SESUNGGUHNYA KEBENARAN ITU DATANGNYA DARI ALLAH. 
JUSTRU ITU BERFIKIRLAH SESUAI PETUNJUKNYA, 
RASUL DAN IMAM-IMAM YANG DIUTUS 
ALLAH DAN RASULNYA, 
BUKAN BERFIKIR 
MENURUT LOGIKA KITA 
SEMATA-MATA 
Alasytar
ACHEH - SUMATRA

Rasulullah Muhammad saww berkata: " Yang benar itu tetap benar walaupun keluar 
dari mulut anak yang ingusan" Hadist ini mengandung arti yang tersirat bahwa 
yang salah itu tetap salah walau keluar dari mulut yang mengklaim diri sebagai 
ulama. Melalui Hadist itu kita mampu mengkritisi walau ulama sekalipun 
disebabkan adanya informasi dari Rasulullah bahwa sesungguhnya mereka itu bukan 
ulama tapi orang-orang yang mengklaim diri sebagai ulama. Andaikata mereka 
masih kita sebut ulama, pastinya menyandang kata sifat jelek lainnya dibelakang 
seperti 'suk' atau 'gadongan'. Hal ini sesuai info dari Rasul sendiri: "Akan 
datang suatu masa yang menimpa manusia; tidak ada Islam kecuali tinggal namanya 
saja, tidak ada Al Qur'an kecuali tinggal tulisannya saja, masjid-masjid mewah 
tetapi kosong dari petunjuk serta ulama'nya adalah orang yang paling jahat yang 
berada di bawah langit. . . . . . ." (HR. Al Baihaqi). 

Dinegara-negara yang bersystem taghut seperti Indonesia siapapun yang memiliki 
ilmu dikatakan ulama. Inilah yang membuat orang banyak jadi sesat. Malah di 
dalam system Indonesia itu sampai ke Acheh sengaja dibentuk suatu lembaga yang 
bernama "Majlis Ulama" sementara sepakterjangnya tidak seperti ulama. Mereka 
sesungguhnya bukan ulama tapi Bal'am, yang merupakan sebagai simbolisasi ulama 
palsu atau ulama gadongan. Bal'am yang terkenal di jaman Nabi Musa meskipun 
'alim luarbiasa tapi tidak tunduk patuh kepada Allah dan RasulNya (Musa dan 
Harun) tapi ulama palsu itu tunduk patuh kepada penguasa dhalim yaitu Firaun. 
Bal'am itu tidak mampu menahan diri akibat nikmatnya dalam system firaun 
sebagaimana ulama gadongan dalam system Hindunesia, "kabur matanya" gak mampu 
keluar dari enaknya "hidangan" penguasa Hindunesia.

Sebagaimana setiap ulama palsu atau gadongan disebut "Bal'am", penguasa dhalim 
juda di sebut "Fir'aun-fir'aun". Itulah sebabnya semua ulama yang tunduk patuh 
kepada penguasa Hndunesia, baik yang tergabung dalam lembaga "Majlis Ulama" 
maupun yang diluar majlis ulama gadongan itu kita berani menyebutnya sebagai 
'Bal'am'. Hal ini bukan berdasarkan emosionil akibat perlakuan jahat mereka 
terhadap Acheh - Sumatra, tapi berdasarkan petunjuk Allah dalam Al Qur-an dan 
Rasulnya dalam Hadist. Justru itu sungguh tidak beralasan kalau mereka marah 
sama kita, orang Acheh - Sumatra.

Kebanyakan manusia yang tidak berideology Islam di Indonesia dan juga di tanah 
Rencong tidak mampu memahami kalau semua ulama atau 'alim palsu yang 
bersatupadu dalam system Taghut Indonesia itu sama fungsinya dengan Bal'am yang 
melawan Nabi Musa tapi dengan kealimannya berfatwa untuk melanggengkan 
kekuasaan "Fir'aun". Mereka kerap kali menuduh kita "menghakimi" ketika 
mengkritisi pihak lain. Padahal kalau kita menggunakan ayat Allah dan Rasulnya 
tempat kita berpijak, justru Allah dan Rasulnyalah yang menghakimi, bukan kita. 
Tuduhan yang sama juga sering muncul dimana-mana bahwa menurut mereka itu kita 
tidak boleh mengkafirkan orang lain. Mereka tidak sadar kalaun yang 
mengkafirkan itu bukan kita tapi Allah sendiri yang mengkafirkannya melalui 
ayat-ayatnya. ". . . . . . . Waman lam yahkum bima anzalalah, faulaika humul 
kafirun. . . . . . .Waman lam yahkum bima anzalallah, faulaika humuldh 
dhalimun. . . . . . . Waman lam yahkum bima anzalallah, faulaika
 humul fasiqun." (QS. Al Maidah, 5 : 44, 45, 47). 

Kita dituntut Allah agar berpegang teguh pada kitab Al Qur'an sedangkan hadist 
kita butuhkan ketika kita berhadapan dengan ayat-ayat mutasyabihat. Sementara 
kebanyakan manusia mempelintirkan ayat-ayat muhkamat sebagai ayat-ayat 
mutasyabihat dengan cara demikianlah mereka dapat membela kaum yang dhalim yang 
bersatu padu dalam system thaghut, dimana mereka terperangkap didalamnya 
disebabkan tidak kritis terhadap ilmu yang mareka timba dalam system thaghut 
tersebut. 

Andaikata kita enggan mengatakan kafir kepada orang-orang yang dinyatakan Allah 
sebagai kafir (baca orang-orang yang bersekongkol dalam system thagut Indonesia 
), justru kitalah yang kafir (hadist). Kalau Rasulullah mengatakan bahwa kita 
tidak boleh mengkafir kan seseorang. Bagi orang-orang yang sempurna fikirannya 
memahami betul bahwa terdapat makna tersirat dalam hadist tersebut, kita juga 
tidak boleh mengislamkan seseorang kalau Allah sendiri telah menyatakan kafir 
sebagaimana kafirnya orang-orang yang bersekongkol dalam system thaghut yang 
tidak menghukum dengan hukum yang diturunkan Allah (QS. Al Maidah, 5 : 44, 45, 
47). 

Jadi disinilah gunanya kita diberikan fikiran oleh Allah agar dapat mengambil 
kesimpulan yang tepat manakala berhadapan dengan realita yang rumit berdasarkan 
firmanNya yang selalu diulang-ulang dalam AlQur-an: " . . . . . . .Afala 
ta'qilun? . . . . . . .Afala yatazakkarun.? . . . . . . 

Untuk lebih jelas mari kita analisa alinia berikut ini: 
Berdasarkan afala ta`qilun dan afala yatazakkarun, manusia didunia ini 
diklasifikasikan kepada 4 katagori: 

1. Katagori orang Islam disisi Allah, Islam disisi manusia. 
2. Katagorii orang Islam disisi Allah, Kafir disisi manusia. 
3. Katagori orang Kafir disisi Allah, Kafir disisi manusia. 
4. Katagori orang Kafir disisi Allah, Islam disisi manusia. 

Manusia dalam katagori nomor 1 adalah Islam. Fenomena tersebut menunjukkan 
bahwa penilai berada dalam system Islam atau kedaulatan Allah dan bersatu padu 
didalamnya. Manusia dalam katagori nomor 2, juga Islam, sebab ketika pandangan 
suatu komunitas manusia bertolak belakang dengan pandangan Allah, justru 
pandangan Allahlah yang haq menentukannya. Fenomena pada point nomor dua ini 
menunjukkan bahwa penilai menganggap kafir terhadap orang yang dinyatakan Allah 
sebagai Islam. Penilai tersebut berada dalam komunitas yang bersatu padu dalam 
system Taghut yang bertentangan dengan system Allah. 

Manusia yang berada dalam katagori nomor 3, adalah Kafir. Fenomena ini 
menunjukkan bahwa penilai bersatu padu dalam system Allah hingga mampu menilai 
seseorang sesuai dengan penilaian Allah. Terakhir manusia dalam katagori nomor 
4, juga Kafir. Fenomena ini menunjukkan bahwa penilainya adalah orang-orang 
yang menganggap diri Islam tapi bersatupadu dalam system Taghut. Justru itulah 
mereka tidak mampu mengenal secara persis mana orang yang benar-benar Islam dan 
mana orang yang hanya menganggap diri Islam sementara menurut Allah sendiri 
orang tersebut adalah kafir. Orang-orang yang meyakini dan bersatupadu dalam 
system Taghut inilah yang sering menuduh orang lain mengkafirkan orang secara 
sembarangan. Mereka sesunguhnya tidak mantap 'Aqidah dan Ideology Islamnya. 

Untuk memahami benar bagaimana keberadaan dan sepakterjangnya Fir'aun, Karun 
dan Bal'am, marilah kita analisa alinia-alinia berikut ini: 
Wahai pasukan jihad! 
Tembaklah Fir'aun yang mengatakan "Akulah Tuhan" yang mengazab siapa saja yang 
berani menentangnya. Tembaklah Karun yang mengatakan "Akulah Pemilik Harta", 
dan menjauhkan kaum dhu'afa dari pembendaharaan Dunia. Tembaklah Bal'am yang 
mengatakan "Akulah Pemilik Agama", dan meninabobokkan rakyat jelata dengan 
bisikan "Syurga" dan "Sabar" ketelinga mereka. 

Fir'aun memberi legitimate kepada Karun untuk merampok uang rakyat dengan cara 
korupsi, manipulasi dan monopoli ekonomi. Sedangkan Bal'am menuhankan Fir'aun, 
tak akan pernah membantah apa saja kemauan Fir'aun walaupun mendhalimi 
rakyatnya, bahkan senantiasa siap membela Fir'aun dengan mempelintirkan 
ayat-ayat Allah mana kala timbul protes dari orang-orang idealis. 

Ketiga simbolisasi itu merupakan trinitas yang saling menguatkan satu sama 
lainnya. Di lembah Mina engkau hanya menyaksikan 3 berhala, sementara Hamman 
(arsitek Fir'aun) disatukan dengan Karun (Konglomerat), orang awam bilang 
begini: "Kong kalingkong tutup mata raba kantong, gara-gara Kong rakyat 
melarat" 

Fir'aun memerintahkan Hamman untuk membuat sebuah kolam renang, biayanya 
disuruh ambil pada si Karun. Setelah selesai, wanita dan pria pun asik 
berenang-renang dengan berpakaian super ketat. Saat orang-orang idealis 
memperotesnya, Bal'am datang berlagak "Ulama" serta berfatwa: "Allah itu indah 
dan mencintai keindahan. Yang paling indah di dunia ini adalah perempuan, 
karena itu biarkanlah mereka itu berenang-renang supaya awet muda". 

Wahai pasukan jihad, kini engkau berhadapan dengan mereka di lembah Mina. 
Kerahkanlah segenap kekuatanmu untuk meluluh-lantakkan mereka supaya dunia ini 
benar-benar aman, bukan aman dipasung. 
Justru itu dengarkanlah apa kata Ibrahim, bintang Revolusi yang berhasil 
meluluh-lantakkan kekuasaan Namrud: "Manakala engkau berhadapan dengan Fir'aun, 
abaikanlah dia. Manakala berhadapan dengan Karun, biarkanlah dia, namun begitu 
engkau berhadapan dengan Bal'am, tembakkan dia. Apakah engkau menembak kakinya? 
Bukan. Apakah engkau menembak badannya? Juga bukan. Apakah engkau menembak 
kepalanya? Benar. Tepat sekali tembakan engkau. Tembak lah Bal'am itu di 
kepalanya atau jantungnya. Untuk memastikan dia benar-bemar roboh, membutuhkan 
7 kali tembakan, demikianlah menurut guru-guru yang bijak. 

Aneh sekali memang. Ketika jama'ah Haji melewati pintu gerbang Mina, musuh yang 
pertama ketemu adalah Fir'aun, lalu disusul oleh Karun, baru kemudian Bal'am 
yang terakhir sekali. Sedangkan serangan pada tanggal 10 Zulhijjah, khusus 
untuk melumpuhkan kekuatan Bal'am dan membiarkan Fir'aun dan Karun buat 
sementara. Mengapakah demikian? Allah, Tuhannya kaum dhu'afa menghentakkan 
pikiran kita untuk ber-afala ta'qilun dan berafala yatazakkarun. 

Sesungguhnya ketiga simbolisasi itu melambangkan tipe orang-orang berbahaya, 
namun yang paling berbaya adalah "Bal'am". Mengapa demikian? Lazimnya dalam 
suatu komunitas Islam, ulama memiliki kharisma yang tinggi ditengah-tengah 
masyarakat awam. Kalau posisi ulama di ambil alih oleh Bal'am dalam suatu 
negara, dapat dipastikan tak ada orang yang berani melawan setiap fatwa yang 
dikeluarkannya. 

Ketika kepala negara/Raja menjalankan roda pemerintahannya dengan 
sewenang-wenang, mendhalimi kaum dhu'afa, Bal'amlah yang membisikkan kata-kata 
syurga dan sabar ketelinga rakyat jelata, dengan cara demikianlah Bal`am 
membuat rakyat jelata terlena, sehingga tak mampu lagi mengkritik 
kesewenang-wenangan pemerintah (Presiden/Raja) sementara setiap jajaran pegawai 
pemerintahan, apakah dia seorang Sarjana biasa, Doktor, Propessor tetap saja 
menuhankan atasan nya, kendatipun mereka mengaku Tuhan itu satu dimulut mereka. 
Andaikata pada suatu hari atasannya mengatakan bahwa sekarang bukan siang tapi 
malam, bawahannya langsung membenarkan, "Oi ya ya, tadi aku menyaksikan bulan 
dan bintang". 

Di Mesjid-Mesjid kebanyakan khatib berani mempelintirkan ayat-ayat Allah, demi 
menjaga kewibawaan Pemerintah. Masyarakat di arahkan untuk berdoa saja dalam 
menghadapi setiap bentuk kedhaliman. Hadist palsu seperti: "Doa adalah senjata 
orang Mukmin" dipopulerkan di tengah-tengah komunitas kaum Muslimin. Kendatipun 
kedhaliman sudah mencapai klimaknya, tetap saja tidak boleh dilawan sebab 
kepala pemerintahan/Raja masih melakukan shalat, apalagi sudah naik haji hingga 
mendapat titel Haji didepan namanya. Justru itu kita diarahkan untuk melakukan 
"Do`a Tolakbala" dengan memperagakan telapak tangan dalam keadaan Telungkup 
kebawah dan selesailah perkara mencegah kemungkaran demikian arahan Bal'am. Ma. 
. . sya Allah. . . . . . . 
Sesungguhnya Bal'am itu merupakan penyakit yang paling berbahaya bagi 
kemanusiaan. Bahaya penyakit inilah yang di indikasikan dalam Qur'an Surah 
terakhir (An-Naas ; 1-6). Bahaya dalam surah Al-Falaq akan berakhir setelah 
mendapat serangan sinar Matahari, namun bahaya dalam surah An-Naas tak akan 
pernah berakhir. 

Justru itulah pada akhir dari pertunjukan Haji, dianjurkan untuk membahas 
hakikat dari Qur'an surah An-Naas dalam konferensi Internasional paska Haji di 
Lembah Mina, di alam terbuka. Namun sayang sekali, konferensi seperti itu tak 
akan pernah terjadi mana kala Pertunjukan Akbar ini masih dikuasai oleh 
Pemimpin Thaghut. 
Bagaimana mungkin exisnya suatu Konferensi, sementara didalamnya dibahas 
strategi-strategi yang harus ditempuh oleh setiap jamaah Haji dalam meraih 
keberhasilannya sebagai Arsitek Revolusi, minimal bergabung dengan 
saudara-saudara mereka yang sedang ber Revolusi di negara asalnya 
masing-masing, sementara pengelola pertunjukan Haji sendiri adalah berhala yang 
engkau serang di Lembah Mina. 
Wahai pasukan jihad! 

Kendatipun engkau telah berhasil merobohkan Bal'am, namun engkau tidak boleh 
lengah walau sedikitpun. Betapa sering dalam sejarah, suatu revolusi memakan 
anak-anaknya sendiri, mengalami dekaden kembali hanya setelah satu generasi 
berlalu. Kuman-kuman yang telah lama terpendam dibawah tanah, akan muncul 
kembali kepermukaan. 
Kaum reaksioner yang pernah mengaku sebagai sahabatmu sendiri muncul secara 
serentak untuk bereaksi. Engkau telah melumpuhkannya dalam Perang Badar namun 
muncul kembali dalam Perang Siffain. Engkau telah memusnahkan nya di 
mesjid-mesjid Dhirar, namun dia muncul kembali di mesjid Kofah. Engkau telah 
merasa aman dan lega setelah menguasai Madinah, Mekkah bahkan seluruh jazirah 
Arabia, Namun pada generasi yang kedua Islam mendapat pukulan yang paling telak 
di Karbala. 

Musuh yang sepertinya tak pernah lenyap di permukaan bumi ini di indikasikan 
Allah dalam surah terakhir dari Al-Qur'an al-Karim, dan disimbolisasikan di 
lembah Mina sebagai Bal'am (jamarah terakhir), justru itulah di khususkan 
menyerang kekuatan tersebut pada tanggal 10 Zulhijjah, 7 kali tembakan. Pada 
tanggal 11 Zulhijjah, barulah engkau diperintahkan untuk menggempur secara 
keseluruhan. Tembaklah Fir'aun 7x, Karun 7x dan lagi-lagi Bal'am 7x. Sudah 
berapa pelurukah kau habiskan? 7x4 = 28 peluru. Serangan dilanjutkan pada 
tanggal 12 Zulhijjah. Tembak Fir'aun 7x, Karun 7x, Bal'am 7x. Pada tanggal 13 
Zulhijjah gempur lagi, tembak Fir'aun 7x, Karun 7x dan Bal'am pun masih perlu 
kau tembak 7x lagi. Sudah berapa pelurukah engkau habiskan? 28 + 7 x 6 = 28 + 
42 = 70 peluru. Engkau masih memiliki sisanya 7 peluru lagi. Selesai sudah 
pertempuranmu. Jika engkau sudah berkorban dan ingin kembali ke negeri asalmu, 
kuburkanlah senjatamu bersama sisa peluru di Mina.
 Namun jika engkau memilih untuk tinggal di Mina, ulangilah seranganmu pada 
hari-hari berikutnya dengan sisa peluru yang masih engkau miliki. Sebab, Mina 
adalah medan pertempuran, jika engkau masih berada di sana engkau senantiasa 
harus 
bertempur.

Baarakallah wal hidayah li walakum
     Was salaamualaikum wr wbr
                Ali al Asytar
         ACHEH - SUMATRA


      

Kirim email ke