Ketika B. J Habibie berkuasa, Tim-tim berhasil membebaskan diri dari koloni 
mealui 
referendumnya, sementara BJ H cepat didepak jawa keluar "gawang".  Tapi 
sekarang nampaknya Tim-Tim sudah berbaik lagi dengan koloninya. Semoga kalau 
West Papua meraih kemerdekaan tidaki ada seorangpun, orang Papua yang kontak 
dengan Koloni sebelum saudara kia Maluku, Selebes, Borneo, Acheh - Sumatra, 
Andalas, Pasundan dan masih banyak lagi bangsa yang sedang dikebiri pihak 
Hindunesia - jawa meraih kemerdaekaannya. Saya tidak bisa mentolerir itu sikap 
macam Timor Larose itu, macam tidak punya keyakinan yang mantap dalam 
menghadapi pihak koloni.
(alasytar, Acheh - Sumatra)



________________________________
From: Umar Said <kon...@club-internet.fr>
To: oposisi-l...@yahoogroups.com
Sent: Sunday, June 28, 2009 5:40:46 PM
Subject: [OPOSISI] Presiden Ramos Horta mendadak mengunjungi Restoran Indonesia 
di Paris





Catatan A. Umar Said 
 
Presiden Ramos Horta mendadak mengunjungi
Restoran Indonesia di Paris
 
Di luar dugaan banyak orang, 
Restoran koperasi INDONESIA di Paris secara mendadak sekali mendapat kunjungan 
tamu terhormat, yaitu Presiden Jose Ramos Horta dari  Republik Demokratik Timor 
Leste. 
Peristiwa ini terjadi pada hari Sabtu malam tanggal 27 Juni 2009. Banyak 
hal-hal 
yang menarik  (dan juga sangat 
penting) yang bisa diangkat atau diceritakan tentang kunjungan mendadak ini, 
sebab mempunyai arti atau nilai sejarah yang tidak kecil.
 
Bahwa kunjungan Presiden Ramos 
Horta ini mendadak sekali bagi para pekerja restoran (termasuk bagi managernya 
Bung Suyoso) adalah bahwa baru satu jam sebelum kedatangan Presiden Ramos Horta 
di restoran  diketahui dengan pasti 
bahwa ia bersama stafnya sudah memesan kamar  di Hotel  Senat yang letaknya 
berdampingan 
(terpisah satu tembok) dengan restoran INDONESIA.  Presiden Ramos Horta datang 
ke Paris 
hari Sabtu siang, untuk kunjungan yang bersifat setengah privé, dan besoknya 
(hari Minggu) sudah meninggalkan Paris lagi.
 
Satu jam sebelum kedatangan 
presiden Ramos Horta ke restoran, kami mendapat keterangan dari stafnya (3 
orang) bahwa ia merencanakan bertemu pada jam 8 malam dengan 3 sahabat lamanya 
(A. Umar Said, Antonio Diaz dan Carlos Semedo). 
 
Adalah menarik untuk diketahui 
mengapa presiden Ramos Horta, sebagai kepala suatu negara,  memilih Hotel 
Senat, suatu hotel kelas 
menengah bintang tiga). Mungkin sekali karena hotel ini terletak berdampingan 
dengan Restoran  INDONESIA, atau 
karena pertimbangan- pertimbangan lainnya, yang berkaitan dengan kunjungannya 
satu malam yang bersifat setengah prive di Prancis. Namun, walaupun kunjungan 
ini bersifat setengah prive dan hanya satu malam, pemerintah Prancis 
menyediakan 
4 orang dari Dinas Securité untuk selalu menjaga atau mengikutinya.
 
Pejuang Ramos Horta tidur di kursi 
restoran  
 
Keputusan presiden Ramos Horta 
untuk berkunjung lagi ke Restoran INDONESIA dan kali ini juga bertemu khusus 
dengan sahabat-sahabat lamanya mengandung arti yang dalam.  Restoran INDONESIA 
memang mempunyai 
sejarah tersendiri bagi perjuangan rakyat Timor Timur dan perjuangan rakyat 
Indonesia dalam perlawanan bersama terhadap rejim militer Suharto.
 
Setelah Restoran  koperasi ini dibuka dalam bulan Desember 
1982 (jadi sudah lebih dari 26 tahun yang lalu) sering sekali diadakan 
pertemuan-pertermua n antara berbagai orang (Prancis dll) dengan 
anggota-anggota 
Komite Setiakawan dengan Timor Timur. Restoran INDONESIA dalam jangka lama 
sekali dianggap oleh berbagai kalangan sebagai salah satu di  antara 
pusat-pusat kegiatan perlawanan 
rakyat Timor Timur terhadap agresi rejim militer Suharto.
 
Bahkan pada suatu waktu ketika 
Ramos Horta berkunjung ke Paris untuk kegiatan-kegiatan perjuangan rakyat Timor 
Timur,  ia pernah tidur di 
kursi-kursi yang dijejer-jejerkan, dan mandi di bawah douche sederhana yang 
terletak di ruangan bawah restoran. Hal ini diceritakan oleh presiden Ramos 
Horta sambil makan malam itu di depan 3 stafnya dan 3 sahabat lamanya beserta 
seorang tamunya dari Spanyol.
 
Cerita presiden Ramos Horta 
tentang tidurnya di atas kursi restoran dan mandi di bawah douche (yang 
sebenarnya tidak digunakan sebagai kamar mandi), dan cerita tentang 
kegiatan-kegiatan lainnya semasa ia masih sebagai pejuang, mengingatkan kami 
semua kepada masa-masa silam ketika kami berjuang bersama-sama untuk rakyat 
Timor Timur.
 
Tukang cat, sahabat lama Ramos 
Horta
 
Dalam pembicaraan santai antara 
sahabat-sahabat lama sambil makan itu presiden Ramos Horta juga menceritakan di 
depan kami semua bagaimana pada suatu saat ia pernah menginap di apartemen 
Antonio Diaz, dan terpaksa tidur di lantai (tetapi pakai alas) karena tidak 
cukup uang untuk tidur di hotel. Antonia Diaz adalah seorang Portugis, pernah 
bekerja sebagai tentara Portugis di Timor Timur, dan sudah lama bekerja di 
Paris 
sebagai tukang cat dan bangunan.
 
Carlos Semedo, seorang Prancis 
yang sudah lama sekali memimpin berbagai kegiatan mengenai Timor Timur (dan 
khususnya soal-soal yang berkaitan dengan Sanana Gusmao dan Ramos Horta), 
adalah 
sahabat karib Antonio Diaz. 
 
Keinginan presiden Ramos Horta 
untuk bertemu dan makan bersama dengan sahabat-sahabat lamanya (sekali lagi, 
antara lain yang bekerja sebagai tukang cat) menunjukkan bahwa walaupun ia 
sekarang menjabat sebagai presiden, tetapi tidak lupa kepada orang-orang yang 
di 
masa-masa yang lalu telah melakukan perjuangan bersama-samanya. Sungguh, suatu 
hal yang indah !.
 
Begitu santainya, dan begitu pula 
hangatnya suasana dalam pertemuan sambil makan itu, yang diselingi oleh acara 
tarian topeng diiringi gamelan dan suling kecapi, sehingga Antonio tidak 
segan-segan selalu menyapa presiden Ramos Horta dengan « kau » (dalam 
bahasa Prancis « tu »). Jadi, dalam pertemuan antara sahabat lama  itu terutama 
sekali banyak dibicarakan 
soal-soal masa lalu.
 
Perjuangan komite Timor Timur di 
berbagai negeri
 
Di antara pembicaraan itu kami 
tinjau bagaimana besar sumbangan kegiatan-kegiatan untuk membantu perjuangan 
rakyat Timor Timur  yang diadakan 
secara luas dan selama puluhan tahun , serta berskala internasional, telah 
merupakan sumbangan penting untuk terisolasinya rejim militer Suharto di 
hadapan 
opini internasional. Tidak salahlah kiranya kalau dikatakan bahwa komite-komite 
Timor Timur yang melakukan berbagai kegiatan di banyak sekali negeri di dunia 
sudah membantu jatuhnya rejim militer Suharto.
 
Dari segi ini bisa dilihat bahwa 
membantu perjuangan rakyat Timor Timur adalah satu dan senyawa dengan 
perjuangan 
menentang rejim militer Orde Baru. Hal ini pulalah yang telah dilakukan melalui 
sebagian kegiatan-kegiatan berbagai orang dengan  Restoran INDONESIA. Dalam 
kaitan ini 
telah disinggung dekatnya hubungan berbagai tokoh Prancis dengan restoran, 
umpamanya istri presiden Prancis François MITTERRAND (alm), Madame Danielle 
MITERRAND (yang pernah berkunjung ke Timor Timur) dan Louis JOINET, ahli hukum 
yang menjadi pembantu 5 Perdana Menteri Prancis berturut-turut dan merangkap 
wakil Prancis di Komisi HAM di PBB. Louis JOINET adalah sahabat dekat Ramos 
Horta dan juga sahabat dekat Restoran INDONESIA.
 
Kedatangan Ramos Horta ke Paris 
dalam tahun 1976
 
Yang juga banyak dikenang bersama 
adalah kunjungan pertama kali Ramos Horta dalam tahun 1976 ke Paris, beberapa 
waktu setelah militer Indonesia di bawah perintah Suharto melakukan agresi 
mencaplok Timor Timur. Setelah mengetahui bahwa Ramos Horta ada di Holland dan 
bertemu dengan orang-orang dari Komite Indonesia di Amsterdam (antara lain 
Prof. 
Wertheim dan  Go Gin Tjwan) maka A. 
Umar Said bersama sejumlah sahabat-sahabat Prancis mengusahakan kedatangan 
Ramos 
Horta  ke Paris.
 
Dalam tahun 1976 itu (lebih dari 
32 tahun yang lalu), untuk pertama kalinya diadakan rapat besar mengenai Timor 
Timur dengan pembicara utama Ramos Horta dan sejumlah tokoh-tokoh terkemuka 
Prancis. Sebagai kelanjutan rapat besar ini, maka terbentuklah untuk pertama 
kalinya Komite Setiakawan dengan Timor Timur. Komite Timor Timor di Paris 
adalah 
salah satu di antara komite yang tertua di dunia waktu itu. Semua ini rupanya 
merupakan kenangan bagi presiden Ramos Horta, dan juga bagi kami semua.
 
Sudah tentu, dalam  pembicaraan santai antara 
sahabat-sahabat lama itu, telah disinggung macam-macam soal. Antara lain 
tentang 
jalannya restoran, yang menurut pendengaran presiden Ramos Horta tetap berjalan 
baik. Juga telah dibicarakan Sobron Aidit (almarhum) dan Emil Kusni, yang 
kebetulan tidak ada di Paris dan sedang berada di Kalimantan. Presiden Ramos 
Horta sempat menanyakan beberapa hal mengenainya kepada Didien (istri Emil yang 
bekerja di restoran juga).
 
Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional di 
Timtim
 
Dalam pertemuan sambil makan yang 
sering diselingi dengan gelak-tawa itu ada juga sesuatu yang bisa dianggap 
besar 
dan serius. Presiden Ramos Horta mengatakan bahwa ia merencanakan untuk 
mengumumkan dalam bulan Agustus yad, dalam rangka memperingati 10 tahun 
referendum Timor Timur, diresmikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional 
di Timor Timur.
 
Bagi kami, yang mendengar rencana 
ini dari presiden Ramos Horta, merupakan hal yang baru dan penting sekali. 
Sebab, selama ini bahasa yang resmi dipakai sebagai bahasa nasional adalah 
bahasa Portugis dan Tetum, sedangkan bahasa Indonesia  dan Inggris dipakai 
dalam pemerintahan 
dan bisnis. Jadi, bahasa Portugis akan digantikan dengan bahasa Indonesia. 
Kalau 
rencana presiden Ramos Horta ini betul-betul dilaksanakan mulai Agustus, maka 
akan merupakan tindakan yang realis,   berani, dan juga bisa membuka 
dimensi-dimensi baru dalam hubungan 
Indonesia dan Timor Timur untuk masa depan.
 
Sebab, sekarang ini, bahasa 
Indonesia sudah banyak dipakai oleh rakyat Timor Timur, baik di kalangan 
penduduk untuk pergaulan dan dagang, maupun di kalangan pemerintahan atau untuk 
urusan-urusan resmi dengan jawatan-jawatan. Bahkan, persentasenya bisa mencapai 
80% dari penduduk. Dengan makin meningkatnya lalu lintas orang dan perdagangan 
dengan Indonesia, dan makin lancarnya komunikasi, maka peran bahasa Portugis 
makin terasa menjauh.
 
Dengan dibeberkannya rencana 
pengumuman pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, maka presiden 
Ramos Horta menunjukkan kemauan politiknya yang lebih besar dan lebih maju lagi 
dalam menggalang hubungan persahabatan dengan Indonesia. Dan bahwa rencananya 
itu diutarakan di depan sahabat-sahabat seperjuangannya yang lama dan juga di 
restoran INDONESIA  mempunyai arti 
tersendiri yang penting juga.
 
Presiden Ramos Horta adalah salah satu di 
antara tokoh-tokoh Timor Timur yang selama puluhan tahun berjuang 
terus-menerus, 
dan sekeras-kerasnya, menentang agresi rejim militer Suharto, sehingga ia 
menjadi tokoh internasional dan mendapat hadiah Nobel untuk perdamaian. Ia juga 
mendapat gelar doktor dalam ilmu hukum dari 6 universitas terkenal di berbagai 
negeri dan meraih beberapa  hadiah 
(award) internasional.  Sekarang, 
sebagai presiden Republik Demokratik Timor Leste ia berusaha membuka 
halaman-halaman baru, demi kepentingan rakyat Indonesia dan Timor Timur. 
 
Dengan perspektif yang seindah inilah kami 
melihat atau mengartikan kunjungannya yang mendadak di restoran INDONESIA di 
Paris. Untuk itulah telah dibuat banyak sekali foto-foto dengan sahabat-sahabat 
seperjuangan lama dan juga dengan para anggota koperasi yang bekerja di 
restoran.
 
Paris, 28 Juni 2009
 
A. Umar Said
.           
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   


      

Kirim email ke