email thdp pertanyaan-pertanyaan saya yg membosankan.:)
--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, budi suryono <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> kalau boleh urun rembug, hindari saham murah,apalagi kurang dari 500
perak, semakin mahal semakin aman,kalau liq memadai setidak2nya masih
sempat cut loss.CALPERS ogah beli dibawah harga 500 an
>
> Deddy <[EMAIL PROTECTED]> wrote: dan jgn lupa belilah saham
bluechip/2ndliners yg atleast di cover oleh
> 3-4 broker broker asing besar dgn target tinggi juga.
>
> jujur saja saya masih newbie di saham indo. tp membaca tulisan anda
> membuat saya tenangan. soalnya walaupun dulu pas index turun
> 'lumayan'gila-gilaan , loss saya pernah sampai 30%,trus ketemu obrolan
> bandar, belajar dr senior-senior disini, sekarang atleast loss saya
> sudah balik/untung walaupun menurut saya masi jauh dr maksimal....saya
> akan tetep belajar terus nih hehehhe
> terima kasih para senior.
>
> --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "Karno Edy" <karno.edy@> wrote:
> >
> > Beberapa hari lalu dalam intermezzo wa bilang cara paling ampuh buat
> kaya adalah dengan cara curang. Perkataan wa adalah betul sekali :))
> terlepas dari tingkat ke-halalan-nya.
> >
> > Di hari yang indah ini Wa mau berbagi sedikit pengalaman, khususnya
> buat investor pemula.
> >
> > Pasar modal atau gudangnya raja duit pasti akan mengundang penipu,
> penjahat, mafia, baron, rampok dsj.
> > Celakanya golongan tsb seringkali berkawan dengan otoritas. Otoritas
> di sini termasuk namun bukan hanya otoritas bursa.
> > Hal ini bukan hanya di BEJ. Di US sono yg SECnya dibilang galak,
> kejadian yang merugikan investor rata-rata banyak terjadi, namun
> rumit pembuktiannya. Kalau anda suka baca seri buku penulis RTK,
> dikatakan bahwa mantan ketua SEC membeberkannya dalam sebuah buku.
> >
> > Berikut wa ceritakan beberapa pengalaman nyata & asli.
> >
> > 1. Indah Kiat Paper & Pulp, Tjiwi Kimia
> > Waktu jaman krismon INKP/TKIm sempat menjadi primadona karena
> termasuk segelintir emiten yg berpenghasilan dalam mata uang US$.
> > Setelah itu, dalam Suatu jangka waktu harga sahamnya turun terus,
> namun lapkeu yg keluar tetap bagus, EPS masih ratusan. Setelah
> harganya di bawah seribu, barulah tersebar berita krisis yg dialami APP.
> > Banyak korban di sini, termasuk yg nulis, mungkin penjaga warungnya
> juga. Kenalan saya malah ada yg punya potential loss puluhan milyar.
> >
> > 2. Bank Executif
> > Dua tahun lalu penulis membaca bahwa BEKS mau bagi deviden belasan
> Rupiah. Setelah melihat lapkeu-nya, penulis makin yakin mendapatkan
> barang yg termurah di BEJ didukung data P/BV dan PER.
> > Sbg fundamentalis, penulis ingat kata-kata Warren Buffet untuk
> membeli perusahaan yang selalu bagi deviden (ingat INKP jaman krismon,
> biar dlm lapkeu untung, enggak bagi deviden). Tentu saja penulis
> tergiur, karena mana ada emiten yg kasih deviden/price sampe 10%-an?
> Selain itu penulis inget waktu go public labanya dari bulan ke bulan
> terus meningkat.
> >
> > Namun harapan capital gain pupus saat harganya mentok di 175-an,
> tidak jauh dari rata-rata harga perolehan. Ada broker 'dermawan' yg
> terus menerus bagi barang.
> > Setelah bagi deviden harga tidak kunjung membaik. Puncaknya terjadi
> saat keluarnya lapkeu Q1 sd auditan 2005. Ada kerugian yg tidak
> terlihat dalam lapkeu Q123, sehingga EPS anualized yg tadinya sekitar
> 40 rupiah turun drastis.
> > Ironisnya, hal ini terjadi saat sebagian besar emiten perbankan
> membukukan peningkatan kinerja karena pasar yg kondusif (bunga rendah).
> >
> > Penulis mau cut loss, namun tidak sempat karena baru buang seupil
> turunnya udah puluhan persen. IHGS naek lagi, namun BEKS stagnan
> terus. Akhirnya ngendog deh 2 taon...
> >
> > Kejadian ini mengundang kecurigaan penulis, mungkin :
> > 1. Pengendali/manajemen bagi deviden sebagai umpan untuk memancing
> investor pasaran beli, sudah tahu akan timbul kredit macet dsb.
> > 2. Sengaja buat lapkeu q123 unaudited semaunya spy mancing 'ikan'
> pada dateng
> > 3. Pihak lain mendapat bocoran (insider trading) sehingga melakukan
> aksi jual.
> >
> > 3. Suryainti Permata
> > Wa mengamati lapkeu tahunan emiten Di antara yg bagus, wa dapat
> berita SIIP rencana mau bagi deviden 20% dari laba bersih. EPS 92,
> deviden sekitar 18, sedangkan harga saham cuma 300 perak-an.
> > Sebagai investor yg pernah bangkrut, wa harus lebih berhati-hati.
> > Wa teliti dulu lapkeu-nya. Ada key indikator yg sangat penting:
> sales growth naek dari 49M menjadi 180M, dan laba usaha dari 13M
> menjadi 87 M.
> > Dari taon 8 puluhan, MOMOK BESAR buat investor adalah right issue.
> Setelah go public, satu atau dua tahun kemudian banyak emiten
> melakukan RI 1, 2, 3 dst, seakan ga pernah puas melahap duit
masyarakat.
> >
> > Emiten yg satu ini kelihatannya OK punya, karena gak pernah right
> issue dari sejak go public(Beberapa emiten gurem bikin sengsara
> misalnya tiba tiba RI 1:10 jauh di bawah harga pasar)
> > Akhirnya wa memutuskan untuk beli.
> > Rupanya IHSG bullish bikin wa lupa kalo die juga pernah nakal mau
> stock split 1:20.
> >
> > Menunggu beberapa lama, saham ini naek terus hampir 500. Potential
> gain sudah di depan mata karena Wa beli di bawah 400.
> > Setelah naek terus, akhirnya tidak jadi nembus 500, tapi wa masih
> yakin dengan keyakinan semula bisa nembus Rp800-1.000
> >
> > Keanehan muncul sehari setelah RUPS: SIIP disuspend. Dalam berita
> hasil RUPS : bagi deviden saham 1:6, namun pajak ditanggung investor.
> > Sepanjang pengetahuan penulis ini adalah kejadian pertama bagi
> deviden saham investornya disuruh bayar pajak sendiri. Sebelumnya
> penulis juga pernah dapat deviden saham, namun pajaknya ditanggung
> emiten, malah ada sisa deviden cashnya.
> >
> > Kemudian penulis bekerja keras mencari berita dan meneliti kembali
> lapkeu.
> >
> > Every thing weird :
> > Awalnya jumlah saham SIIP tercatat di BEJ 600juta lbr dgn nilai
> nominal 500
> >
> > 1. Pada bulan Maret 2005 perusahaan mengeluarkan saham baru sebanyak
> 301.492.339 dgn nilai nominal 200 untuk debt to equity
> > swap utang anak perusahaan SIIP kepada Eastlion Worlwide sebesar
> Rp60.298.467.800 dgn patokan harga penutupan rata-rata
> > sebelum transaksi yaitu 208. Kelebihan Rp 8 disetorkan oleh Eastlion
> Worlwide dan dicatat sbg agio saham.
> >
> > 2. Penggunaan laba tahun 2004 : deviden saham 1:6 dgn patokan harga
> Rp380. Total deviden yg dibagikan ke pemegang saham seluruhnya
> berjumlah Rp.57.094.515.120 ~ Rp 63/lbr saham.
> > Keanehan : Eastlion memperoleh hak yang sama untuk laba tahun buku
> 2004 (sebelum saham baru dikeluarkan) Ibarat beli saham Rp 208,
> langsung dapat deviden Rp 63.
> >
> > 3. Agio saham dari selisih patokan harga deviden (Rp 380) dgn nilai
> nominal (Rp 200) atau Rp 180/lembar saham berjumlah
> > seluruhnya Rp 27.044.770.320.
> > Agio ini dinikmati oleh Eastlion Worlwide, belum termasuk agio saham
> IPO, saldo laba, dan nilai nominal saham seri A yg lebih besar dari
> saham seri B. Otomatis terjadi distribusi nilai buku dari pemegang
> saham lama ke Eastlion Worlwide.
> > Berdasarkan lapkeu audit 2005, total ekuitas sebesar Rp
> 533.608.986.557. Dibagi dengan jumlah saham tercatat Book Value-nya
> menjadi Rp.507/lembar. Dari Rp208, book value sudah naik lebih dari
> 100%. :s
> >
> > 4. Saldo laba tidak defisit(minus.), artinya ngga kepepet
> (debt/equity swap bukan jalan terakhir). Yg menjadi pertanyaan, koq
> > mau saham lama nominal 500 dihargai sama dengan saham baru nominal
200?
> > Ibaratnya, mau ngga uang dua puluh ribuan saya ditukar/dihargai sama
> dengan uang lima puluh ribuan anda?
> > Kenapa ngga right issue buat bayar utang kalau saham lama dengan
> nilai nominal 500 dihargai sama dengan saham baru dengan nilai nominal
> 200.
> > Kalau tidak memiliki hubungan istimewa dgn Eastlion Worldwide, saya
> pikir mustahil pemegang saham (pengendali) mau terdilusi dan merelakan
> kerugian begitu saja.
> >
> > 5. Investor disuruh setor pajak atas deviden saham (380/6 x 15% =
> Rp9,5/saham). Buset dah udah saham turun harus keluar duit 9,5. Aturan
> macam apa pemegang saham terima deviden harus cash out ??
> > Setelah beberapa kali penundaan pembagian deviden, dengan nego
> tingkat tinggi, akhirnya suspend dilepas (authority foolishment, once
> again and again, note : penulis lebih setuju deviden dibatalkan kalo
> perusahaan gak sanggup bayar),
> > Apes tak dapat ditolak, begitu suspend dibuka SIIP terjun bebas.
> Ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga. Terpaksa nunggu lagi, padahal
> waktu suspend saham property sempat booming.
> >
> > 6. Saham gak bisa ngangkat walaupun CTRS, CTRA, PJAA, SMRA booming.
> Penulis pikir karena kekecewaan investor terhadap emiten dan
> penambahan jumlah saham yg tercatat . Eastlion tidak boleh menjual
> saham baru ke pasar selama periode lockup,namun tidak ada aturan
> lockup saham deviden. Selain itu modal Eastlion setelah ex deviden
> menjadi Rp 208 x 6 / 7 ~ Rp 178.
> >
> >
> > Insightnya :
> >
> > No.1 dan 2
> > Berita tidak tersebar merata ke semua investor. Para big BUZZET
> selalu punya akses untuk menerima informasi berharga/corporate action
> lebih awal. Insider trading ? sudah pasti lah, namun susah
> pembuktiannya. Contoh yg masih fresh :MLPL dan LPLI. Belum keluar
> pengumuman right issue si BUZZET udah short gede-gedean. Investor yg
> pegang bengong, yg laennya beli lagi karena udah murah.
> >
> > No.2
> > Belilah saham yg liquid. Harga hanyalah catatan kosong. Anda tidak
> akan pernah menyadari arti pentingnya likuiditas. IHSG soars, tapi
> saham gw gak naek-naek. Tentu banyak dari anda yg merasakan hal tsb.
> > Tanpa market maker harga suatu saham susah untuk bergerak.
> >
> >
> > No.2 dan 3
> > Plan agenda, wa tambahkan: adjusted plan agenda.
> > Artinya apa ? Plan ada, namun dalam prakteknya disesuaikan. Suatu
> rencana bisa berubah.
> > Wa tambah percoyo setelah cut loss hundred-an jeti item no.2 & 3.
> > Beberapa hari setelah jual harganya naek. Padahal waktu ditungguin
> mau jual untuk tuker barang, harga stag terus.
> > Sederhananya kalau wa tidak jual, itu saham enggak akan naek,
> dibalik : saham itu naek karena wa guyur...
> >
> >
> > No.3
> > Belilah perusahaan yg punya nama besar. Kata orang bisnis nama baik
> itu paling penting.
> > Jelilah membaca lapkeu kalo ngga mau dikibulin.
> >
> > Penulis kurang jeli membaca lapkeu. Seharusnya penulis memperhatikan
> posisi cash emiten. Walaupun laba bersih tahun 2004 adalah 58 milyar
> rupiah, namun cash akhir tahun ngga nyampe 2 milyar. Mau bagi deviden
> cash dari mana?
> > Demikian juga tahun 2005 audited terjadi peningkatan laba bersih
> menjadi 77 milyar Rupiah, namun cashnya cuma 500 jutaan :p. Wa sudah
> dikibulin mentah2 jadi ngga ngiler lagi baca lapkeu yg aduhai.
> >
> > Terakhir, Jangan mau tukarkan permata dengan karet
> gelang/bolpen/jepit ato apapun yg keliatan menarik karena sudah nyata
> permata lebih berharga.
> > Tau kan maksudnya, kalo ngga juga wa udah dapet Summit, cash !
> >
> > Semoga bermanfaat,
> > Karno
> >
>
>
>
>
>
>
> SPONSORED LINKS
> Business finance course Business to business finance
Small business finance Business finance consultant Business
finance magazine Business finance schools
>
> ---------------------------------
> YAHOO! GROUPS LINKS
>
>
> Visit your group "obrolan-bandar" on the web.
>
> To unsubscribe from this group, send an email to:
> [EMAIL PROTECTED]
>
> Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of
Service.
>
>
> ---------------------------------
>
>
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Get amazing travel prices for air and hotel in one click on Yahoo!
FareChase
>
SPONSORED LINKS
Business finance course | Business to business finance | Small business finance |
Business finance consultant | Business finance magazine | Business finance schools |
YAHOO! GROUPS LINKS
- Visit your group "obrolan-bandar" on the web.
- To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
- Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.