham di beberapa anak perusahaan. Dari pos ini saja, BNBR
merugi Rp 17,06 triliun.

Pengerek kerugian BNBR lainnya berasal dari beban rugi kurs yang lumayan
besar. Tahun lalu BNBR harus menelan rugi kurs sebesar Rp 526,5
miliar. *(Yuwono
Triatmodjo, Fitri Nur Arifenie/Kontan)*

Kirim email ke