Dari koran Bisnis Indonesia Soros, pemanfaat ketidakpastian pasar
Bukan George Soros, 76, kalau tidak cerdik dan kontroversial. Kejeliannya untuk memanfaatkan ketidakpastian dan ketidakseimbangan pasar telah memberikan dia kekayaan. Namun kekayaannya pun dibagikan kepada pemberdayaan masyarakat. Ajaran Karl Popper, gurunya tentang logika dan metodologi ilmu pengetahuan di London School of Economics, mendasari langkah Soros untuk mengambil posisi dari kondisi yang tidak menentu dan tidak seimbang, baik itu untuk aksi ambil untung di pasar keuangan dunia maupun dalam kegiatannya mengembangkan organisasi nirlabanya. "Dalam kondisi dunia yang tidak menentu, orang dapat melakukan spekulasi tentang kebenaran yang belum diketahui saat ini. Sedangkan masyarakat yang terbuka adalah salah satu cara bebas untuk mengkritik dan juga mengevaluasi dengan sendirinya," demikian ajaran Popper yang melekat dalam praktik hidupnya. Dalam dunia keuangan, pergerakan pasar dapat dihitung standar deviasinya sebagai pembanding risiko sehingga dapat diperhitungkan angka kemungkinan, rata-rata, nilai tengah dan modus dari suatu perilaku, yang dalam hal ini oleh Soros adalah perilaku mata uang, komoditas, obligasi dan juga properti. Hitungannya Pergerakan boom and bust dapat diproyeksikan rata-rata semua abnormal return-nya. Hitung-hitungan statistik secara historis setiap pergerakan harga secara individual setiap mata uang, indeks, komoditas, maupun obligasi dapat dijadikan patokan untuk melakukan investasi di masa mendatang. Dalam merealisasikan investasinya, Soros berpendapat bahwa investasi dalam pasar keuangan internasional dapat dilakukan dengan memanfaatkan tindakan irrasional para pialang, yang hampir selalu mendorong harga jauh dari teritorial keseimbangan sehingga selalu ada efek boom and bust. Dari situlah Soros ambil posisi dan dalam dunia bisnis. Tentu saja diperhitungkan kecepatan dan keahlian melihat kesempatan berdasarkan insting dan pengetahuan. Satu hal yang pasti, Soros selalu membagi kekayaan yang dia miliki dalam banyak instrumen dengan penyertaan minimum agar masih tersisa persediaan. Artinya, dia adalah seorang yang hati-hati dan penuh perhitungan. Dengan demikian, dia akan jauh dari kebangkrutan seketika seandainya investasi gagal. Bagaikan main ping pong, Soros akan selalu menyiapkan minimum tiga bola ping pong: Satu di tangan, satu di saku celana sebelah kanan dan sisanya di saku sebelah kiri. Dia tak akan membawa satu lusin bola ping pong untuk pertandingannya. Jika bola pertama yang dia gunakan keluar arena meja pertandingan maka dia tidak perlu kehilangan waktu untuk berbalik badan mencarinya. Tapi dengan hemat waktu dia akan segera memulai pemukulan bola kedua yang dia harapkan bakal masuk penilaian dan memenangkan pertandingannya. Bola ketiga masih berada di saku celana. Dan pada waktu jeda istirahat di setengah permainan, dia baru akan meluangkan waktunya mencari bola yang keluar dari meja pertandingan tadi. Begitu babak kedua dimulai, dia sudah punya tiga bola ping pong lagi dan sudah mengumpulkan nilai juga. Ditambah lagi, melalui kegiatan filantropinya di emerging ekonomi dan negara transisi, Soros akan mengetahui dengan jelas ukuran demokrasi dan transparansi untuk dimasukkan dalam hitungan ukuran risiko suatu negara. Jika suatu negara sudah transparan maka segala sesuatunya dapat dibuat perhitungan risiko maupun proyeksinya. Suatu langkah yang jitu. Jadi, Soros tidak pernah bersedia dibilang bahwa donasinya adalah tindakan untuk melakukan offset karena dianggap sebagai biang keladi kegoncangan perekonomian dan kemudian menyumbangkannya kembali. Donasi adalah murni donasi tetapi karena memang dia lihai dan cerdik maka dari donasinya pun dia akan mendapat manfaat. Ibaratnya, sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Hal lain yang cukup penting diketahui dari pemikiran seorang Soros, dia pun kurang setuju dengan pasar yang terlalu kuat sehingga akan menjadi liberal dan mengurangi serta bahkan menghilangkan kepentingan masyarakat. Open society diperlukan agar masyarakat dapat melakukan kontrol terhadap apa yang terjadi di pasar sehingga tidak semua hal dihitung untung rugi saja alias kepentingan publik (misalnya pendidikan dan kesehatan) dijadikan komoditas bisnis. Logis pikiran Soros, sebab jika pasar dibiarkan liar maka ketika terjadi kegagalan pasar atau krisis maka pada kenyataannya tidak hanya pasar saja yang menanggung penderitaan, tetapi semua lapisan masyarakat yang tidak pernah investasi di pasar keuangan pun terkena imbas buruknya. Campur tangan negara mutlak diperlukan. ([EMAIL PROTECTED]) Oleh Rofikoh Rokhim Ekonom Bisnis Indonesia ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Try Online Currency Trading with GFT. Free 50K Demo. Trade 24 Hours. Commission-Free. http://us.click.yahoo.com/RvFikB/9M2KAA/U1CZAA/zMEolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/obrolan-bandar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/