Kamu yang tidak mampu memahami kebenaran, kenapa kamu katakan ke saya, he he he. Kalau saya katakan Al Qur-an itu pedoman hidup berdasarkan dalil a'qlinya ayat 2 surah al Baqarah. Berarti bukan saya yang klaim al Qur-an sebagai pedoman hidup bagi orang-orang yang benar imannya tapi Allah sendiri.
Kalau kamu membantahnya, ada beberapa hal yang harus kamu jawab sekarang juga. Pertama Coba kamu kemukakan dalil, ayat mana yang menyatakan bahwa al Qur-an itu bukan pedoman hidup tapi hukum-hakam. Kedua coba kamu beritahu kami dimilis ini apa pedoman/petunjuk hidup kamu kaalau bukan Qur-an supaya bertambah jelas siapa kamu sebetulnya. Ketiga gunakan point approach ( jawaban to the point), jangan gunakan circle approach (baca bertele-tele atawa meubalet-batet) yang membuat pembaca menjebalkan. Saya tunggu ketegasan kamu yang ini dulu, baru dapat dilanjutkan persoalan lainnya. Kalau yang ini tidak tuntas omong kosong ketika kamu menulis yang lainnya dimilis ini. (alasytar) ________________________________ From: omar puteh <om_pu...@yahoo.com> To: ia...@yahoogroups.com Sent: Sunday, August 2, 2009 6:46:26 PM Subject: Re: [IACSF] ZDALIKAL KITABU LARAIBA FIHI HUDALLIL MUTTAQIN (QS, 2 : 2) (PENJELASAN) Omar Putéh menulis: Mengapa tidak paham-pahamnya saudara Ali Al Asytar, kalau sudah dijelaskan bahwa Al Qurän itu bukan pedoman hidup sepatutnya dipahami dengan pemahaman yang baik. Itulah sebabnya saya ulangi kembali bertanya kepada anda: Apa beda pedoman dengan hukum-hakam? Mengapa? Karena kalau anda mendapati perkataan sedemikian rupa, maka anda jangan meyalin lagi sama persis seperti sipenterjemah lakukan, ketika anda hendak masukkan kedalam internet, tetapi anda pikirlah untuk memilih kata yang lebih tepat dan kuat maknanya, jadi seperti yang saya telah katakan: ......sebagai hukum-hakam hidup dan kehidupan". Saya berikan anda demikian, karena saya tahu bahwa, anda orang yang malas untuk berpikir lebih, suka terima bersih. Jadi kalau sipenulis tafsir itu lemah bahasa pilihannya, maka kitalah yang patut tolog membantunya. Belajarlah anda kembali memahami apa itu pedoman hidup dan apa itu hukum-hakam hidup dan kehidupan. Lantas mengapa seperti anak cengeng, merepet-repet seperti anak gembeng, yang baru saja kena tempeleng? Coba buka tulisan awal-awal anda, apa yang anda telah tuliskan, tetapi saya bukan orangnya suka terusmendamprat anda, kecuali setelah lama melihat anda bertingkah laku, sudah lewat batas, lewat garis demarkasi dan camkan ini! Iyah, kok diajarin orang aplusan berdiskusi? Anda sendiri boleh masuk kapan saja, takut (?), karena lawan diskusi, akan mengambil juga tulisan-tulisan dari siapapun pesertanya untuk dikepit. Kalau bagi saya, lebih suka mengulangi kepada peserta diskusi dari pihak Syi'ah: Vande Charba, (No) Vendra Cahaya Bening, Muhammad Al Qobra dan sahabatnya Ali Al Asytar agar mendeklarasikan: Mengapa Aku Menjadi Syi'ah dan Mengapa Aku Keluar Dari Sunni! Pendeklarasian dari anda sekalian dari peserta diskusi Sunni versus Syi'ah, seperti nama-nama tersebut diatas, akan lebih cepat kami tanggapi dan lebih pasti kami kenali. Omar Putéh Meunasah Reudeuep Achèh Rajeuk --- On Sun, 8/2/09, Ali Al Asytar <alasytar_acheh@ yahoo.com> wrote: >From: Ali Al Asytar <alasytar_acheh@ yahoo.com> >Subject: [IACSF] ZDALIKAL KITABU LARAIBA FIHI HUDALLIL MUTTAQIN (QS, 2 : 2) >(PENJELASAN) >To: ia...@yahoogroups. com, lan...@yahoogroups. com, politikmahasiswa@ >yahoogroups. com, achehn...@yahoogrou ps.com, p...@yahoogroups. com >Date: Sunday, August 2, 2009, 11:05 AM > > > >Baiklah selama kita menanti keputusan Allah, perlu saya sampaikan kepada >pembaca bahwa orang yang saya maksudkan ketika mengucapkan sumpahserapah >kepada Alauddin Umarov secara membabi buta, diujung tulisannya yang sangat >panjang itu menyindir ke saya. Dia mengatakan secara terang terangan bahwa Al >Quran itu bukan pedoman Hidup sebagaimana diulang-ulang oleh saya. Lalu saya >mengingatkannya secara baik bahwa kalau dia tidak menarik ucapannya itu, >murtad hukumnya. Ini bukan klaim saya tapi siapapun orang Islam yang punya >pikiran pasti mengetahui bahwa ayat 2 surah al Baqarah sebagai pernyataan >Allah sendiri setelah muqaddimahnya (baca surah Al Fatihah), bahwa al Qur-an >itu tidak ada keraguan (sedikitpun) padanya, adalah sebagai pedoman/petunjuk >bagi orang-orang yang bertaqwa. Lalu kalau ada orang yang katakan bahwa al >Qur-an itu bukan pedoman hidup bagi kita orang Islam sama dengan menentang >bukan saja ayat 2 surah al Baqarah itu, > tapi juga menentang seluruh al Qur-an. Justru itu saya beritahukan kepada > orang tersebut murtad Hukumnya. Malah saya ingatkan dalam bhs Acheh agar > tidak diketahui orang non Acheh (maleeteuh lonpeugah meunan). > >Orang tersebut tidak menggubris saya yang ketika itu masih saya anggap teman. >Ironisnya dia menulis beberapa hari kemudian bahwa saya hanya menulis Qabil >dan Habil saja sejak saya masuk pintu gerbang Norway. Ini terindikasi bahwa >dia itu buruk sangka kepada saya. Kali ini dia ulang lagi bahwa Qur-an itu >bukan pedoman Hidup. Justru itulah saya tidak lagi bersahabat kepada orang >tersebu. > >Haji Umar sepertinya ingin berlangsung dialog Sunni - Syi'i dan mengaku tidak >punya ilmu tentang itu, lalu meminta pihak yang ada ilmu untuk tidak main >samping. Ketika dialog berlangsung diapun ikutikutan mendukung salah satu >pihak, dimana yang semestinya menyimak dulu dengan teliti apa yang dikemukakan >kedua pihak. Justru itulah Saya katakan dia itu > juga fanatik buta. > >Kami ini malah bukan saja di Achirat siap menyerahkan kepada Allah tapi juga >di Dunia ini dengan bermubahalah sebagaimana Rasulullah lakukan ketika pihak >lawan terbukti fanatikbuta. Tapi ternyata pihak lawan Rasulullah tidak berani >bermubahalah. > >Terahir sekali saya anjurkan agar kedua belah pihak mewakilkan saja kepada >Vande dan Venda vs Mutia dan Ridwan. >Kalau Mutia sedang berdialog dengan Vande, malah sebaiknya, Ridwan bersabar >dulu sebagaimana Venda. Apabila Mutia kehabisan bahan barulah Ridwan maju, >begitulah sebaliknya. > >(Alasytar) >