APAKAH YANG SEDANG KITA DISKUSIKAN ITU MASIH RELEVAN DENGAN KONDISI ACHEH YANG LAGI TERSEKAP DIBARAK-BARAK SEPERTI INI.? Suasana Barak Kuning Cot Kilat, Desa Lamsidaya, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar. Menjelang tiga tahun tsunami, masih ada 4.149 KK korban tsunami di Aceh masih bertahan di barak pengungsian. (Hasbi Azhar)
Nampaknya pendapat Noevenda dan Rima lebih baik dari pendapat kawan-kawan yang lain, maaf. Andaikata Noevenda dan Rima juga nama samaran saya kira tidak perlu juga nantinya muncul suara yang mengkritisi mereka membela diri. Sebab menurut pendapat saya nama asli atau bukan asli bukanlah hal yang mustahaq. Yang mustahaq adalah sejauh mana gagasannya untuk menanam kesadaran bagi rakyat Acheh agar tidak terperangkap dalam ide-ide hipokrit yang dicetuskan oleh manusia-manusia koloni, baik melalui media cetak maupun media electronic termasuk via internet ini. Pihak hipokrit tidak berdaya untuk menghentikan seruan-seruan pembela kaum dhu'afa. Pastinya perdebatan antara yang haq dan yang bathil, dimenangkan oleh pihak yang bathil, kecuali pihak yang bathil itu mendapat backing dari pihak tentara dan polisi. Kalau perdebatan atau diskusi mengalami situasi seperti itu, berarti diskusi atau perdebatan yang demikian tidak fair. Justru itulah pihak yang haq terpaksa menyembunyikan identitasnya. Kalau ada peserta diskusi yang mempersoalkan identitas yang tersembunyi itu sebagai tidak bertanggung jawab. Saya kena tanya sama peserta yang demikian, bertanggung jawab kepada siapa?. . . . . . .Berbicara tanggung jawab pastinya berbicara kebenaran. . . . . . .Lalu perlu kita pertanyakan siapakah pemilik kebenaran itu? Siapakah yang berhak menjawab pertanyaan tadi? Apakah pihak sekuler atau peserta yang beriman!!! Kalian telah lama berdiskusi, mempersoalkan hal yang tidak perlu dipersoalkan. Saya berprediksi bahwa kalian termasuk orang-orang yang punya koneksi baik dengan pihak yang berkuasa di Acheh sekarang. Sepertinya kalian hendak membelokkan persoalan Acheh yang sedang dijajah, dengan hal yang tetek bengek itu. Kalian boleh jadi pintar tapi tidak teguh iman. Buktinya andaikata kalian orang pintar dan teguh iman, pastinya kalian berdaya upaya untuk mendiskusikan persoalan penjajahan yang sedang berlangsung di Acheh - Sumatra, West Papuaa dan juga masih banyak daerah lainnya yang sedang dijajah secara terselubung. Bukalah matamu lebar-lebar dan lihatlah mengapa para korban tsunami masih berada "dipenjara" penapungan?. Andaikata kalian yang menghuni tempat tersebut, bagaimanakah perasaan kalian? Apakah kalian tidak punya perasaan? Perasaan yang bagaimanakah kalian punya? Lalu taukah kalian siapakah pelaku kedhaliman dalam hal tersebut? Tahukah juga pihak-pihak yang bersekongkol dengan kedhaliman tersebut? Sekali lagi bukalah matamu lebar-lebar dan berdaya upayalah untuk mencegah kemungkaran, andaikata kalian bukan pendukung kemungkaran!!! Ketika di suatu negeri,, masyarakat menderita disentri, kalian asyik membicarakan sakit kepala. Andaikata kalian mengklaim diri sebagai dokter, dokter tipe bagaimanakah kalian? Kenapa kalian asik mempersoalkan identitas orang, ketika kaum dhu'afa Acheh diobok-obok oleh si Kuntoro cs? Taukah kalian kalau si Kuntoro itu merupakan perpanjangan tangan penjajah di Acheh - Sumatra? Andaikata kalian membuka Al Qur-an, justru ayat mencegah kemungkaran yang utamanya untuk kalian telusuri bukan ayat yang dibutuhkan ketika system Islam sudah eksis, ketika rakyat (apapun latar belang agamanya) sudah mencapai finansialnya. Baarakallaahu lii walakum (Anwar Acheh) Noevendra Dj <[EMAIL PROTECTED]> skrev: Buka mata mu... inilah dunia, panggung dengan brbagai corak adegan dan para aktor... kadang2 ia tampil dengan citra dirinya yang esensial, kadang juga sedang bersimulasi untuk tampil dengan karakter lain.. atau bahkan coba melawan citra diri.. terkadang ingin di kenal antagonis, kadang juga sebagai hero yang dicintai..pokoknya kompleks...(seperti kata bung Rima). Ada yang belum siap untuk tampil sbagai aktor utama, ada yang hanya sekedar figuran, atau peran pengganti... he.. he... Dan ini semoga juga menjadi media kita untuk belajar mengenali dan mengintelegensi para aktor dari tipe2 khasnya.. pasti ada.. bagian2 yang terkadang tidak selalu bisa ditutup-tutupi... ayo diskusi..... ----- Pesan Asli ---- Dari: | r i m a | <[EMAIL PROTECTED]> Kepada: [EMAIL PROTECTED] Terkirim: Jumat, 11 Januari, 2008 3:06:19 Topik: RE: [IACSF] nama-nama palsu...(Beda Nama Palsu & Asli ==> salah semua) He..He..He.. Tak mengapa Hadi … It’s only a joke … pun Aku justru tertarik ama ajakan yang kamu tempatkan di ujung postingan … MARI KITA LANJUTKAN DISKUSI … Biarkan saja orang-orang mewujud dalam macam-curak- bagoë yang ia kehendaki, karena inilah wadah kita belajar bersama dalam lingkungan yang beragam pula…. Biarkan saja .. karena beginilah dunia dengan carut-marut kulit, wajah, isi, esensi, refleksi-nya … Jangan paksakan sesuatu yang engkau tak mampu akan-nya, biarkanlah … karena manusia butuh sejumlah waktu dan ruang untuk belajar membuka diri, meniru, mengkritik hingga menemukan kebenaran baru setelahnya … Seperti katamu … AYO DISKUSI … (gantinya lagu Ayo Sekolah ..) …. ??? Diskusi apa lagi hayooo…… --------------------------------- From: [EMAIL PROTECTED] com [mailto: [EMAIL PROTECTED] com ] On Behalf Of muhammad hadi Sent: Friday, January 11, 2008 2:50 PM To: [EMAIL PROTECTED] com Subject: RE: [IACSF] nama-nama palsu...(Beda Nama Palsu & Asli ==> salah semua) Haaaaaaaaaaa. ...haaaaaaaaaaaa aaa...haaaaaaaaa aaa Maaf kalau nggak sopan. Untuk Bung Rima, saya bukan Hakim yang memutuskan Bung Rima diurutan berapa. dan saya tidak akan memutuskan untuk siapapun. penolakan Bung rima saya terima sebagai kebebasan seseorang menerima atau menolak pendapat orang lain. Ditolak atau diterima itu pendapat saya. walaupun belum sempurna atau menyebut semua. maklum tadi keburu shalat Jumat. jadi yang bisa saya sebutkan hanya itu. Jadi silahkan Bung Rima lihat dan ukur sendiri dimana Bung Rima beberapa atau Bung Rima tidak termasuk dalam poin2 yang saya ajukan. yang jelas ini bukan untuk Bung Rima. Sebaiknya Bung Rima jangan merasa dirilah....haaa. ...haaaa. ...haaaa. ....haaa.. .. Saya mungkin termasuk juga dalam deretan nomor diatas. dan Saya akui itu.tapi terserah kawan2 lain melihat dan menilainya. Mari kita lanjutkan diskusi Sebaiknya kebebasan punya punya aturan dan etika. salam damai hd | r i m a | <gulam.pawoun@ gmail.com> wrote: Kalau aku menolak bulat-bulat semua proposisi yang engkau ajukan, kira-kira aku akan kau situasikan di nomor berapa? --------------------------------- From: [EMAIL PROTECTED] com [mailto: [EMAIL PROTECTED] com ] On Behalf Of muhammad hadi Sent: Friday, January 11, 2008 12:45 PM To: [EMAIL PROTECTED] com Subject: Re: [IACSF] nama-nama palsu...(Beda Nama Palsu & Asli) Kalau Nama Palsu 1. Ia berani tapi pengecut 2. Komentarnya lancar tapi ngawur atau tidak tepat sasaran 3. tidak sopan dan tidak beretika walaupun berpendidikan tinggi 4. Suka menyerang pribadi orang bukan menyerang pendapat orang 5. Pendapatnya lebih banyak mengkritik ketimbang memberi solusi 6. pendapatnya asal keluar 7. Mudah emosi dan suka mencaci maki karena bukan nama asli 8. sedang nggak ada kerja ada yang lain tolong ditambah atau dikurangi. yang nama asli kadang2 ada juga diantara ke 8 poin itu Nama Asli 1. Tidak berani komentar yang bukan-bukan 2. lebih sopan, kadang menyerang tapi tepat sasaran atau wajar 3. tidak asal komentar tapi mempertimbangkan persoalan 4. bantahan atau pendapat kalau dianggap perlu 5. Kamentarnya punya sasaran yang jelas 6. tidak suka mencaci maki pada persoalan yang seharusnya tidak perlu mencaci maki 7. tidak emosi, kalau pun emosi terkontrol 8. lebih rasional 9.menghargai pendapat orang 10 tidak suka menyerang pribadi 11. enak diajak diskusi 12. kemungkinan sudah dikenal publik 13. tidak punya waktu untuk komentar yang tidak penting Mohon dikritisi bila salah,lebih atau kurang. maklum saya bukan orang yang punya pengetahuan tinggi. ini pendapat pribadi bisa dikoreksi. MARI KITA LANJUTKAN DISKUSI salam damee hd www.alsumatrany. multiply. com teuku kemal fasya <[EMAIL PROTECTED] co.uk> wrote: Cocok dengan Bung Jaka, Akhirnya nama-nama palsu mulai uring-uringan dan kepanasan, dan tibalah juga buka suara...dengan suara yang tidak terdengar asli. Sebenarnya kita lebih enak berdiskusi jika secara gentlement menunjukkan jati dirinya.. you are what you eat, you are what you said jaka abdillah <jaka_abdillah@ yahoo.com> wrote: Saleum, Akhirnya ada tanpa disadari bahwa, satu-persatu penghuni milis ini buka suara tentang isi penghuni milis yang semakin hari semakin kurang terkontrol baik dalam memberikan informasi, menjawab email hingga memaki orang lain. Kedewasaan penghuni diuji dengan mengutif bahasa Bung Arif "ruang" dan "batas" serta "ekspresikan aksimu" benarkah kaidah tersebut sudah difahami oleh penghuni lainnya??? Saya rasa masih jauh, karena lihat saja penghuni yang pergi dan datang dalam milis bahkan dengan nama-nama palsu datang menghampiri. Mungkin yang menggunakan nama-nama palsu baik nama kampungnya, nama kecilnya, nama abstrak memiliki "split personality" sehingga kehadirannya disatu sisi memberikan informasi dan disisi lain memberikan bantahan atau funishment. Kalau mengatakan tunjukkan "tajimu" nanti dikira ayam, maka saya cenderung berpendapat tunjukkan "dirimu." Saleum, JK ASF Media <forlara.info@ gmail.com> wrote: Saleum juang ke rakan mandum, Akhirnya harus diakui pula bahwa setiap orang punya "ruang" sekaligus "batas" amannya masing-masing untuk berekspreksi dan memaki. Layaknya jargon sebuah iklan rokok di televisi "Ekspresikan Aksimu" bukan berarti harus berujung pada "Tunjukkan bahwa Aksi Itu Milikmu dan Ulahmu". Aku masih memaklumi lumrah dengan banyaknya anggota di milis ini yang menggunakan nama-nama samaran (bukan nama sebenarnya). Justru hal yang barangkali aku lucukan adalah dugaanku tentang adanya anggota di milis ini yang melakukan penggandaan identitas dan jati diri; (sejatinya sih satu orang tetapi terdaftar dengan bermacam akun e-mail), sehingga memunculkan kesan abnormalitas dalam berekspresi. .. tapi aku bahagia bila dugaanku tak benar adanya!!! Komentator, Mhd. Arifsyah Nasution On 1/8/08, muhammad nasir <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: Benar Teuku Kemal. Bicara orang bertanggung jawab adalah bicara orang yang bisa mempertanggungjawab kannya yaitu dengan menunjukkan identitas. Dengan menunjukkan identitas bukan berarti tidak boleh kritis. Saya teringat masa masa tahun 1980an ketika di radio ada siaran baca kupon, setiap orang yang minta lagu menggunakan nama samaran seperti "bidadari kesepian", "pangeran kekenyangan" dsb, sehingga tidak seorang pun tahu siapa dia sebenarnya. Kapan kita bisa tahu? waktu ada pertemuan fans radio. Saya kira dalam hal email apalagi dengan saran2 bagus, tampilkan saja jati diri. Toh tidak ditangkap kok.... teuku kemal fasya <[EMAIL PROTECTED] co.uk> wrote: Selalu menghirup udara, selalu makan, selalu berfikir, selalu ada tulisan...inilah realitas dari mailist ini, dan tentu saja selalu banyak pendapat... tetapi juga terlalu banyak nama palsu, dan identitas yang sengaja disembunyikan yang tidak menunjukkan siapa dia sebenarnya di dunia publik.... Ketidakberanian menggunakan identitas asli sebenarnya ada sebentuk problem psikologis juga, kalau tidak disebut sebagai kecemasan-complex. .. dan saya pribadi menjadi kurang berselera merespons ide-ide yang tidak jelas alamatnya... bagaimana kawan-kawan yang lain? --------------------------------- --------------------------------- Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers --------------------------------- Klaustrofobisk innboks? Få deg en Yahoo! Mail med 250 MB gratis lagringsplass http://no.mail.yahoo.com