Manusia dijadikan Allah dari tanah tembikar yang hina mendapat pijakan setiap 
hari tapi Allah mengkombinasikan bahan baku manusa itu dengan rohNya, spirit 
suci. Justru itu sebagian besar manusia menukik ke Bumi mengikuti bahan bakunya 
sementara sebahagian kecil manusia lainnya dengan cemerlang menggapai langit 
(baca bintang Surya, bak kata Rasul ketika meletakkan tangannya di atas kepala 
Salman Al Farisi, Iran)


Di Dunia ini boleh saja bagi penguasa dhalim menganggap kita yang nasehati 
mereka sebagai nyamuk di luar kelambu. Mereka tidak sadar bahwa mereka itu 
tidak lagi termasuk Manusa yang memiliki perasaan kemanusiaan, sebaliknya sudah 
masuk perangkap Basyar.

Basyar adalah makhluk yang tidak pernah beresensi tapi sekedar exsist di Dunia 
yang akan fana ini. Basyar memang bukan Mawas atau Gorella, se bab tidak 
berbulu di telapak tangannya. Mawas dan Gorellapun sebetul nya tidak terlalu 
jelek sebagaimana basyar yang mentreng pakaiannya dari hasil “rampokan” yang 
mendapat legitimate dari undang-undang yang dibuat basyar sendiri. Mawas dan 
Gorella adalah Islami, dimana makhluk tersebut tidak diminta 
pertanggungjawabannya di Mahkamah Allah kelak. Hal ini disebabkan bahwa ketika 
Mawas dan Gorella melakukan kesalahan secara tidak sengaja. Sebab mereka tidak 
difasilitasi otaknya dengan alat fikir sebagaimana basyar.

Kita tidak berbicara basyar-basar di Eropa, Amerika, Asia, Afrika dan 
Australia. Kita juga tidak sedang berbicara basyar-basar di Malaysia, Brunai 
dan Indonesia tapi kita sedang menyorot basyar-basar di Acheh - Sumatra 
sendiri. Mengapa kali ini kita memfokuskan persoalan hanya di Tanah Rencong 
saja? Sebabnya disana pernah exist perjuangan pembe basan kaum dhu’afa yang 
menjadi bulan-bulanan sang kaki tangan basyar-basyar dari seberang lautan. 
Dibawah pimpinan Tgk Hasan Muhammad di Tiro pejuang itu bergerak dengan 
matapnya. Sepertinya mereka itu be nar-benar manusia yang sedang berhadapan 
dengan basyar-basyar. Mere ka menyebutnya “Sipa-i” kepada siapapun yang 
bersatupadu dalam sys tem basyar (baca system taghut Indonesia yang dhalim dan 
hipokrit) 

Setelah Tgk Hasan Muhammad di Tiro tidak mampu lagi berfikir secara productif, 
secara mayoritas pejuang Acheh mempercayakan kepada PM Malik Mahmud cs untuk 
melanjutkan perjuangannya. Pada awalnya PM cs tidak setuju untuk berdamai 
dengan pihak basyar. Nampaknya beliau sadar bahwa tidak ada istilah berdamai 
dengan musuh, tapi belakangan ental bagaimana realitanya beliau menyetujuai 
dengan alasan musibah Tsunami. Mulai sejak itu pihak oposisi dengan gencarnya 
“menyerang” serta memposisikan diri sebagai pihak yang anti perjanjian 
Helsinki. Di kalangan PM sendiri ada pribadi yang luar biasanya anti kepada MoU 
Helsinki dan bahkan berani mencaci beliau sendiri, tapi ironisnya pribadi yang 
hipokrit itu sekarang berada dalam “ketiak” Irwandi cs dan mersa aman dala 
menikmati hasil MoU Helsinki.

Kita berkeyakinan bahwa tidak ada istilah beruding dengan musuh, sebab dalam 
kamus musuh bahwa berunding itu merupakan taktik strategy untuk menipu kita. 
Justru itu kapanpun kita bersedia untuk berdamai dengan mu suh, disaat itulah 
kita sudah bisa bersiap-siap untuk menerima kekalahan. Fenomena itu kini sedang 
berlangsung bagi bangsa Acheh - Sumatra dima na pihak penerima perundingan 
sedang digiring dalam situasi yang sangat berbahaya, nyakni masuk perangkap 
Otonomi tanpa mereka sadari, sung guhpun mereka sudah kalah, mereka tetap 
menganggap sedang berpolitik, betapa lugunya?! 


Apabila Rasulullah dulu berdamai dengan musuh tidak ada istilah syarat 
berunding untuk memusnahkan senjata. Kondisi perjuangan Rasulullahpun sangat 
mapan hingga dapat menggempur balik manakala pihak musuh tidak jujur dengan 
point-point perjanjiannya. Ini belum lagi kita bandingkan de ngan Ideology yang 
dimiliki oleh pengikut Rasulullah dengan Ideology yang dimiliki pengikut PM 
malik sekarang ini. Dimana mereka sepertinya hanya memiliki semangat perang 
saja tanpa memiliki Ideology yang haq. Sesungguhnya sangat tidak tepat membuat 
perjuangan Acheh - Sumatra dengan perjuangna Rasulullah yang benar-benar 
mendapat redha Allah itu.

Taklama setelah perjanjian Helsinki ditandatangani kedua belah pihak, Irwandi - 
Nazar cs langsung mengambil alih kekuasaan GAM untuk menerima Otonomi tanpa 
menggubris suara pemimpinnya. Kelancangan Irwandi - Nazar cs untuk tidak tunduk 
patuh kepada kepemimpinan PM Malik Mahmud merupakan pukulan yang paling telak 
kepada GAM itu sendiri. Mayoritas rakyat Achehpun kala itu terlalu percaya atas 
penampilan Irwandi - Nazar cs hingga memberikan kepercayaannya kepada keduanya. 
Mereka sepertinya tidak sadar bahwa jabatan Gubernur dibawah penjajah tidak 
jauh berbeda dengan penjajah itu sendiri. 

Bagaimana mungkin kita berpolitik dengan pihak dimana powernya jauh lebih kuat 
diatas power kita sendiri. Tidakkah kita belajar sepakterjang musuh keika 
memperlakukan 4 “Partai Islam” di jaman Suharto hingga bertekuk lutut kepada 
penguasa cq Golkar kala itu? Demikian jugalah penerus Suharto sekarang ini akan 
memperlakukan Partai GAM dengan methode yang sama. Mula-mula pihak Indonesia 
mengatakan bahwa tidak dibenarkan adanya indikasi sparatis. Lalu mereka 
perjelaskan, tidak dibenarkan adanya lambang Bintang Bulan bagi partai lokal. 
Setelah itu pihak penjajah juga mengatakan bahwa tidak dibenarkan adanya kata 
“Merdeka”. Untuk inipun para politikus gadongan menerima saja permin taan sang 
musuh dengan alasan bahwa kalau hal itu tidak kita patuhi, kita tidak boleh 
tinggal lagi di bumi Acheh. Oh betapa dha’ifnya kondisi mayo ritas GAM sekarang 
ini. Itukah yang mereka namakan sedang berpolitik? Politik bagaimanakah yang 
mereka maksudkan? 
Politik dagang sapikah? Untuk siapakah keuntungan dagang sapi mereka? Untuk 
rakyat Achehkah atau untuk mereka dan keluarga sendiri?

Satu hal yang positif bahwa begitu partai GAM diobrak-abrik pihak penjajah, PM 
Malik Mahmud langsung meletakkan jabatan ketua partai untuk digantikan oleh 
Muzakkir Manaf. Ini adalah komitment PM yang pernah diucapkan agar teguh 
mempertahankan partai GAM nya. Hemat saya ini merupakan nilai positif untuk PM 
Malik Mahmud. Andaikata semua bawa han PM memilkiki kepatuhan kepada pemimpinya 
sebagaimana kepatuhan yang diharapkan Allah bagi setiap pribadi Muslim untuk 
tunduk patuh kepada atasannya segaiamana firmanNya: “Ya ayyuhal lazina aman.: 
Atiullah waatiurrasul, wa ulil amfi mingkum . . . . . . .” , sungguh melalui 
perjanjian Helsinki itu terdapat minimal satu jalan untuk merdeka, kalau tidak 
kita katakan lebih. Jalan itulah yang hendak ditempuh PM tapi apa boleh dikata 
kalau mayoritas bawahannya malah mengail di air keruh.

Orang pertama yang sangat menyakitkan adalah Irwandi - Nazar cs yang tega 
meraih kekuasaan atas nama GAM. Sekarang apa yang menguntung kan perjuangan 
atas kecolongan mereka akibat ambisius kepemimpinan? Apapun kebaikan yang 
dilakukan Irwandi - Nazar cs tidak ada artinya sa ma sekali secara ideology. 
Ketika kita masih kecil, orang tua-tua ceritakan kekita tentang pencuri 7. 
Sekarang kita sudah dewasa hingga mampu kita analisa bahwa pencuri 7 itu 
sebagai systemnya. Dalam system pencuri 7 memang di izinkan membangun Mesjid, 
pesantren dan berbagai lembaga agama laiunnya, tapi di setiap mimbar mesjid itu 
tidak dibenarkan memba has ayat-ayat Qur-an yang berkenaan dengan kedhaliman 
pencuri 7 terta ma sekali kedhaliman penguasa pencuri 7 terhadap rakyat jelata 
atau kaum dhu’afa. 

Ketika suatu mesjid dibangun memang kepala pencuri 7 itu sendiri yang datang 
untuk meresmikannya. Hal inilah yang membuat para bedebah dan begayul 
menganggap kepala pencuri 7 itu baik sekali. Para alim palsu yang lugu itu juga 
malah memanfaatkan kesempatannya disetiap hari jum’at untuk memuji kepala 
pencuri 7 dan segenap bawahannya. Inilah diantara hal yang menyebabkan pencuri 
7 itu agressif ketika ada pihah yang meng kritisi mereka di medan Internet, 
sementara di berbagai media cetak dalam negeri sendiri seperti Serambi 
Indonesia, Acehkita dan bergagai media lainnya mustahil terdengar kritikan 
kepada ketua pencuri 7 itu. Itulah defi nisi dari suatu system, kalau akarnya 
busk jangan harapkan akan mengha silkan buah yang segar tapi serba pincang 
(pingke). Hal ini tidak nampak dimata orang-orang yang bersatupadu dalam system 
tsb.

Sekarang ini Dewan Penipu Rakyat Acheh (DPRA) meminta agar Irwandi dan anak 
Sayid Zakaria yang Golkar itu untuk meletakkan jabatannya, dengan alasan bahwa 
lembaga pencuri 7 (baca BRR) yang diketuai Kuntoro itu tidak peduli terhadap 
tuntutan para koran Tsunami untuk rehapan rumah mereka. Menurut sang pencuri 7 
di gedung DPRA itu dapat menjatuhkan wibawa Gubernur dan kedudukan anak sayid 
Zakaria itu, jika tawaran mere ka tidak digubris. Pencuri 7 yang ada di lembaga 
wakil rakyat itu seperti nya yakin bahwa mereka itu berada di pihak yang benar. 
Sementara kita yang berdiri diluar system pencuri 7 itu dapat dengan mudah 
memahaami, semudah kita menyaksikan matahari disiangnya. Kita menyaksikan bahwa 
mereka sedang berpolitik sesama anggota pencuri 7 untuk mengaburkan pandangan 
kaum dhu’afa Acheh. Untuk apa? Agar mereka mendapat sympati orang ramai di 
pemilu 2009 nanti.

Akankah kepala penguasa pencuri 7 Acheh itu menerima tuntutan gerombo lan 
pencuri 7 yang berlagak sebagai wakil rakyat itu? Mereka yang terlan jur 
memfungsikan diri sebagai basyar-basar itu tak usah diukur dengan inte lek tapi 
ukur saja dengan materi/uang. Caranya begini: Tingkat gaji camat saja sudah 
lebih dari cukup untuk hidup berkeluarga apalagi gaji Gubernur Andaikata sang 
Gubernur bukan basyar, pastinya dia sadar bahwa disebab kan rakyatnyalah dia 
dan segenap pengikutnya mendapat gaji tersebut. Apabila mereka menyadari hal 
tersebut pastinya dia sadar bahwa sebaha gian gajinya adalah milik rakyat yang 
memilihnya. Justru itu harus dikembalikan kepada kaum dhu’afa atau para musibah 
Tsunami. Sepertinya mereka mustahil memiliki kesadaran seperti itu. Hal ini 
dapat kita saksikan bahwa dengan gaji yang tinggi itu masih saja Irwandi, anak 
sayid Zakaria dan lain-lain sebagainya tega melahab hak kaum dhu’afa/para 
musibah Tsunami itu melalui
Kuntoro cs di lembaga BRR itu.
Insya Allah akan bersambung . . . .


zoul zoul <[EMAIL PROTECTED]> skrev:

          IKUTI TALKSHOW REHABILITASI DAN REKONTRUKSI ACEH-NIAS
DENGAN TOPIK PERAN BRR DALAM MELETAKKAN PONDASI
EKONOMI ACEH DAN NIAS, PADA HARI SENIN 14 April 2008
PUKUL 17.00-18.00 WIB.

DENGAN MENGHADIRKAN:

1.Hairul Basri (direktur kedeputian ekonomi dan usaha

BRR NAD-NIAS)
2.dan pakar ekonomi

BAGI ANDA YANG INGIN BERPARTISIPASI DALAM ACARA INI
DAPAT MENGHUBUNGI KAMI PADA SAAT ACARA BERLANGSUNG DI
LAYANAN 

Anda juga dapat mendengarkan siaran kami melalui Live
Striming 
www.radioantero.com

TELEPON 0800-100-1016 atau 0651-7559015 DAN
MENGIRIMKAN SMS DI
0811-680-1016.

PROGRAM INI TERLAKSANA ATAS KERJASAMA KBR ANTERO BANDA
ACEH DENGAN DIREKTORAT KOMUNIKASI BADAN REHABILITASI
DAN REKONTRUKSI BRR NAD-NIAS.

SAIARAN INI DI PANCAR LUARKAN DI 25 RADIO JARINGAN DI
PROVINSI ACEH.

IKUTI TERUS TALKSHOW REHABILITASI DAN REKONTRUKSI
ACEH-NIAS SETIAP HARI SENIN PUKUL 17.00-18.00 WIB.
HANYA DI KANTOR BERITA RADIO ANTERO BANDA ACEH.101.6
FM 

________________________________________________________ 
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi 
Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/


                           

       
---------------------------------

Alt i ett. Få Yahoo! Mail med adressekartotek, kalender og notisblokk.

Kirim email ke