Kemajuan Iran Pasca Revolusi Islam (01) Kemajuan Iran Pasca Revolusi Islam (01) Wednesday, 06 February 2008 Revolusi Islam Iran tahun 1979 adalah kebangkitan rakyat yang bersumberkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Pasca kemenangan revolusi, pemerintah bersama rakyat Iran bergotong-royong membangun kembali negerinya di berbagai bidang. Islam sebagai agama yang sempurna dan komprehensif, selalu menekankan pentingnya mengembangkan ilmu pengetahuan dan memajukan taraf hidup umat. Terkait hal ini, Islam mengajarkan dua prinsip utama, yaitu: pertama, sikap mandiri dan tidak bergantung pada non-muslim, dan kedua adalah percaya diri dan bertawakkal kepada yang Maha Kuasa untuk memajukan kehidupan umat muslim. Kitab suci Al-Quran, dalam surat An-nisa ayat 141 menegaskan pentingnya kemerdekaan dan kemandirian umat Islam. Al-Quran menuturkan, "...Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang mukmin". Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa masyarakat muslim dari segi politik, ekonomi, budaya, militer, dsb, harus sedemikian kuat sehingga masyarakat non-muslim tidak mampu menguasainya. Ajaran luhur Islam ini merupakan daya penggerak bagi kaum muslim untuk memutus ketergantungan mereka terhadap pihak lain dan menentang penjajahan atas dirinya. Pesan kemandirian inilah yang selalu diperjuangkan Revolusi Islam. Sepanjang 29 tahun sejak kemenangan Revolusi Islam, Republik Islam Iran berhasil mencapai kemajuan besar di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, sosial, dan militer. Sejak masa-masa awal kemenangan Revolusi Islam, masalah kemandirian di bidang ekonomi senantiasa menjadi perhatian utama. Pasalnya, pada era pra-revolusi, akibat kesalahan fatal politik Rezim Pahlevi, menyebabkan Iran amat bergantung dengan Barat, khususnya AS. Sebaliknya, pasca kemenangan Revolusi Islam, negara-negara Barat berupaya menekan dan mengancam Republik Islam Iran dengan pelbagai cara, termasuk dengan menerapkan embargo ekonomi. Karena itu, Iran pun berusaha mencapai kemandirian di bidang pertanian dan industri. Upaya ini bahkan terus dilanjutkan, meski di saat Iran menjalani masa-masa sulit perang yang dipaksakan oleh Rezim Ba'ats, Irak selama delapan tahun. Upaya tiada kenal lelah inipun, akhirnya membuahkan hasil yang membanggakan. Iran berhasil mencapai swasembada gandum, sebuah komoditas strategis pertanian. Sejak tahun lalu, Iran bahkan sanggup mengekspor hasil produksi gandumnya ke sejumlah negara. Begitu pula di berbagai komoditas pertanian lainnya. Iran juga berhasil meraih kemajuan dengan menerapkan program mekanisasi pertanian. Salah satu dampak buruk yang diwariskan sistem perekonomian Rezim Pahlevi dan masih berpengaruh hingga kini adalah ketergantungan Iran terhadap pendapatan minyak bumi. Masalah ini membuat struktur ekonomi menjadi rapuh, namun dengan usaha keras pemerintah Republik Islam Iran, ketergantungan terhadap pendapatan minyak pun perlahan-lahan mulai dibatasi. Sebagai misal, pada tahun 2007-2008 ini, komposisi pendapatan minyak dalam anggaran negara Iran kurang dari 50 persen. Sebaliknya, dalam beberapa tahun terakhir pendapatan dari sektor non-minyak makin naik secara signifikan. Berdasarkan sejumlah data, pendapatan Iran di sektor non-minyak pada tahun 2006 mengalami peningkatan 47 persen atau sekitar 16 miliar USD. Peningkatan ini membuat situasi ekonomi Iran relatif bisa bertahan meski harga minyak dunia mengalami fluktuatif.
Di sisi lain, untuk memanfaatkan secara optimal cadangan minyak, Iran berupaya meningkatkan produksi komoditas petrokimia dan olahan minyak lainnya agar lebih bermanfaat dan bernilai. Sehingga pada periode 2007-2008, produksi petrokimia Iran meningkat lebih dari 30 juta ton. Rencananya tiga tahun lagi, produksi di sektor ini akan ditingkatkan menjadi 58 juta ton. Salah satu produksi industri Iran yang berhasil diekspor sejak beberapa tahun terakhir adalah produk otomotif. Iran mengekspor kendaraan penumpang dan barangnya ke berbagai negara seperti Syria, Turkmenistan, Afghanistan, Azerbaijan, dan Venezuela. Iran juga menjalin kerjasama pembangunan pabrik mobil dengan sejumlah negara. Pada tahun 2006, Iran mengeskpor lebih dari 30 ribu kendaraan senilai 350 juta USD. Pembangunan di bidang infrastruktur, seperti pembangunan jalan, rel kereta api, jembatan, jalan tol dalam kota, dan kereta api bawah tanah (subway) merupakan langkah pembangunan paling kentara pasca revolusi. Kemajuan lain ekonomi Iran pasca Revolusi Islam adalah meningkatnya investasi asing, padahal Iran saat ini masih berada di bawah tekanan sanksi ekonomi AS. Tahun lalu, investasi asing di sektor perminyakan, yang merupakan salah satu bidang yang paling dikhawatirkan oleh AS, mengalami peningkatan sekitar 9 persen. Begitu juga di bidang gas, tingkat eksplorasi, produksi, dan ekspor di bidang ini mengalami peningkatan signifikan. Pada bulan Februari ini, menteri perminyakan Iran melaporkan adanya penemuan ladang gas baru dengan cadangan gas sebesar 11 triliun kaki kubik. Iran adalah negara pemilik cadangan gas terbesar kedua di dunia, setelah Rusia. Selain itu, Teheran juga telah menjalin beragam kontrak kerjasama di bidang gas dengan negara-negara lain. Sebagai contoh, baru-baru ini Iran dan Austria menandatangani kontrak ekspor gas senilai 50 miliar USD dan kerjasama produksi gas dengan Malaysia senilai 16 miliar USD. Salah satu slogan utama Revolusi Islam Iran adalah meningkatkan taraf hidup rakyat, khususnya kalangan menengah ke bawah dan mewujudkan keadilan sosial. Karena itu, pemerintah Republik Islam Iran berusaha keras meningkatkan taraf hidup masyarakat berpendapatan rendah. Terlebih khusus di era kepemimpinan Presiden Ahmadinejad, yang lebih fokus untuk merealisasikan visi keadilan yang yang disuarakan oleh Revolusi Islam. Program kunjungan ke daerah Presiden Ahmadinejad beserta kabinetnya merupakan upaya serius pemerintah untuk menyentuh secara langsung persoalan rakyat di berbagai daerah sehingga bisa diupayakan tindakan yang lebih cepat untuk mengatasi persoalan daerah. Selama dua tahun pertama masa kepemimpinannya, Presiden Ahmadinejad berhasil mengunjungi 30 propinsi. Kini, di paruh kedua masa kepemiminannya, dia pun melaksanakan kembali rangkaian safari ke berbagai daerah untuk menganalisa dan menindaklanjuti kebijakan sebelumnya. Masih di bidang pembangunan keadilan sosial, Pemerintahan Ahmadinejad juga mengeluarkan program pembagian 'saham keadilan'. Lewat program ini, saham perusahaan-perusahaan negara dibagikan kepada kalangan masyarakat berpendapatan rendah, sementara hasil keuntungannya akan dikembalikan lagi kepada mereka. Dalam surat Al-Anfal ayat 60 kepada kaum muslimin menyatakan: "Dan siapkanlah untuk menghadapai musuh, dengan kekuatan apa saja yang kamu sanggupi...". Di ayat lainnya, Al-Quran berpesan kepada kaum muslimin pentingnya memiliki kesiapan militer untuk menghadapi kemungkinan adanya ancaman musuh. Berdasarkan pesan-pesan Al-Quran inilah, pasca revolusi Islam, angkatan bersenjata Republik Islam Iran berusaha membangun kekuatannya untuk menghadapi ancaman musuh. Agresi militer Rezim Ba'ats melawan Iran di dekade 80-an, dan ancaman tanpa henti AS, merupakan pelajaran berharga bahwa Iran mesti memperkuat daya pertahanan militernya di hadapan segala bentuk agresi musuh. Kendati Iran pasca revolusi, menghadapi beragam tekanan dan embargo, namun para ilmuan dan teknisi militer Iran tidak pernah menyerah untuk memajukan kekuatan pertahanan negaranya. Tak heran bila kini Iran berhasil meraih keberhasilan yang tidak pernah diduga sebelumnya di bidang persenjataan modern. Angkatan bersenjata RII, saat ini berhasil membuat dan mengembangkan berbagai bentuk roket, seperti roket darat ke darat, darat ke laut, dan darat ke udara. Begitu pula di bidang pembuatan helikopter dan pesawat tempur, para ilmuan Iran berhasil mencapai kemajuan yang menarik di bidang ini. Sejumlah pesawat tempur berteknologi tinggi baik berjenis tanpa awak maupun standar, berhasil dibuat oleh Iran. Angkatan darat militer Iran juga berhasil membuat peralatan perang modern lainnya seperti, tank, panser, meriam, dan beragam bentuk senjata personal. Begitu pula di matra laut, kekuatan pertahanan laut Iran juga berhasil menorehkan prestasi gemilang. Seperti pembuatan beragam jenis kapal perang dan perahu cepat militer serta beragam persenjataan penting lainnya. Di bidang perangkat militer elektronik, Iran juga berhasil membuat gebrakan baru di bidang ini. Tak heran jika kini Iran menyatakan siap mengadapi ancaman perang elektronik. Kemajuan mengagumkan Iran di bidang industri militer membuat sejumlah negara kian tertarik menjalin kerjasama dengan Iran. Saat ini, Iran telah mengekspor hasil-hasil industri militernya ke 57 negara. < Prev Next > ________________________________ From: Vendra <cahaya.beni...@gmail.com> To: ia...@yahoogroups.com Sent: Wednesday, June 17, 2009 6:57:15 AM Subject: [IACSF] FW: [islamalternatif] Di Balik Kekisruhan Pemilu Iran Ini analisis yang menarik tentang pemilu di Iran… From:islam_alternatif@ yahoogroups. com [mailto:islam_ alternatif@ yahoogroups. com] On Behalf Of dina_rana Sent: Wednesday, June 17, 2009 7:51 AM To: islam_alternatif@ yahoogroups. com Subject: [islamalternatif] Di Balik Kekisruhan Pemilu Iran Oleh Dina Y. Sulaeman* Sejak hasil penghitungan suara pemilu pilpres Iran mulai menunjukkan tren ke arah kemenangan Ahmadinejad, media-media Barat sudah bersuara serempak, melaporkan kecurigaan adanya kecurangan. Dari AS, Wapres Joe Biden dan Menlu Hillary Clinton ikut mencurigai hasil pemilu Iran. Sementara Obama, yang sebelum pemilu terlanjur menyampaikan statemen `akan mengulurkan tangan persahabatan kepada Iran siapapun yang terpilih sebagai presiden' mengeluarkan pernyataan empatik mengomentari berbagai kerusuhan yang terjadi di Iran, "Biarkan bangsa Iran menentukan sendiri siapa pemimpin mereka" dan "Bangsa Iran merasa dikhianati". Dari Uni Eropa, keluar pernyataan, "Pemerintah Iran harus memperlakukan para demonstran dengan penuh penghormatan." Dari Perancis, Sarkozy menyatakan, Menlunya, Bernard Kouchner menyatakan "perlunya dilakukan investigasi atas pemilu Iran". Sarkozy dan Kouchner pura-pura lupa, setelah pilpres Prancis Mei 2007, juga terjadi kerusuhan besar-besaran yang dilakukan kaum muda negeri itu memprotes terpilihnya Sarkozy. Saat itu, sekitar 700 mobil dan sejumlah gedung pemerintah yang dirusak demonstran. Tentu saja, ada banyak pendemo yang ditahan polisi Prancis. Rupanya, kalau demo itu terjadi di Iran, penilaian rupanya harus berbeda. Dua hari setelah pemilu (14 Juni) Associated Press merilis berita "AS menolak klaim kemenangan Ahmadinejad" dan mengutip pernyataan Menlu Hillary yang menuduh adanya kecurangan dalam pemilu. Darimana Hillary tahu ada kecurangan? Bukankah kata Obama, "We weren't on the ground, we did not have observers there, we did not have international observers on hand, so I can't state definitively one way or another, what happened." (Kami tidak di lokasi, kami tidak punya pengawas di sana, kami tidak punya pengawas internasional, jadi saya tidak bisa menyampaikan suatu pernyataan apapun mengenai apa yang terjadi di sana.) Apapun juga, yang jelas, para pemimpin dunia Barat dan media-media mainstream sedang mengumandangkan sebuah koor, paduan suara, uyang berisi tuduhan kecurangan pemilu Iran dan mendukung aksi demonstrasi yang mereka sebut `sedang memperjuangan demokrasi'. Hingga saat ini, saya mencatat ada beberapa fakta penting yang (sengaja) tak tercatat (dan tak dibahas) oleh media Barat: 1.Kerusuhan terjadi hanya di Teheran dan dilakukan oleh para pemuda. Mereka melakukan aksi-aksi anarkhis, merusak gedung-gedung. Apa yang musti dilakukan polisi menghadapi aksi seperti ini? Diam saja? Apa kalau polisi Prancis boleh menangkapi demonstran yang memrotes Sarkozy, polisi Iran tak boleh? Lalu, kalau benar Mousavi didukung seluruh rakyat Iran (bukan hanya Teheran), kemana mereka yang di kota-kota lain? 2.Para pendukung Ahmadinejad juga melakukan demo, dengan jumlah massa yang lebih besar (lebih dari 6000 orang), namun diabaikan dengan alasan "Itu massa yang didatangkan secara paksa, dinaikkan ke bis-bis untuk datang ke lokasi demonstrasi". Orang pernah tinggal di Iran akan tahu, orang-orang Iran sangat ekspresif dan merdeka. Mau dipaksa naik ke bis untuk ikut sebuah demo yang diatur pemerintah? Mau diiming-imingi kaos dan uang makan (kayak demo-demo bayaran di Indonesia)? Sama sekali buka tipe watak Iran. 3.Penghitungan dilakukan secara resmi oleh KPU, diawasi oleh saksi-saksi tiap kandidat, dan diliput televisi. Pukul 1 dini hari, KPU Iran sudah merilis penghitungan suara sementara: Ahmadinejad meraih 7 juta suara dan Mousavi meraih 2 juta suara. Satu jam setelahnya, pengumuman kedua menyebut Ahmadinejad meraih 10 juta suara sementara Mousavi mendapat tiga juta. Menyaksikan tren perolehan suara sementara Ahmdinejad yang terus naik secara konstan, Mousavi segera melakukan konferensi pers dan menuduh, "Hasil pemilihan umum presiden ke-10 sangat mengejutkan. Rakyat yang ikut dalam antrian panjang mengetahui kepada siapa mereka memilih. Rakyat dengan penuh keheranan tidak percaya akan sulapan anggota KPU dan Radio dan Televisi Iran. Masyarakat ingin tahu bagaimana dan oleh siapa rencana besar ini dilakukan. Saya menyatakan protes keras atas proses yang ada mengenai kecurangan transparan pemilu dan memperingatkan bahwa saya tidak akan menerima kondisi berbahaya ini. Hasil yang ada bukti dari ketidakamanahan KPU dan kami melihat yang ada adalah semakin goyahnya tonggak-tonggak Republik Islam Iran dan pemerintah pembohong dan penindas..." Pernyataan Mousavi bisa diungkapkan dengan kalimat sederhana ini, "Loh, kok suaraku sedikit ya? Pasti ada kecurangan nih!" Naif sekali bukan? Bayangkan, bila kemarin PKS yang cuma dapat 7% suara berkata demikian, pasti ditertawakan. Tapi, ketika kemudian partai-partai memberikan data (beberapa hari usai pemilu) tentang kecurangan, saksi-saksi diajukan, nah, baru bisa tuduhan kecurangan itu diterima dan diusut. Sikap Mousavi yang ditunjukkan hanya dua jam setelah pengumuman persis seperti anak kecil yang ngamuk: dia yakin akan diberi permen 100 oleh teman-temannya, tak tahunya, hanya 1 permen yang didapat. Tapi yang lebih aneh lagi, dalam konferensi pers itu pula (yang tak memberi kesempatan wartawan untuk bertanya), Mousavi sudah sesumbar, dirinya meraih suara 54%. Kapan dia menghitung? Lembaga quick count ala Indonesia tak ada di Iran. Untuk itu ia mengatakan kepada para pendukungnya agar segera menyiapkan pesta kemenangan keesokan harinya. Loh, katanya tadi sudah terjadi kecurangan? Gimana sih?! 4. Media Barat mencitrakan Mousavi sebagai tokoh reformis. Dia menjanjikan keterbukaan hubungan dengan Barat. Paradigmanya, kerjasama politik-ekonomi dengan Barat akan memajukan perekonomian Iran. Dan karena itu pula Barat memihak Mousavi dan menyebutnya `reformis'. Masalahnya, banyak yang tidak tahu bahwa dalam Debat Capres melawan Ahmadinejad , Mousavi melakukan kesalahan besar. Dia tidak mampu mencitrakan dirinya reformis. Dia gagap, bingung. Di satu sisi dia menyebut diri reformis, di sisi lain menyatakan `tetap memegang prinsip negara' (prinsip negara Iran adalan wilayatul faqih, kekuasaan para ulama). Artinya, dia bingung, mau reformis, atau mau konservatif. Lebih parah lagi, saat Ahmadinejad menyudutkannya pada isu-isu yang sudah jadi rahasia umum rakyat Iran, bahwa Rafsanjani adalah ulama kaya yang mengeruk uang rakyat (wallahu'alam benar tidaknya), Mousavi melakukan blunder: dia membela Rafsanjani! Orang-orang Iran yang benci Rafsanjani datang dari dua kubu, konservatif maupun reformis. Saking banyaknya yang benci pada Rafsanjani, simpati kepada Mousavi langsung turun setelah dia membela Rafsanjani. 5.Di Iran tak ada lembaga survey ala LSI di Indonesia, yang bisa dimanfaatkan untuk menggalang suara. Kalau Mousavi sesumbar punya banyak dukungan, tak ada data yang valid. Data dari peneliti Barat (yang didanai Rockefeller, dirilis oleh Washington Post) justru menunjukkan sebaliknya: di Provinsi Azerbaijan (kampung halaman Mousavi) pemilih Ahmadinejad dan Mousavi adalah dua banding satu. Survey tersebut juga menemukan, pendukung Mousavi adalah kalangan universitas dan kelompok ekonomi elit. Jadi, kemenangan Ahmadinejad sama sekali tidak mengherankan, karena pemilih Iran kebanyakan bukan orang universitas dan bukan orang kaya. Yang mengherankan justru Mousavi: ge-er, merasa memiliki banyak pendukung. Penutup Robert Dreyfuss dalam artikelnya di The Nation, mengatakan ada 3 test bagi pidato Obama yang menyatakan akan berbaik-baik dengan Dunia Islam. Pertama, pemilu Lebanon. Bila yang menang kubu pro-Barat, Obama aman. Dia bisa berbaik-baik dengan Lebanon. Tapi bila yang menang Hizbullah, posisi Obama akan sulit. "Untung"-nya, yang menang adalah Kubu 14 Maret (pro Barat). Kedua, pemilu Iran. Keberanian Obama mengulurkan tangan ke Iran agaknya karena para konsultan politiknya secara keliru memprediksi kemenangan Mousavi. Kita lihat nanti, apa sikap Obama. Apa dia akan menepati janjinya dalam pidato Kairo atau tidak, mengingat yang menang adalah Ahmadinejad yang tak mau kompromi soal nuklir dan Israel. Ketiga, apa ya, tak perlu dibahas di sini, toh topiknya tentang Iran:) *Dina Y. Sulaeman Penulis, 8 thn pernah tinggal di Iran dan bekerja di Islamic Rep of Iran Broadcasting http://dinasulaeman .wordpress. com