Saya hendak klarifikasi berita ini. Wawancara ini dilakukan sekitar 1 atau 2 
minggu lalu sehingga komentar saya sudah tidak valid saat ini.

Wawancara tersebut dimaksudkan sebagai rekomendasi hari tersebut sehingga tidak 
memiliki relevansi jika diterbitkan hari ini.

Mohon maklum adanya.

Regz,
DannyEugene

Powered by Telkomsel BlackBerry�

-----Original Message-----
From: "Kidod25" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Thu, 20 Nov 2008 06:55:36 
To: <obrolan-bandar@yahoogroups.com>
Subject: [obrolan-bandar] Lepas Saham dan Tinggalkan Pasar


Lepas Saham dan Tinggalkan Pasar
Asteria
   

(inilah.com/Raya Abdullah)   
INILAH.COM, Jakarta � Badai besar di pasar bursa domestik, tak pelak 
memicu kekhawatiran investor. Sejumlah analis menyikapi badai saham 
ini dengan merekomendasikan jual saham termasuk untuk saham-saham 
unggulan. Kalau perlu investor ke luar dari pasar. 

Analis Rifan Financindo Sekuritas, Haryajid Ramelan menilai pelemahan 
indeks saham masih akan terjadi mengingat beberapa sentimen negatif 
terus menekan pasar. Hal ini terlihat dari jatuhnya bursa kawasan 
seiring koreksi Indeks Dow Jones terendah sejak Maret 2003 akibat 
outlook ekonomi yang mengkhawatirkan. 

Sementara itu, harga minyak mentah terus merosot untuk lima hari 
berturut-turut dipicu kekhawatiran penurunan permintaan minyak 
mentah. Hal ini sudah ditunjukkan dari tingkat konsumsi BBM AS yang 
selama empat pekan terakhir turun 7% menjadi 19,1 juta barel per 
hari. 

Di pasar Asia, kontrak minyak Nymex bulan Desember turun 69 sen 
(1,2%) di level US$ 52,93 per barel setelah pada penutupan 
perdagangan dini hari tadi berada di kisaran US$ 53,62.

Sedangkan dari dalam negeri, sentimen negatif yang menekan indek 
saham adalah pelemahan rupiah hingga menembus level 12 ribu per dolar 
AS serta penerapan suku bunga tinggi. "Faktor-faktor itu akan terus 
menekan indeks saham domestik," papar Haryajid.

Analis lain menganjurkan investor melepas portofolio sahamnya. Salah 
satunya adalah kepala riset Sarijaya Securities Danny Eugene. 
Menurutnya, investor sebaiknya ke luar dari pasar hingga ada indikasi 
positif yang dapat mengangkat pasar bursa. 

Demikian juga terhadap investor yang belum masuk pasar, ia 
menyarankan agar menahan langkah dulu. "Sekarang belum saatnya untuk 
masuk pasar," katanya. Beberapa saham yang menurutnya masih mengalami 
tekanan jual adalah PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), PT International 
Nickel (INCO), PT United Tractors (UNTR) dan PT Semen Gresik (SMGR). 

Pada perdagangan Kamis (20/11) sesi siang, saham PGAS terpantau turun 
30 poin ke level Rp 1.570 per lembarnya. Sedangkan saham INCO anjlok 
70 poin ke level Rp 1.820 per unitnya, SMGR terkoreksi 125 poin ke 
level Rp 3.025 per lembarnya, dan UNTR anjlok 200 poin ke level 
Rp3.275 per lembarnya.

Menurut Danny, secara fundamental keempat emiten tersebut masih cukup 
menarik. Hingga akhir tahun, PGAS mempunyai target harga Rp 3.000, 
kemudian INCO masih berpeluang naik ke level Rp 4.400, SMGR ke level 
Rp 5.000 dan UNTR masih bisa naik ke Rp 9.400 per lembarnya. 

Namun kondisi pasar yang tidak kondusif dan likuiditas ketat yang 
memicu arus dana keluar, menimbulkan tekanan jual pada saham-saham 
unggulan. "Setidaknya dalam jangka pendek masih ada tekanan jual, 
jadi sebaiknya hindari dulu saham-saham ini," katanya. 

Sedangkan saham perbankan juga direkomendasi jual, seperti PT Bank 
Central Asia (BBCA) dan PT Bank Mandiri (BMRI). Saham BBCA siang ini 
turun 125 poin ke level Rp 2.625 dan BMRI turun 110 poin ke level Rp 
1.370. 

Menurut Danny, fundamental dan kinerja kedua emiten kuartal ketiga 
2008 cukup bagus, sehingga ia memberi target harga saham BMRI di 
level Rp 6.600 dan target harga BBCA di level Rp 3.000 per lembarnya. 

Namun, lanjutnya, meluasnya resesi ekonomi, yang sudah melanda 
Jerman, Jepang dan Hongkong, serta perkiraan The Fed bahwa AS akan 
resesi tahun depan, membuat outlook ekonomi Indonesia melemah. Hal 
ini tentunya akan membuat ekspansi kredit semakin melambat dan 
menekan perbankan. "Untuk trading harian, jangan masuk dulu, masih 
ada tekanan jual," katanya.

Di sisi lain, Trimegah Securities merekomendasikan jual beberapa 
saham blue chips, seperti PT Unilever Indonesia (UNVR), PT 
Telekomunikasi (TLKM) dan PT Indofood (INDF). 

Saham INDF pada perdagangan sesi siang ini terkoreksi 50 poin ke 
level Rp 900. Trimegah menyarankan jual INDF pada harga pasar. 
Sementara UNVR sudah turun 200 poin ke level Rp 7.800 dan saham TLKM 
merosot 50 poin ke level Rp 5.550 per lembarnya. UNVR dan TLKM juga 
mendapat rekomendasi jual dari Trimegah.

Analis Samuel Sekuritas Trevor Gasman menambahkan, sejak November 
2007, saham TLKM secara teknikal bergerak dalam trend turun. Ia juga 
merekomendasikan sell on strength baik untuk saham TLKM maupun saham 
UNVR. [E1]




Kirim email ke