Mr Mad,
14.000 ribu itu tinggal 2.000 lagi lho. Sepuluh ribu tembus, sebelas 
ribu tembus, dua belas ribu mulai terancam.. sekarang beli dolar sudah 
kudu pakai underlying dan NPWP segala. Ini kan tanda-tanda regulator 
mulai kewalahan, jadi nambah persenjataan.

Saya kira ada masalah fundamental di baliknya. Mungkin bukan di AS, 
namun di Indonesia. Siapa yang butuh sekian miliar dolar dalam sebulan 
kalau bukan perusahaan? Kalau hak milik pribadi orang-orang sangat kaya 
mungkin sudah diparkir di luar dalam mata uang asing, agar tidak 
terendus pajak dan aparat lainnya. Sepanjang konsumsi dalam negeri masih 
tinggi, impor masih besar, ekspor memble, kebutuhan dolar ya terpaksa 
disuplai BI.

Kalau anggota OB tidak mengurangi kebutuhan dolar (pakai barang produksi 
dalam negeri) dan meningkatkan pemasukan dolar (bikin bej bulllish biar 
bule ngiler) ya nilai rupiah akan tergerus terus-menerus.

Maddy Vain wrote:
 > Hahaha... memang Euro umurnya masih muda.
 > Kalo minya ke $40/brl sih saya setuju, tapi USD ke Rp.14.000,- adalah 
omong kosong......
 > Bukan sok nasionalis, tapi dollar naik tanpa didukung fundamental 
yang kuat... hanya faktor supply dan demand saja (jika supply kurang 
kira kira kalo saya miss Amerika akan mencetak dollar sebanyak banyaknya 
aja )
 > 
 > No disclaimer

Kirim email ke