Apa itu
EPS dan apa itu PER ?
EPS = Earning Per Share
Rumus untuk mendapatkan angka EPS adalah ( Total Net Profit / Jumlah
saham beredar )
Dalam LapKeu, EPS biasanya sudah disajikan angkanya sehingga kita tidak perlu
menghitung sendiri.
PER adalah Price Earning Ratio.
Rumus untuk mendapatkan angka PER adalah ( Harga saham / EPS )
Dalam satu periode LapKeu (3 bulan) angka EPS akan selalu tetap, sampai nanti
muncul LapKeu berikutnya yang menunjukkan angka EPS baru berdasar performance
perusahaan 3 bulan terakhir. Sebaliknya, angka PER akan selalu berubah-rubah,
mengikuti gerakan harga saham harian.
Beberapa waktu lalu saya sebutkan bahwa tidak ada perusahaan yang EPS (
performancenya ) SELALU naik, sementara pada saat yang sama harganya SELALU
turun. Logikanya, jika anda menyetor modal senilai Rp. 1000 per saham, lalu
perusahaan itu menghasilkan 50 perak pada triwulan pertama, lalu 100 perak pada
triwulan kedua, lalu 200 perak pada triwulan ketiga dan 400 perak pada triwulan
ke-empat, apakah anda mau jual saham perusahaan itu di bawah Rp. 1000? Kecuali
kepepet buat modal kawin, pasti anda ndak akan jual di bawah 1000 perak.
Jangankan di bawah 1000 perak, 1000 perak pun ogah, kalau bisa sih CEMBAN !!!
(ngarep,.. hehehe).
Sedangkan angka PER can be deceptive. Misalnya pada awal periode lapkeu PER
satu perusahaan katakanlah 15. Para insider (manajemen) dan kepanjangan
tangannya dan orang-orang yang bisa mengakses informasi dari mereka
(Institution, big money) tentu paling mengerti tentang performance perusahaan
selama periode 3 bulan sebelum lapkeu baru muncul. Dan mereka akan bertindak
sesuai apa yang mereka tau ( sapa sih yang ndak mau duit? ). Jika performance-nya
bagus, mereka akan memburu dan saling berebut (antara para institution) untuk
beli saham perusahaan tersebut, yang berakibat naiknya harga. Pada saat itu,
outsider dan investor awam mungkin takut karena angka PER meroket (harga saham
naik sementara EPS masih menggunakan data lama, otomatis PER bertambah) dan
berpikir, "wah ini udah kemahalan, ogah ah". Padahal begitu lapkeu
periode berikutnya muncul dengan angka EPS yang lebih tinggi, otomatis
angka PER akan turun. Sebaliknya juga berlaku sama, jika insider dan
kepanjangan tangannya tau bahwa performance perusahaan jelek, mereka akan berebut
utk jual atau malah ngeshort sehingga harga saham turun dan angka PER juga
turun. Outsider yang ndak ngerti, begitu melihat PER turun, berpikir,
"udah murah nih, beli ah" padahal begitu lapkeu keluar, portofolio
mereka-lah yang bakal jadi lebih murah.
Contoh nyata untuk hal ini adalah PGAS ( PGAS lageeee... hehehe, maaf, abis
yang inget cuma ini sih ), beberapa waktu lalu PER perusahaan ini sempat
mencapai level di atas 70. Orang-orang pada takut beli, "Harganya uda
kemahalan, PER-nya uda tinggi" katanya. Tapi begitu lapkeu terbaru keluar,
Boom !!! EPS meningkat 3 kali lipat lebih, sehingga PER-nya langsung turun ke
level 20an, level yang relatif sehat.
William J O'neill dengan metode CANSLIM-nya menyarankan untuk hanya beli saham
yang secara kontinyu EPS-nya meningkat diatas 25% pada setiap periode. Dengan
metode CANSLIM ini, dia pernah menghasilkan return 2000% dalam waktu 2 tahun.
Dia bilang, di bursa saham, ada ribuan saham yang dijual (di wall street).
Kalau kita bebas memilih, kenapa harus pilih barang jelek? Pilihlah yang paling
bagus ! Dan seperti halnya di pasar lain, barang bagus emang dijual mahal,
barang jelek dijual murah, kalau perlu obral, bayar 1 dapat 2...
Di salah satu buku ditulis, fundamental perusahaan itu ibarat pasang
naik/pasang turun, trend itu ibarat ombak, sedangkan gerakan harga harian itu ibarat riak-riak gelombang. Riak
gelombang bisa naik turun, sementara ombak bisa bikin mabuk, tapi pada akhirnya
arus pasang naik (high tide) atau pasang turun (low tide) yang akan menentukan
tinggi permukaan air/kedalaman laut.
Dengan bekal sedikit ilmu TA dari eyang Ratman, Wan_Al dkk, saya kira 'meramal'
harga saham akan lebih mudah ( Act like God ) : mana saham yang bakal naik,
mana saham yang bakal turun, beli di titik support/oversold, jual di titik
resistant/overbought dll. Habis, contoh yang disajikan cantik-cantik sih
(chartnya lho, bukan koleksi pramugari eyang). Ternyata begitu dipraktekkan,
bursa saham itu penuh onak dan duri. Hasilnya, jangankan menyamai reksadana
saham terbaik, menyamai reksadana yang 'rata-rata' aja susahnya minta
ampyuuuuuun. Karena pengennya bisa menyamai prestasi om Bill (pengen boleh
azzza kan...?
hehehe...) saya mencoba memberi nilai tambah dari aktifitas ramal-meramal
berdasar chart ini (ada yang bilang 'aktifitas klenik', dukun saham...
hahaha...), dgn juga melakukan studi fundamental berdasar LapKeu. Dengan
demikian, menurut saya, TA itu powerful, tapi
FA juga jangan diabaikan.
Buat para suhu-suhu di milis, tulisan ini bukan untuk bapak-bapak, saya yakin
bapak-bapak uda jauh lebih ngerti ketimbang saya. Tulisan ini hanya cocok untuk
yang baru masuk ke dunia saham dan/atau baru subscribe di milis. Di antara
puluhan/ratusan pakar-pakar, saya yakin ada satu dua orang spt itu yang
keselip. Semoga mereka bisa mendapat sedikit ilmu dari tulisan di atas,
sehingga, mumpung bulan puasa, saya kan
dapat pahala juga...hehehe...
Rgds