Semen turun. Bisa saja.

Kita lihat nanti apakah emerging market (asia umumnya) kena resesi (GDP
negatif) apa engga, dimana saya lihat demand domestik harus digenjot,
terutama China yang cash-rich, dan di Indonesia yang APBNnya under-utilized.

Harga semen bisa saja turun, tapi kalau net profit marginnya dijaga mestinya
ndak masalah karena COGS nya juga turun. Beda sama CPO yang COGSnya tetap
tinggi karena komponen pupuk yang masih mahal (ini saya blm update, apakah
harga pupuk turun apa engga?) Tentunya infrastruktur gak bisa pake semen
doang, pake rangka baja juga.

Intinya begini,

Pasar US dan Eurozone lagi down. Itu fakta. Saat ini agak susah mungkin
untuk berharap pemodal asing masuk karena mereka pun lagi jutek sama masalah
negaranya sendiri, mau gak mau pemerintah (baik Indonesia maupun China)
harus kreatif dan menciptakan demand, ya gak lain dengan pembangunan
infrastruktur. Dana APBN itu harus diutilisasi semaksimal mungkin, kalau
didiemin aja buat apa? Lagipula infrastruktur yang memadai juga pada
akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, rite?

Soal overcapacity saya rasa ndak lah Mbah. Mudahan.

Regards,
DE

Pada 15 November 2008 22:56, jsx_consultant
<[EMAIL PROTECTED]>menulis:

> Pak DE,
>
> Componen BBM memegang peranan 40% ampe 50% dari biaya produksi
> semen. Jika harga minyak turun terus, maka semen seharusnya
> turun banyak. Ketika minyak mulai naik beberapa tahun yang
> lalu beberapa pabrik semen mulai pindah ke batubara agar
> ongkos produksinya lebih murah.
>
> Beberapa waktu lalu diberitakan semen murah China akan
> memasuki Indonesia. Tapi terus pemerintah China merencanakan
> pembangunan infrastuktur besar besaran untuk menstimulasi
> pertumbuhan ekonomi domestic untuk mengimbangi penurunan
> export.
>
> Tapi secara global tentunya produksi semen dunia akan melebihi
> demand jika resesi melanda dunia (=overcapacity+oversupply).
>
> Apakah overcapacity ini bisa membuat harga semen dunia turun
> banyak ? disamping penurunan harga semen akibat penurunan
> harga BBM.

Kirim email ke