> > Oleh: Kwik Kian Gie > Kali ini saya tidak akan membahas tentang pengertian > subsidi -apakah itu sama dengan uang tunai yang > harus keluar atau tidak- dan hal-hal teknis lain > seperti itu. > > Saya akan membahas tentang negara kaya yang menjadi > miskin kembali karena terjerumus ke dalam mental > kuli yang oleh > penjajah Belanda disebut mental inlander. Mental > para pengelola ekonomi sejak 1966 yang tidak > mengandung keberanian sedikit pun, yang menghamba, > yang ngapurancang ketika berhadapan dengan > orang-orang bule. > > Ibu pertiwi yang perut buminya mempunyai kandungan > minyak sangat besar dibanding kebutuhan nasionalnya, > setelah 60 tahun > merdeka hanya mampu menggarap minyaknya sendiri > sekitar 8 persen. Sisanya diserahkan kepada > eksplorasi dan eksploitasi perusahaan-perusahaan > asing. > > Apa pekerjaan dan sampai seberapa jauh daya pikir > para pengelola ekonomi kita sejak merdeka sampai > sekarang? Istana > Bung Karno dibanjiri para kontraktor minyak asing > yang sangat berkeinginan mengeksplorasi dan > mengeksploitasi minyak bumi di Indonesia. Bung Karno > menugaskan Chairul Saleh supaya mengizinkannya hanya > sangat terbatas. > > Putrinya, Megawati, bertanya kepada ayahnya, mengapa > begitu? Jawaban Bung Karno kepada putrinya yang baru > berumur 16 tahun, > "Nanti kita kerjakan sendiri semuanya kalau kita > sudah cukup > mempunyai insinyur-insinyur sendiri." > > Artinya, Bung Karno sangat berketetapan hati > mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak oleh > putra-putri bangsa Indonesia sendiri. Mengapa > sekarang hanya sekitar 8 persen? > > Lebih menyedihkan ialah keputusan pemerintah > memperpanjang kerja sama dengan Exxon Mobil (Exxon) > untuk blok Cepu selama 20 tahun sampai 2030. Begini > ceritanya. Exxon membeli lisensi dari Tommy Soeharto > untuk mengambil minyak dari sebuah sumur di Cepu > yang kecil. Exxon lalu melakukan eksplorasi tanpa > izin. Ternyata ditemukan cadangan dalam sumur yang > sama sebanyak 600 juta barel. > > Ketika itu Exxon mengajukan usul untuk memperpanjang > kontraknya sampai 2030. Keputusan ada di tangan > Dewan Komisaris Pemerintah untuk Pertamina (DKPP). > Dua dari lima anggota menolak. Yang satu menolak > atas pertimbangan yuridis teknis. Yang lain atas > pertimbangan sangat prinsipil. > > Dia sama sekali tidak mau diajak berargumentasi dan > juga sama sekali tidak mau melihat angka-angka yang > disodorkan Exxon > beserta para kroninya yang berbangsa Indonesia. > > Mengapa? Karena yang menjadi pertimbangan pokoknya, > harus dieksploitasi bangsa Indonesia sendiri, yang > berarti bahwa Exxon pada 2010 harus hengkang, titik. > Alasannya sangat mendasar, tetapi formulasinya > sederhana. Yaitu, bangsa yang 60 tahun merdeka > selayaknya, semestinya, dan seyogianya mengerjakan > sendiri eksplorasi dan eksploitasi minyaknya. > Bahkan, harus melakukannya di mana saja di dunia > yang dianggap > mempunyai kemungkinan berhasil. > > Menurut peraturan yang berlaku (sebelum Pertamina > berubah menjadi Persero), kalau DKPP tidak bisa > mengambil keputusan > yang bulat, keputusan beralih ke tangan presiden. > Maka, bola ada di tangan Presiden Megawati > Soekarnoputri. Beliau tidak mengambil keputusan, > sehingga Exxon kalang kabut. Exxon mengirimkan > executive vice president-nya yang langsung > mendatangi satu anggota DKPP yang mengatakan > "pokoknya > tidak". > > Dia mengatakan, sejak awal sudah ingin bertemu satu > orang anggota DKPP ini yang berinisial KKG, tetapi > dilarang > kolega-koleganya sendiri. KKG tersenyum sambil > mengatakan karena para koleganya masih terjangkit > mental inlander. > > Lalu dia berargumentasi panjang lebar dengan > mengemukakan semua angka betapa Indonesia > diuntungkan. KKG menjawab bahwa kalau dia ngotot > sampai seperti itu, apa lagi latar belakangnya kalau > dia tidak memperoleh untung besar dari perpanjangan > kontrak sampai 2030? Karena itu, kalau mulai > 2010, sesuai kontrak, Exxon harus hengkang dan > seluruhnya dikerjakan Pertamina, semua laba yang > tadinya jatuh ke tangan > Exxon akan jatuh ke tangan Indonesia sendiri. > > Lagi pula, KKG menjelaskan bahwa sudah waktunya > belajar menjadi perusahaan minyak dunia seperti > Exxon. KKG bertanya > kepadanya, "Bukankah kami berhak mulai merintis > supaya menjadi Anda di bumi kita sendiri dan > menggunakan minyak yang ada di dalam perut bumi kita > sendiri?" > > Eh, dia mulai mengatakan tidak bisa mengerti > bagaimana > orang berpendidikan Barat bisa sampai seperti itu > tidak > rasionalnya! Jelas KKG muntap dan mulai memberi > kuliah panjang lebar bahwa orang Barat sangat > memahami dan menghayati tentang apa yang dikatakan > EQ, dan bukan hanya IQ. Apalagi, kalau dalam hal > blok Cepu ini ditinjau dengan IQ juga mengatakan > bahwa mulai 2010 harus dieksploitasi oleh Indonesia > sendiri. > > Bung Karno juga berpendidikan Barat dan sejak awal > beliau mengatakan, "Man does not live by bread > alone." Dalam hal blok > Cepu, dua argumen berlaku, yaitu man does not live > by bread alone, dan diukur dengan bread juga > menguntungkan Indonesia, karena laba yang akan jatuh > ke tangan Exxon menjadi labanya Pertamina. > > Pikiran lebih mendalam dan bahkan dengan perspektif > jangka > panjang yang didasarkan materi juga mengatakan bahwa > sebaiknya blok Cepu dieksploitasi oleh Pertamina > sendiri. Mengapa? > > Jawabannya diberikan oleh mantan Direktur Utama > Pertamina Baihaki Hakim kepada Menko Ekuin ketika > itu bahwa Pertamina adalah organisasi yang telanjur > sangat besar. Minyak adalah komoditas yang tidak > dapat diperbarui. Penduduk Indonesia bertambah terus > seiring dengan bertambahnya konsumsi. > > Kalau sekarang saja terlihat bahwa konsumsi nasional > sudah lebih besar daripada produksi nasional, di > masa mendatang > kesenjangan ini menjadi semakin besar, dan akhirnya > organisasi > Pertamina yang demikian besar itu akan dijadikan > apa? > > Apakah hanya menjadi perusahaan dagang minyak, dan > apakah akan mampu berdagang saja dalam skala dunia, > bersaing dengan the > seven sisters? Maka visi jangka panjang Baihaki > Hakim, mumpung masih lumayan cadangannya, sejak > sekarang mulai go international dan menggunakan > cadangan minyak yang ada untuk sepenuhnya menunjang > kebijakannya yang visiuner itu. > > Menko Ekuin ketika itu memberikan dukungan sambil > mengatakan, "Pak Baihaki, saya mendukung sepenuhnya. > Syarat mutlaknya ialah kalau Anda ingin menjadikan > Pertamina menjadi world class company, Anda harus > juga memberikan world class salary kepada anak buah > Anda." > > Sang Menko Ekuin keluar dari kabinet Abdurrahman > Wahid. Setelah itu dia kembali ke kabinet sebagai > kepala Bappenas dan ex officio menjabat anggota > DKPP. Maka pikirannya masih dilekati visi jangka > panjangnya Pak Baihaki Hakim dan kebetulan direktur > utama Pertamina ketika itu juga masih > Pak Baihaki Hakim. Tetapi, kedudukan kita berdua > sudah > sangat lemah, karena dikreoyok para anggota DKPP dan > anggota direksi lain yang mental, moral, dan cara > berpikirnya sudah kembali menjadi inlander. > > Baihaki Hakim yang mempunyai visi, kemampuan, dan > telah berpengalaman 13 tahun menjabat direktur utama > Caltex Indonesia langsung dipecat begitu Pertamina > menjadi persero. Alasannya, kalau diibaratkan sopir, > dia adalah sopir yang baik untuk mobil Mercedes > Benz. Sedangkan yang diperlukan buat Pertamina > adalah sopir yang cocok untuk truk yang bobrok. > Bayangkan, betapa inlander cara berpikirnya. > Pertamina diibaratkan truk bobrok. Caltex adalah > Mercedez Benz. Memang sudah edan semua. > > Ada tekanan luar biasa besar dari pemerintah Amerika > Serikat di samping dari Exxon. Ceritanya begini. > Dubes AS ketika itu, > Ralph Boyce, sudah membuat janji melakukan kunjungan > kehormatan kepada kepala Bappenas, karena > protokolnya begitu. Tetapi, ketika sang Dubes > tersebut mendengarkan pidato sang kepala Bappenas di > Pre-CGI meeting yang sikap, isinya pidato, dan > nadanya bukan seorang inlander, janjinya dibatalkan. > > > Eh, mendadak dia minta bertemu kepala Bappenas. Dia > membuka pembicaraan dengan mengatakan akan berbicara > tentang Exxon. Kepala Bappenas dalam kapasitasnya > selaku anggota DKPP mengatakan bahwa segala > sesuatunya telah dikemukakan kepada executive vice > president-nya Exxon, dan dipersilakan berbicara saja > dengan beliau. > > Sang Dubes mengatakan sudah mendengar semuanya, > tetapi dia hanya melakukan tugasnya. "I am just > doing my job". Kepala > Bappenas mengatakan lagi, "Teruskan saja kepada > pemerintah Anda di Washington semua argumen > penolakan saya yang diukur dengan ukuran apa pun, > termasuk semua akal sehat orang-orang Amerika pasti > dapat diterima." > > Kepala Bappenas keluar lagi dari kabinet karena > adanya pemerintahan baru, yaitu Kabinet Indonesia > Bersatu, dan Exxon > menang mutlak. Ladang minyak di blok Cepu yang konon > cadangannya bukan 600 juta barrel, tetapi 2 miliar > barrel, oleh para inlander diserahkan kepada Exxon > penggarapannya. > > Saya terus berdoa kepada Bung Karno dan mengatakan, > "Bung Karno yang saya cintai dan sangat saya > hormati. Janganlah gundah dan gelisah, walaupun > Bapak sangat gusar. Istirahatlah dengan tenang. Saya > juga sudah bermeditasi di salah satu vihara untuk > menenangkan hati dan batin saya. Satu hari nanti > rakyat akan bangkit dan melakukan revolusi lagi > seperti > yang pernah Bapak pimpin, kalau para cecunguk ini > sudah dianggap terlampau lama dan terlampau > mengkhianati rakyatnya > sendiri." > > *) Mantan Menteri Negara PPN/kepala Bappenas > > YAHOO! GROUPS LINKS
|
- [obrolan-bandar] Kandungan Minyak yg melimpah di negeri kita David