http://www.jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=58984

 

[ Senin, 23 Maret 2009 ] 
Dahlan Iskan : Komite Aksi Merebut Uang Inves Kembali 

 
KETIKA ke Singapura kemarin, saya mencatat dua peristiwa menarik yang
terkait dengan krisis ekonomi dunia sekarang ini. Yang pertama mengenai
aksi para pembeli minibond. Yang kedua mengenai dikaitkannya gaji
pegawai negeri dengan krisis ekonomi.

Mengenai minibond, aksi itulah yang bisa menjadi harapan baru bagi
orang-orang Indonesia yang uangnya amblas di Singapura. Terutama, mereka
yang menempatkan uangnya dalam bentuk minibond. "Kami berharap
teman-teman dari Indonesia bergabung bersama kami untuk meminta uang itu
kembali," ujar Steve Yap kepada saya. "Uang keluarga saya sendiri lebih
Rp 2 miliar terbelit di situ," ujar Steve, yang dua tahun lalu pensiun
dari perusahaan asing di Singapura.

Menurut Steve, 55, tercatat 8.000 orang yang menempatkan uangnya di
minibond. Banyak juga yang dari Surabaya, Jakarta, dan kota-kota lain di
Indonesia. Steve dan teman-teman Singapuranya sudah membentuk komite
aksi untuk mengurus investasi mereka di perusahaan derivatif itu. "Asal
kita kompak, harapan untuk meraih uang itu sangat besar. Di Hongkong
sudah berhasil," katanya. 

Steve juga sudah memasang iklan di harian berbahasa Mandarin, Guo Ji
Ribao (Jawa Pos Group), di Jakarta pekan lalu. "Kami berharap kalau
sudah terkumpul 1.000 orang, baru komite mulai memasukkan klaim dan
langkah hukum lainnya," ujar Steve. Untuk itu sebuah pertemuan investor
minibond sudah dilaksanakan awal bulan tadi. Sebuah pertemuan lagi akan
dilakukan sebelum akhir bulan ini.

Di antara 8.000 investor minibond tersebut, sudah sekitar 4.000 orang
yang melakukan klaim. Tapi, tidak ada yang terorganisasi sehingga tidak
berhasil. Kalau toh ada yang mendapatkan kembali uangnya, mereka
hanyalah orang-orang yang dianggap sangat miskin dengan nilai investasi
yang kecil.

Minibond (lihat buku saya yang berjudul Kentut Model Ekonomi) ternyata
sebenarnya bukanlah sebuah bond. Minibond ternyata produk derivatif yang
dikeluarkan PT Minibond, sebuah perusahaan dengan modal hanya 2 dolar
yang berpusat di sebuah pulau nyaris tak berpenghuni di Laut Karibia
sana. 

Banyak orang yang tertarik untuk menempatkan uangnya di Minibond karena
bisa mendapat bunga sedikit lebih baik daripada bentuk-bentuk invetasi
lain, seperti deposito atau membeli bond. Karena dinamakan minibond,
orang mengira ini juga sebuah bond yang biasanya disandarkan pada
jaminan sebuah perusahaan. Tidak tahunya, minibond hanyalah nama.
Praktiknya, uang yang terkumpul dibelikan produk-produk derivatif,
terutama yang jaminannya adalah kredit yang jelek (default credit
swaps/DCS) yang juga disebut subprime morgate.

Yang menarik, minibond ini hanya dijual di Hongkong, Taiwan, dan
Singapura. Tidak ada di Jepang, Eropa, atau AS sendiri. Banyak sekali
pensiunan menempatkan uangnya di sana, sehingga ketika terjadi krisis,
banyak investor yang menjerit. "Di sini ada yang sampai jadi sopir
taksi," ujar Steve. "Satu-satunya uang untuk sumber hidupnya ditaruh di
minibond," tambahnya.

Komite Aksi Minibond di Singapura ini juga sudah menunjuk pengacara
bernama Conrad Campos. "Tidak gampang cari pengacara untuk kasus ini.
Banyak pengacara yang terkait dengan institusi keuangan. Kami mencari
pengacara yang tidak memiliki benturan kepentingan," katanya. "Juga yang
bisa diajak nego soal bayaran dan taktik untuk berjuang," tambahnya.

Komite ini juga sudah membangun website (www.miagsg.com) sehingga siapa
pun bisa berorganisasi lewat website itu. Semua syarat dan tanya jawab
disediakan di website itu. Singapura memang punya pengalaman melakukan
klaim secara bersama-sama melalui website seperti itu. Yang paling
terkenal ketika 5.000 orang menggugat sebuah klub yang menjanjikan
kenyamanan, tapi mencari anggota melebihi kapasitas klub. Gugatan
ramai-ramai itu ternyata menang.

Tidak ada demo, tidak ada perusakan. Tapi, aksi mereka sangat
effektif. 

Cerita menarik kedua adalah tersiarnya edaran untuk pegawai negeri di
sana. Karena krisis ekonomi tidak segera membaik, pegawai negeri
menerima edaran bahwa kemungkinan gaji mereka dipotong. Ini terutama
untuk golongan yang atas. Demikian juga bonus untuk pegawai negeri tahun
ini sangat mungkin nol.

Karena yang demikian ini baru terjadi pertama, orang pun menarik
kesimpulan bahwa gaji pegawai negeri di Singapura juga dikaitkan dengan
kinerja capaian ekonomi negara. Kalau ekonomi negara jelek, gaji pegawai
negeri juga dipotong. Dengan demikian, negara Singapura seperti sebuah
perusahaan swasta saja.

Memang di sana ada unsur bonus dalam komponen gaji. Terutama bonus
tahunan. Mirip yang terjadi di swasta. Kalau pertumbuhan ekonomi negara
sangat baik, bonusnya juga sangat baik. Dengan demikian, pegawai negeri
juga harus memikirkan apakah pekerjaan yang dia lakukan membuat
pertumbuhan ekonomi negara naik atau turun.

Di Indonesia bonus pegawai negeri bisanya diberikan dalam bentuk gaji
ke-13. Itu pun tidak pernah dikaitkan dengan performance ekonomi negara.
Tapi, kalau sistem itu diterapkan, mungkin juga tidak pernah ada yang
bisa dapat bonus, mengingat belum terukurnya kinerja pegawai negeri
dalam ikut menumbuhkan ekonomi. Jangan-jangan malah hanya menghambat.

Tapi, baru sekali ini terjadi pegawai negeri tidak akan dapat bonus
pertumbuhan dan bahkan gajinya dipotong. Tahun ini pertumbuhan Singapura
kira-kira memang akan minus lima. Bahkan, bisa-bisa akan minus delapan.
Indonesia yang diperkirakan bisa tumbuh 4,5 persen, kalau benar-benar
terjadi, akan menjadi negara dengan pertumbuhan nomor empat terbaik di
dunia setelah Tiongkok (8), India (6), Arab Saudi (5). Negara-negara
selebihnya akan tumbuh di bawah itu, bahkan mayoritas akan minus. (*)
 


 

Regards,

Yudizz

Kirim email ke