Waduh sejak tahun 1978 di US malah sudah jadi proyek percobaan 
pemerintah kok, kenapa bisa mengakui sebagai penemu sih? Lagi2 tipu tipuan.

*Algae fuel*, also called *algal fuel*, *oilgae*^[1] 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Algae_fuel#cite_note-0> , *algaeoleum* or 
*third generation biofuel* ^[2] 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Algae_fuel#cite_note-autogenerated1-1> , 
is a biofuel <http://en.wikipedia.org/wiki/Biofuel> from algae 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Algae>. Compared with second generation 
biofuels, algae are high-yield high-cost (30 times more energy per acre 
than terrestrial crops) feedstocks 
<http://en.wiktionary.org/wiki/feedstock> to produce biofuels. Since the 
whole organism uses sunlight to produce lipids, or oil, algae can 
produce more oil in an area the size of a two-car garage than an entire 
football field of soybeans <http://en.wikipedia.org/wiki/Soybean>.^[3] 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Algae_fuel#cite_note-2>

Though there are many factors to overcome for algae to be a wide-spread 
source of energy, several positive factors can already be considered. 
Algal fuels do not impact fresh water 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Fresh_water> resources,^[4] 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Algae_fuel#cite_note-gas2.0-3> and can use 
ocean and wastewater <http://en.wikipedia.org/wiki/Wastewater>. The cost 
of various algae species is typically between US$5–10 per kg dry 
weight^[/citation needed 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Citation_needed>/] , with 
research actively looking to reduce capital and operating costs and make 
algae oil production commercially viable.^[5] 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Algae_fuel#cite_note-Hartman-4> ^[6] 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Algae_fuel#cite_note-5>

With the record oil price increases since 2003 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Oil_price_increases_since_2003>, competing 
demands between foods and other biofuel sources and the world food 
crisis <http://en.wikipedia.org/wiki/World_food_crisis>, there is much 
interest in algaculture <http://en.wikipedia.org/wiki/Algaculture> 
(farming algae) for making vegetable oil 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Vegetable_oil>, biodiesel 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Biodiesel>, bioethanol 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Bioethanol>, biogasoline 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Biogasoline>, biomethanol 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Biomethanol>, biobutanol 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Biobutanol> and other biofuels 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Biofuel>.

The production of biofuels to replace oil and natural gas is in active 
development, focusing on the use of cheap organic matter 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Organic_matter> (usually cellulose 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Cellulose>, agricultural and sewage 
waste)^[7] <http://en.wikipedia.org/wiki/Algae_fuel#cite_note-6> in the 
efficient production of liquid and gas biofuels which yield high net 
energy gain <http://en.wikipedia.org/wiki/Net_energy_gain>. One 
advantage of many biofuels over most other fuel types is that they are 
biodegradable <http://en.wikipedia.org/wiki/Biodegradable>, and so 
relatively harmless to the environment if spilled.^[8] 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Algae_fuel#cite_note-7> ^[9] 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Algae_fuel#cite_note-8> ^[10] 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Algae_fuel#cite_note-9>

The United States Department of Energy 
<http://en.wikipedia.org/wiki/United_States_Department_of_Energy> 
estimates that if algae fuel replaced all the petroleum fuel in the 
United States, it would require 15,000 square miles 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Square_mile> (40,000 square kilometers 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Square_kilometer>), which is a few 
thousand square miles larger than Maryland 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Maryland>, or 1.3 Belgiums 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Belgium>.^[5] 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Algae_fuel#cite_note-Hartman-4> This is 
less than 1/7th the area of corn <http://en.wikipedia.org/wiki/Corn> 
harvested in the United States in 2000.^[11] 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Algae_fuel#cite_note-10> ^[12] 
<http://en.wikipedia.org/wiki/Algae_fuel#cite_note-11>

source: http://en.wikipedia.org/wiki/Algae_fuel


indra devista wrote:
> Peneliti Indonesia menemukan mikroalga yang melimpah di laut 
> mengandung senyawa dasar pembentuk bahan bakar. Blue energy yang 
> sebenarnya.
>
> BELAKANGAN ini Mujizat Kawaroe sibuk bukan main. Sejak menemukan 
> potensi sumber energi dalam mikroalga, ia punya setumpuk jadwal. 
> Seminar dan presentasi berderet menanti. Telepon rumah dan selulernya 
> tak henti berdering, baik dari pengusaha yang ingin mengajak bekerja 
> sama maupun dari kolega sesama peneliti yang ingin berbagi ilmu.
>
> Pada pertengahan bulan lalu, peneliti wanita dari Surfactant and 
> Bioenergy Research Center Institute Pertanian Bogor ini terbang ke New 
> Delhi, India, untuk mengikuti Algae Biofuel Summit 2008, yang dihadiri 
> peneliti dari 13 negara. Pada November ini ia diundang ke Singapura, 
> lalu ke Guangzhou, Cina, Desember mendatang, dan ke Malaysia pada awal 
> tahun depan untuk memaparkan hasil penelitiannya.
>
> Apa yang diteliti Mujizat memang hal baru. Ia menemukan potensi sumber 
> energi dalam mikroalga atau ganggang mikro, yang selama ini dikenal 
> sebagai salah satu bahan dasar produk kosmetik atau farmasi. Namun, di 
> tangan Mujizat, tumbuhan paling primitif berukuran renik ini-baik sel 
> tunggal maupun koloni-disulap menjadi komoditas bernilai ekonomi 
> tinggi, yakni sebagai sumber energi terbarukan.
>
> "Sebagai tumbuhan yang memiliki penyerapan fotosintesis, mikroalga 
> ternyata bisa menghasilkan bioenergi," ucap Mujizat beberapa waktu 
> lalu. Agar tak diserobot orang, dosen Departemen Ilmu dan Teknologi 
> Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian 
> Bogor, ini langsung mematenkan hasil risetnya di Direktorat Jenderal 
> Hak Kekayaan Intelektual atas namanya pada April lalu.
>
> Ketertarikan Mujizat untuk melakukan riset terhadap mikroalga dimulai 
> dua tahun lalu, tatkala pemerintah sedang giat-giatnya mencari energi 
> alternatif. Sebagai seorang yang berkecimpung di bidang kelautan, 
> Mujizat lantas tergerak untuk menyumbangkan pemikirannya.
>
> Melalui penelusuran literatur, diketahui bahwa bahan bakar minyak dan 
> gas yang ada di dalam perut bumi juga berasal dari tumbuhan yang telah 
> memfosil. Sebagai dosen mata ajaran tumbuhan laut, Mujizat lantas 
> mencoba meneliti mikroalga, yang banyak mengandung lipid atau minyak 
> organik. Mujizat menemukan bahwa dalam salah satu lipid mikroalga ini 
> ternyata terdapat hidrokarbon, senyawa dasar pembentuk bahan bakar. 
> Kandungan lipid dalam mikroalga diketahui 20 persen.
>
> Jumlah lipid dalam mikroalga memang masih bisa ditingkatkan dengan 
> cara rekayasa genetis. Dalam beberapa penelitian terhadap mikroalga 
> sebelumnya, rekayasa genetis bisa meningkatkan lipid hingga 50 persen. 
> "Tapi penelitian itu bukan bertujuan mencari bioenergi," ucap Mujizat.
>
> Mikroalga merupakan tanaman yang paling efisien dalam menangkap dan 
> memanfaatkan energi matahari dan CO2 untuk keperluan fotosintesis. 
> Selain itu, CO2 dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. 
> Keberadaan mikroalga sangat membantu dalam pencegahan terjadinya 
> pemanasan global. "CO2 dari industri daripada terbuang begitu saja 
> lebih baik ditampung dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroalga ini."
>
> Terdapat empat kelompok mikroalga yang sejauh ini dikenal di dunia, 
> yakni diatom (Bacillariophyceae), ganggang hijau (Chlorophyceae), 
> ganggang emas (Chrysophyceae), dan ganggang biru (Cyanophyceae). 
> Keempat kelompok mikroalga tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan 
> baku bioenergi. Di Indonesia sendiri ada ratusan jenis mikroalga.
>
> Mujizat melakukan penelitian kandungan senyawa bioaktif mikroalga yang 
> ideal sebagai bahan baku bioenergi, antara lain dari jenis chlorella 
> dan dunaliella. Keduanya memiliki kandungan lemak tinggi, adaptif 
> terhadap perubahan lingkungan, dan cepat laju pertumbuhannya. 
> Chlorella memiliki kandungan lemak 14 hingga 22 persen dan karbohidrat 
> 17 persen. Dunaliella memiliki kandungan lemak 6 persen dan 
> karbohidrat 32 persen.
>
> Dalam penelitian lain diketahui bahwa minyak mentah mikroalga (crude 
> alga oil) ternyata mengandung isochrysis galbana (20-35 persen) dan 
> nannochloropsis oculata (31-68 persen). "Jadi, yang besar adalah jenis 
> nano, karena memiliki kandungan lemak yang tinggi. Ini sangat 
> menggembirakan," ujar Mujizat.
>
> Proses pembuatan mikroalga menjadi bioenergi tak terlalu sulit. 
> Langkah awal yang dilakukan adalah identifikasi dan isolasi mikroalga. 
> Kemudian mikroalga dikembangbiakkan (kultivasi), yang hanya memerlukan 
> waktu 7 sampai 10 hari. Setelah itu, mikroalga ini bisa dipanen.
>
> Proses selanjutnya, mikroalga disaring, dikeringkan, dan diekstraksi 
> (pemisahan) menggunakan pelarut hexan atau diethyl ether untuk 
> menghasilkan natan. Metode ekstraksi juga bisa dipilih menurut 
> kebutuhan. Tahap berikutnya dilakukan pemurnian dan esterifikasi untuk 
> mengurai lemak menjadi hidrokarbon.
>
> Sebagai contoh, dalam 1 ton air kultivasi dapat dipanen 1 liter natan. 
> Dari 1 liter ini bisa dihasilkan 150 gram alga bioenergi, atau jika 
> digunakan untuk proses pembuatan ekstrak akan didapat 22 mililiter 
> minyak. Jika diproses lagi, hasil ekstrak minyak ini setara dengan 200 
> mililiter.
>
> Biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan proses pembuatan 
> bioenergi ini pun tak mahal. Ketika melakukan penelitian di Situbondo, 
> Jawa Timur, Mujizat hanya menghabiskan uang Rp 2.000 untuk mendapatkan 
> 1 liter air natan guna menghasilkan air reaksi dalam penelitiannya.
>
> Setiap satu hektare mikroalga bisa menghasilkan 2 barel air yang 
> mengandung mikroalga. Bayangkan bila pantai Indonesia yang panjangnya 
> mencapai ribuan kilometer dimanfaatkan, tentu akan didapat jutaan 
> barel air yang mengandung mikroalga sebagai bahan baku bioenergi. "Itu 
> pun bisa ditingkatkan 5 sampai 6 kali dari kondisi sekarang, tentunya 
> melalui beberapa proses," ujarnya.
>
> Inilah harapan baru bagaimana mikroalga bisa dimanfaatkan sebagai 
> bahan baku bioenergi terbarukan dan bahan bakar alternatif pengganti 
> minyak, yang keberadaannya semakin tipis. "Saya akan terus melakukan 
> penelitian sampai mendapatkan high performance alga oil," ujar Mujizat 
> optimistis.
>
> Prospek mikroalga sebagai sumber energi masa depan diakui oleh para 
> pengusaha kelas kakap dunia. Pendiri perusahaan peranti lunak 
> Microsoft, Bill Gates, bahkan tertarik melakukan investasi dalam 
> industri ini. Melalui Cascade Investment, manusia terkaya di dunia itu 
> menanamkan investasinya di Sapphire Energy, perusahaan pembuat 
> bioenergi dari mikroalga yang bermarkas di San Diego, Amerika Serikat.
>
> Selain dari Bill Gates, Sapphire Energy mendapat suntikan dana dari 
> Arch Venture Partners, Wellcome Trust, dan Venrock. Total investasi 
> yang mereka benamkan mencapai US$ 100 juta. Dengan tambahan modal 
> sebesar itu, Sapphire berencana membuat bioenergi 10 ribu barel per 
> hari dalam tiga atau lima tahun mendatang.
>
> Bila para pengusaha dunia melihat pengembangan mikroalga sebagai bahan 
> bioenergi sangat menjanjikan, sudah saatnya pemerintah melalui 
> Departemen Kelautan dan Perikanan secara serius menggarap peluang ini. 
> Inilah blue energy yang jelas lebih menjanjikan. Bukan blue energy 
> jadi-jadian seperti kemarin dulu.
>
> thanks.
> rgrds,
> ID7
>
>
> ------------------------------------------------------------------------
> Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru 
> <http://sg.rd.yahoo.com/id/mail/domainchoice/mail/signature/*http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/>
>  
>
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan 
> @rocketmail. br> Cepat sebelum diambil orang lain!  

Kirim email ke