JAKARTA, Investor Daily Online
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan pekan ini diprediksi
menguat, mengikuti tren akhir pekan lalu. Bahkan indeks kemungkinan bisa
menembus level 1.000. Namun, tren sebaliknya terjadi di pasar uang,
karena rupiah akan tetap melemah terhadap dolar AS.
Optimisme IHSG bakal menguat itu diungkapkan oleh analis Yulie Securindo
Hendra Bujang, analis Mandiri Sekuritas Abiprayadi Riyanto, serta analis
saham Bank BNI Fendi Susiyanto yang dihubungi Investor Daily pekan lalu.
Mereka menyebutkan beberapa alasan yang bisa memicu penguatan indeks
pada pekan ini. Di antaranya adalah harga sejumlah saham yang relatif
masih murah, faktor January effect, upaya window dressing menjelang
tutup tahun, serta menguatnya dolar AS. Mereka juga menilai skandal Bank
Global tidak memengaruhi pergerakan indeks.
Fendi Susiyanto yakin indeks bisa mencapai level 1.000 pekan ini, dengan
kisaran support 957 dan resistance 1.015. "Akan terjadi perburuan
terhadap saham-saham blue chips, khususnya saham-saham BUMN sektor
perbankan dan pertambangan," ujar Fendi. Menurut dia, tren penguatan
indeks akan diselingi aksi ambil untung, namun arahnya tetap memberi
sinyal uptrend.
Tapi Hendra Bujang tidak yakin IHSG pekan ini mencapai 1.000. Alasannya,
menjelang akhir tahun pelaku pasar selalu mengambil posisi ambil untung.
"Ya, maksimal indeks bisa menyentuh level 980 atau 985. Faktor Januarry
effect memang bisa menjadi pemicu terjadi aksi beli pelaku pasar
menjelang akhir tahun," ujarnya.
Menurut Abiprayadi, faktor penguatan kurs dolar turut menjadi pendorong
kenaikan IHSG pekan ini. Dalam konteks ini, harga saham di Indonesia
akan terasa lebih murah di mata investor asing. "Investor cenderung cari
saham yang harganya murah," tuturnya.
Fendi Susiyanto menambahkan, isu bom menjelang hari Natal dan Tahun Baru
akan menjadi perhatian investor. "Kendati demikian, secara umum pasar
sudah terbiasa dengan berita-berita bom, sehingga pergerakan indeks
hingga akhir pekan tidak akan banyak terganggu oleh berita-berita itu,"
katanya.
Bagi Fendi, saham unggulan yang layak diperhatikan pekan ini adalah Bank
Danamon (BDMN), Bank BRI (BBRI), dan Bank Mandiri (BMRI). Sedangkan
untuk second liner ia menyarankan saham Bank Niaga (BNGA) dan Bank Pan
Indonesia (PNBN).
Rupiah Paling Aneh
Sayangnya, optimisme di bursa itu kemungkinan tidak akan terjadi di
pasar uang. Kurs rupiah, menurut pengamat pasar uang Farial Anwar dan
pengamat valas dari Indonesia Central Valuta Mas (Indocev) Ahmad Makmun,
cenderung tetap melemah hingga akhir tahun. "Rupiah akan tetap melemah
karena perdagangannya tinggal beberapa hari lagi. Pasar internasional
akan tutup setelah tanggal 22 Desember. Jadi, ada long holiday," kata
Farial Anwar.
Farial menilai posisi rupiah yang saat ini berada pada level Rp 9.300
per dolar AS termasuk undervalued. Ia heran nilai tukar rupiah bisa
terjerambab begitu dalam, padahal mata uang negara lain menguat terhadap
dolar AS. "Coba perhatikan, mata uang lain menguat terhadap dolar dan
rupiah justru melemah. Jadi, nilai Rp 9.300 itu sangat tidak layak,"
ungkapnya.
Farial menyebut rupiah sebagai mata uang paling aneh. Sebagai ilustrasi,
sejak 1997 depresiasi rupiah terhadap mata uang kuat dunia mencapai
260-270%. Kondisi tersebut berbeda dengan peso Filipina yang hanya
terdepresiasi 90%. Begitu pula pada pertengahan tahun ini ketika ada
berita The Fed akan menaikkan suku bunga, rupiah melemah dari Rp 9.000
ke Rp 9.400-9.600 per dolar AS.
Farial mengaku kesulitan menganalisis pelemahan nilai tukar rupiah
beberapa hari terakhir. Pelemahan itu sulit dideteksi apakah untuk
kepentingan sektor riil atau spekulasi. "Ada beberapa hal yang membuat
mata uang kita ini sangat rentan. Hot money itu bisa in dan bisa out
dalam kecepatan yang sangat tinggi," paparnya.
Dengan kondisi itu, Farial memperkirakan sampai akhir tahun rupiah masih
akan tetap melemah. Ia menduga, pasokan dolar AS akan menipis, sehingga
pasarnya tidak likuid. "Saya melihat demand masih tetap tinggi tetapi
supply-nya kurang. Siapa yang mau jual dolar dalam kondisi sekarang,"
kata Farial.
Hingga akhir tahun rupiah diperkirakan bergerak pada kisaran Rp
9.200-9.300 per dolar AS.
Sedangkan pengamat pasar uang dari Indocev Ahmad Makmun menyatakan,
pekan depan rupiah akan mendekati Rp 9.400. Bahkan menjelang liburan
Natal dan Tahun Baru, rupiah bisa menembus level psikologis Rp 9.400 dan
mendekati Rp 9.500.
Sama seperti Farial, Makmun menilai, rupiah sudah undervalued sejak
masih di level Rp 9.000-an beberapa waktu lalu. (mc/c60/alf)
------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~-->
$4.98 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/Q7_YsB/neXJAA/yQLSAA/zMEolB/TM
--------------------------------------------------------------------~->
----------------------------------------------------------
IMQ - THE REAL TIME DATA AND BUSINESS NEWS SERVICE
----------------------------------------------------------
Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/obrolan-bandar/
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/