ESENSI HAJI 3 
Bismillaahirrahmaanirrahiim. 


MENGGALI DAN MENYOROT ESENSI HAJI [BAG.3] 
Husaini Daud Sp
ACHEH - SUMATRA



BAL'AM MERUPAKAN MAKHLUK YANG PALING BERBAHAYA BAGI KEMANUSIAAN

6. MINA.
"Guruku telah mengajariku" (Afala ta`qilun? Afala yatazakkarun?). Engkau telah 
wuquf di Masy'ar satu malam penuh. Sekarang patuhilah aba-aba Matahari! 
Kendatipun pasukan jihad sekarang berada dalam keadaan standby di pintu gerbang 
Mina, janganlah engkau buat penyerangan sebelum Matahari menampakkan dirinya di 
ufuk timur. Namun demikian engkau harus benar-benar dalam keadaan siaga penuh. 
Kokanglah senjatamu, tapi jangan kau tembak dulu. Dengarlah aba-aba Matahari. 
Matahari apakah itu? Matahari 10 Zulhijjah. Kini engkau benar-benar berada di 
pintu gerbang Mina, namun disaat engkau hendak menyerang, tiba-tiba dihadang 
oleh pasukan musuh secara telak. Bendungan raksasa hitam itu membuat pasukan 
engkau takberdaya.

Dimedan tempur mana saja di dunia ini, kalah dan menang dipergilirkan. Namun 
kalau engkau sudah benar-benar siap karena Allah semata-mata, engkau pasti 
menang. Mana ada bendungan yang tak akan bobol, kalau engkau telah memiliki 
"kesadaran" Masy'arulharam. Namun kali ini bendungan yang menghadang engkau 
benar-benar membuat pasukanmu terhenti total. Bendungan apakah gerangan itu? 
Bendungan malam yang kelam. Oleh sebab itu tunggulah kekuatan sinar leser yang 
akan membobolkan bendungan hitam tersebut. "Katakanlah (hai Muhammad), aku 
berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, dari kejahatan makhluknya, dan 
dari kejahatan malam manakala telah gelap gulita, dan dari kejahatan 
wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan 
orang-orang yang dengki, ketika beraksi" (QS.113;1-5). Ayat-ayat tersebut 
diatas mengingatkan kamu agar berhati-hati di dalam kegelapan, boleh jadi 
temanmu sendiri terjerat dengan perangkap syaithan.
 Berwaspadalah kamu dan yakinlah bendungan musuh yang hitam pekat itu akan 
dibobolkan pasukan matahari.Ya, Matahari-lah yang mampu membobolkan bendungan 
raksasa hitam itu.

Sekarang lihatlah bagaimana Matahari 10 Zulhijjah menerobos lembah Mina, 
bersamaan dengan itu pasukan jihad pun bergerak cepat, secepat sinar matahari 
menelusuri celah-celah lembah Mina. Serangan pertama telah dimulai, namun apa 
yang kau saksikan? Aneh sekali. Sebelum engkau mengalahkan musuh, engkau telah 
merayakan kemenanganmu terlebih dahulu. Siapakah yang mampu memahami realita 
tersebut? Para Rasul, Imam-Imam, Ulama wa rasatul ambia`, Penyeru-Penyeru 
Kebenaran (Pendakwah Sejati), orang-orang mukmin sejati yaitu orang-orang yang 
benar Aqidahnya (Orang-orang suci). "Qur-an itu tidak akan disentuh kecuali 
orang-orang yang suci" (QS.56;79). Ya Allah betapa lugunya sebahagian 
orang-orang yang membaca tulisanku ini. Mereka tak mampu memahami 
pesan-pesan-Mu dalam Qur-an, (Afala ta`qilun ? Afala yatazakkarun?), sementara 
mereka membanggakan diri sebagai kaum Intelektual.

Pada waktu subuh tanggal 10 Zulhijjah, engkau mendengar alunan suara azan yang 
dikumandangkan salah seorang yang mewakili pasukan jihadmu, bagaikan menelusuri 
celah-celah lembah Mina. Sementara pasukan berani mati, secepat kilat 
mengaturkan saf-safnya. Setelah selesainya shalat subuh, mereka merayakan 
kemenangannya. "Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illa Allahu 
wa Allahu akbar. Allahu akbar, wa lil Allahilham" Aidil Adha adalah hari 
kemenangan. Kemenangan apa? Siapa yang telah engkau kalahkan? Kapan engkau 
bertempur. Kapan engkau menyerang? "Afala ta`qilun? Afala yatazakkarun?"

Memangnya engkau belum mengalahkan musuh, engkau juga belum bertempur. Namun 
apa artinya engkau mengalahkan musuh, apa artinya engkau bertempur kalau engkau 
tidak memulainya dari Arafah, lalu memasuki laboratorium kesadaran Masy'ar. 
Barulah serangan engkau berarti sekali ketika engkau telah mampu menerobos 
lembah Mina. Ketika nawaitumu sudah benar (Miqad), lalu engkau bertekat 
melaksanakan perintah Allah, Tuhanmu telah mencatat kebaikanmu, kemenanganmu.

Ketika engkau dapat merealisasikan nawaitumu itu dalam aksi, kebaikanmu, 
kemenanganmu dicatat Allah sekali lagi. "Do you understand?" Karena pasukanmu 
telah memantapkan niatnya di Miqad, menjabat tangan kanan Allah di rumahNya 
(Baitullah), berperan sebagai muhajir abadi, tetangga Allah (kuburan Hajar di 
samping Ka'bah), beraksi sebagai Muslim sejati dari bukit Safa ke bukit Marwa, 
meraih ilmu pengetahuan yang benar di Arafah (Wuquf di Arafah), memasuki alam 
kesadaran sebagi pribadi Muslim Sejati (Wuquf di Masy'arulharam), menggempur 
musuh di lembah Mina.

Sebelum engkau menggempur musuh, Allah memerintahkan kamu merayakan hari 
Kemenangan (hari raya Haji). Kinilah sa'atnya engkau merealisasikan nawaitumu. 
Siapakah yang akan engkau serang? Apakah engkau sekedar bergurau, melemparkan 
kerikil tanpa engkau hadirkan niat dan pemahamanmu yang benar? Makhluk model 
bagaimanakah yang bisa mematikan dengan kerikilmu itu? Bercandakah engkau? 
Jawabannya, "Tidak".

Di lembah Mina ada tiga Berhala; 1) Jamaratul `Ula. 2) Jamaratul Wus`a dan yang 
ke 3) Jamaratul 'Aqaba. Ketiga-tiga bangunan yang berbentuk cicin besar itu, 
setahun sekali wajahnya dilapisi dengan cat putih. Namun kenapa engkau sebutkan 
berhala? Guruku telah memberitahukanku bahwa ketiga-tiga bangunan tersebut 
melambangkan tiga berhala. Berhala pertama sebagai simbolisasi dari Fir'aun, 
berhala kedua sebagai simbolisasi dari Karun sedangkan berhala yang ketiga 
sebagai simbolisasi dari Bal'am. Memang tepat sekali kalau kita mau berafala 
ta`qilun dan berafala yatazakkarun, kecuali Tuhan yang sesungguhnya, Allah, 
yang lain semuanya menggunakan format Trinitas. Objek yang mereka pertuhankan 
itu terdiri dari 3 entas. Entas anak, entas bunda dan entas bapa (Kristen). 
Entas Brahma, entas Wisynu dan entas Syiwa (Hindu). Api Arumananda, api Mazza 
dan api . . . . . . .(Majusi).

Dan sekarang kita lihat lagi dalam realitanya tuhan orang-orang Jahiliah 
Moderen, yaitu entas Fir'aun, entas Karun dan entas Bal'am (tuhannya orang 
orang yang bersekongkol dalam System Thaghut Hindunesia). Menurut 'Ali 
Syari'ati ada 4 tipe manusia yang berbahaya bagi kemanusian, khususnya bagi 
kaum Dhu'afa, yaitu Fir'aun, Hamman, Karun dan Bal'am. Fir'aun sosok 
pemimpin/Raja yang dhalim, dalam sepakterjangnya berlagak Tuhan palsu.. Hamman 
arsitek Fir'aun. Karun bendaharawan Fir'aun (Konglomerat-konglomerat atau 
Kapitalis-kapitalis) sedangkan Bal'am Bloor berlagak sebagai 'Ulama Palsu, 
sepak terjangnya meninabobokkan rakyat jelata untuk melanggengkan kekuasaan 
Fir'aun dan untuk itu dia mendapatkan "sedekah".

Pada kesempatan yang lain Arsitek Ideologi Islam yang mampu meluluh-lantakkan 
asumsi Barat yang sempat mempesonakan orang-orang Timur ini, juga mengatakan 
bahwa ada 4 golongan manusia yang rugi di akhirat kelak yang beliau 
simbolisasikan sebagai; "Anjing, Serigala, Tikus dan Domba". Anjing 
melambangkan pemimpin yang serakah dan tamak. Serigala melambangkan kakitangan 
pemimpin yang dhalim, secara bergerombolan menganianya dan membunuh orang-orang 
yang berani melawan kebijakan pemerintah dhalim ( baca TNI/POLRI). Tikus 
melambangkan koruptor-koruptor, pencuri berdasi dan berwibawa sekali 
ditengah-tengah rakyat jelata dan yang terakhir yang membuat kita seperti tak 
percaya. Domba, bagaimana dia bisa di salah kan? Domba melambangkan kaum 
Dhu'afa yang bersedia bekerja sama dengan pemerintah dhalim.

Masih menurut Ali Syari'ati, bahwa penindas adalah Palu Godam, sedangkan 
orang-orang yang mau ditindas adalah Lempengan Besi. Pada saat palu godam 
beraksi yang bersedia menahannya adalah lempengan besi. Andaikata lempengan 
besi tak bersedia menahannya proses penindasan/penjajahan takan ada 
existensinya, tak akan pernah terjadi.. Makanya penindasan tak pernah terjadi 
di udara, palu godam akan berputar terus menerus diudara tanpa lempengan besi 
yang bersedia menahannya.

Andaikata tak seorangpun dari bangsa Acheh - Sumatra yang memihak kepada 
sontoloyo-sontoloyo Jawa, sudah dulu Acheh Merdeka. Disitulah di uji mana yang 
Emas mana yang Tembaga, mana orang-orang yang benar Iman, Ideologinya dan mana 
orang-orang yang disimbolisasikan dengan domba-domba tadi.

Wahai pasukan jihad! . . . . . . . Tembaklah Fir'aun yang mengatakan "Akulah 
tuhan" yang mengazab siapa saja yang berani menentangnya. Tembaklah Karun yang 
mengatakan "Akulah Pemilik Harta", dan menjauhkan kaum dhu'afa dari 
pembendaharaan Dunia. Tembaklah Bal'am yang mengatakan "Akulah Pemilik Agama", 
dan meninabobokkan rakyat jelata dengan bisikan "Syurga" dan "Sabar" ketelinga 
mereka.

Fir'aun memberi legitimate kepada Karun untuk merampok uang rakyat dengan cara 
korupsi, manipulasi dan monopoli ekonomi. Sedangkan Bal'am menuhankan Fir'aun, 
tak akan pernah membantah apa saja kemauan Fir'aun walaupun mendhalimi 
rakyatnya, bahkan senantiasa siap membela Fir'aun dengan mempelintirkan 
ayat-ayat Allah mana kala timbul protes dari orang-orang idealis. 
(Perhatikanlah sepakterjang Bal’am-bal’am, Karun dan Firaun Indonesia)

Ketiga simbolisasi itu merupakan trinitas yang saling menguatkan satu sama 
lainnya. Di lembah Mina engkau hanya menyaksikan 3 berhala, sementara Hamman 
(arsitek Fir'aun) disatukan dengan Karun (Menteri keuangan plus Konglomerat). 
Orang awam bilang begini: "Kong kalingkong tutup mata raba kantong, gara-gara 
Kong rakyat melarat"

Fir'aun memerintahkan Hamman untuk membuat sebuah kolam renang, biayanya 
disuruh ambil pada si Karun. Setelah selesai, wanita dan priapun asik 
berenang-renang dengan berpakaian super ketat. Saat orang-orang idealis 
memperotesnya, Bal'am datang berlagak "Ulama" serta berfatwa: "Allah itu indah 
dan mencintai keindahan. Yang paling indah di dunia ini adalah perempuan, 
karena itu biarkanlah mereka itu berenang-renang supaya awet muda".

Wahai pasukan jihad, kini engkau berhadapan dengan mereka di lembah Mina. Kerah 
kanlah segenap kekuatanmu untuk meluluh-lantakkan mereka supaya dunia ini 
benar-benar aman, bukan aman dipasung. Justru itu dengarkanlah apa kata 
Ibrahim, bintang Revolusi yang berhasil meluluh-lantakkan kekuasaan Namrud: 
"Manakala engkau berhadapan dengan Fir'aun, abaikanlah dia buat sementara, 
manakala berhadapan dengan Karun, biarkan dia, namun begitu engkau berhadapan 
dengan Bal'am, tembakkan dia. Apakah engkau menembak kakinya? Bukan. Apakah 
engkau menembak badannya? Juga bukan. Apakah engkau menembak kepalanya? Benar. 
Tepat sekali tembakan engkau. Tembaklah Bal'am itu di kepalanya atau 
jantungnya. Untuk memastikan dia benar-bemar roboh, membutuhkan 7 kali 
tembakan, demikianlah menurut guru-guru yang bijak.

Aneh sekali memang. Ketika jama'ah Haji melewati pintu gerbang Mina, musuh yang 
pertama ketemu adalah Fir'aun, lalu disusul oleh Karun, baru kemudian Bal'am 
yang terakhir sekali. Sedangkan serangan pada tanggal 10 Zulhijjah, khusus 
untuk melumpuhkan kekuatan Bal'am dan membiarkan Fir'aun dan Karun buat 
sementara. Mengapakah demikian? Allah, Tuhannya kaum dhu'afa hendak 
menghentakkan pikiran kita untuk ber-afala ta'qilun dan berafala yatazakkarun. 
Sesungguhnya ketiga simbolisasi itu melambangkan tipe orang-orang berbahaya, 
namun yang paling berbaya adalah "Bal'am". Tahukah kamu, mengapa harus 
demikian? Lazimnya dalam suatu komunitas Islam, Ulama memiliki kharisma yang 
tinggi ditengah-tengah masyarakat. Kalau posisi Ulama di ambil alih oleh Bal'am 
dalam suatu negara, dapat dipastikan system Taghut tersebut sukar sekali 
diruntuhkan. Tak ada orang yang berani melawan setiap fatwa yang dikeluarkan 
Bal'am, yang dikira Ulama benaran.

Ketika kepala negara/Raja menjalankan roda pemerintahannya dengan 
sewenang-wenang, mendhalimi kaum dhu'afa, Bal'amlah yang membisikkan kata-kata 
syurga dan sabar ketelinga rakyat jelata, dengan cara demikianlah Bal`am 
membuat rakyat jelata terlena, sehingga tak mampu lagi mengkritik 
kesewenang-wenangan pemerintah (Presiden/Raja) sementara setiap jajaran pegawai 
pemerintahan, apakah dia seorang Sarjana biasa, Doktor, Propessor tetap saja 
menuhankan atasan nya, kendatipun mereka mengaku Tuhan itu satu dimulut mereka.

Andaikata suatu hari atasannya mengatakan bahwa sekarang bukan siang tapi 
malam, bawahannya langsung membenarkan, "Oi ya ya, tadi aku menyaksikan bulan 
dan bin . . .. . . .tang.". Di Mesjid-mesjid kebanyakan khatib berani 
mempelintirkan ayat-ayat Allah, demi menjaga kewibawaan Pemerintah. Masyarakat 
di arahkan untuk berdoa saja dalam menghadapi setiap bentuk kedhaliman. Hadist 
palsu seperti: "Doa adalah senjata orang Mukmin" dipopulerkan di tengah-tengah 
komunitas kaum Muslimin. Kendatipun kedhaliman sudah mencapai titik klimaknya, 
tetap saja tidak boleh dilawan sebab kepala pemerintahan/Raja masih melakukan 
Shalat, karena itu kita diarahkan untuk melakukan "Do`a Tolakbala" dengan 
memperagakan telapak tangan dalam keadaan telungkup kebawah dan selesailah 
perkara mencegah kemungkaran, demikianlah arahan Bal'am. Masya Allah.

Sesungguhnya Bal'am itu merupakan penyakit yang paling berbahaya bagi 
kemanusiaan. Bahaya penyakit inilah yang di indikasikan dalam Qur'an Surah 
terakhir (An-Naas ; 1-6). Bahaya dalam surah Al-Falaq akan berakhir setelah 
mendapat serangan sinar Matahari, namun bahaya dalam surah An-Naas tak akan 
pernah berakhir. Justru itulah pada akhir dari pertunjukan akbar ini (baca 
Haji), dianjurkan untuk membahas hakikat dari Qur'an surah An-Naas dalam 
konferensi Internasional paska Haji di Lembah Mina, di alam terbuka. Namun 
sayang sekali, konferensi seperti itu tak akan pernah exist manakala 
Pertunjukan Akbar ini masih dikuasai oleh Pemimpin Thaghut sebagaimana kita 
saksikan sekarang ini.

Bagaimana mungkin exisnya suatu Konferensi, sementara didalamnya dibahas 
strategy-strategy yang harus ditempuh oleh setiap jamaah Haji dalam meraih 
keberhasilannya sebagai Arsitek Revolusi, minimal bergabung dengan 
saudara-saudara mereka yang sedang ber Revolusi di negara asalnya 
masing-masing, sementara pengelola pertunjukan Haji sendiri adalah berhala yang 
engkau serang di Lembah Mina.

Wahai pasukan jihad! . . . . . . . Kendatipun engkau telah berhasil merobohkan 
Bal'am, namun engkau tidak boleh lengah walau sedikitpun. Betapa sering dalam 
sejarah, suatu revolusi memakan anak-anaknya sendiri, mengalami dekaden kembali 
hanya setelah satu generasi berlalu. Kuman-kuman yang telah lama terpendam 
dibawah tanah, akan muncul kembali kepermukaan. Kaum reaksioner yang pernah 
mengaku sebagai sahabatmu sendiri muncul secara serentak untuk bereaksi. . . .. 
. . . .Engkau telah melumpuhkannya dalam Perang Badar namun muncul kembali 
dalam Perang Siffain. . . . . . . . Engkau telah memusnahkannya di 
mesjid-mesjid Dhirar, namun dia muncul kembali di mesjid Kofah. . . . . . 
.Engkau telah merasa aman dan lega setelah menguasai Madinah, Mekkah bahkan 
seluruh jazirah Arabia, namun pada generasi yang kedua Islam mendapat pukulan 
yang paling telak di Karbala. . . . . . .

Musuh yang sepertinya tak pernah lenyap di permukaan bumi ini diindikasikan 
Allah dalam surah terakhir dari Al-Qur'an al-Karim, dan disimbolisasikan di 
lembah Mina sebagai Bal'am (jamarah terakhir). Justru itulah di khususkan 
menyerang kekuatan tersebut pada tanggal 10 Zulhijjah, 7 kali tembakan. Pada 
tanggal 11 Zulhijjah, barulah engkau diperintahkan untuk menggempur secara 
keseluruhan. Tembaklah Fir'aun 7x, Karun 7x dan lagi-lagi Bal'am 7x. Sudah 
berapa pelurukah kau habiskan? 7x4 = 28 peluru. Serangan dilanjutkan pada 
tanggal 12 Zulhijjah. Tembak Fir'aun 7x, Karun 7x, Bal'am 7x. Pada tanggal 13 
Zulhijjah gempur lagi, tembak Fir'aun 7x, Karun 7x dan Bal'am pun masih perlu 
kau tembak 7x lagi. Sudah berapa pelurukah engkau habiskan? 28 + 7 x 6 = 28 + 
42 = 70 peluru.. Engkau masih memiliki sisanya 7 peluru lagi. Selesai sudah 
pertempuranmu.

Jika engkau sudah berkorban dan ingin kembali ke negeri asalmu, kuburkanlah 
senjatamu bersama sisa peluru di Mina. Namun jika engkau memilih untuk tinggal 
di Mina, ulangilah seranganmu pada hari-hari berikutnya dengan sisa peluru yang 
masih engkau miliki. Sebab, Mina adalah medan pertempuran, jika engkau masih 
berada di sana engkau senantiasa harus bertempur.

Bersambung ke ESENSI HAJI 4.

Billahi fi sabililhaq,

Husaini Daud Sp
Di Ujung Dunia
----------


      

Kirim email ke