Kalau buku "Petunjuk Hidup" kita buka, kita baca dan analisa ayat-ayat yang 
berhubungan dengan kekuasaan, memang kekuasaan itu harus direbut. Dalam sejarah 
kehidupan manusiapun atau realitanya saling  berebut kekuasaan. Tinggallagi 
tujuan untuk merebut kekuasaan itu hanya ada dua versi, yaitu versi Allah dan 
versi Taghut. Ketika kekuasaan beradadi tangan orang-orang dzalim (baca versi 
Taghut) banyak manusia yang akan menderita karenanya (baca ketika kekuasaan 
berada di tangan Syah Redha Palevi, Saddam Husein, Suharto, Gusdur, Megawati 
dan Yudhoyono sekarang ini). 
   
  Betapa banyak rakyatjelata yang terkorban ketika Syah Redha Palevi, Saddam 
Husein, Suharto, Gusdur, Megawati dan Yudhoyono sekarang ini berkuasa.  Justru 
itulah Allah menurunkan RasulNya Muhammad saww untuk membebaskan kaum dhu'afa 
dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka (QS,7:157). 
   
  Berdasarkan ayat tersebut diatas jugalah Imam Khomaini, DR Ali Syari'ati, 
Murtadha Mutahhari dan para ulama lainnya di Republik Islam Iran, berjuang 
merebut kekuasaan dari tangan Syah Redha Palevi dan konco-konconya. Namun  
pejuang Irak, Acheh .- Sumatra, West Papua belum berhasil sampai hari ini. 
Realitanya justru para Ulama di Iranlah satu.-satunya yang bukan saja berhasil 
merebut kekuasaan dari tangan "basyar" tapi juga berhasil merumuskan konsep 
negara yang Islami sebagaimana yang termaktub dalam "Wilayatul Faqih"
   
  Konstitusi Republik Islam Iran yang terdiri dari 12 Bab dan 175 Pasal 
mempunyai mukaddimah yang cukup panjang, dimana terlihat bukan saja latar 
belakang kejiwaan dan Ideology Republik Islam Iran, tetapi juga cita-cita yang 
hendak diraih.  Kalimat pertama muqaddimah berbunyi tegas bahwa konstitusi 
Republik Islam Iran menentukan lembaga-lembaga udaya, sosial, politik dan 
ekonomi masyarakat Iran,  harus dibentuk berdasarkan prinsip-prinsip dan 
norma-norma Islami yang mewakili cita-cita terdalam ummat Islam. Didalamnya 
juga disebutkan bahwa gerakan-gerakan konstitusional yang anti despotik dan 
anti kolonial dimasalalu mengalami kegagalan disebabkan tidak dimilikinya basis 
Ideologis. 
   
  Muqaddimah yang sangat menarik itu juga menjebutkan bahwa pengorbanan lebih 
dari 60 ribu orang yang telah menjadi syuhada dan sekitar 100 ribu orang yang 
terluka dan cacat seumur hidup disebabkan menentang Syah Palevi,  mengamanatkan 
pembentukan suatu tatanan masyarakat yang Islami. Sesuai dengan tujuan Revolusi 
untuk memenangkan kaum dhu'afa atas kaum mutaqabbirun, maka konstitusi RII 
memberikan basis yang diperlukan untuk menjamin kelansungan revolusi di dalam 
dan di luar negeri.(baca Islam rahmatan lil'alamin)
   
  Ketika kita membaca pernyataan Allah bahwa Dia hendak memberikan kekuasaan 
kepada orang-orang yang beriman, apakah kita cukup dengan hanya berdoa saja 
sebagaimana dilakukan oleh orang-orang sufi?   Ketika Allah mengatakan bahwa 
kekayaan itu tidak boleh hanya beredar dalam lingkungan orang-orang kaya saja 
sebagaimana disebutkan dalam surah Al Hasyr, bukankah kita berarti 
diperintahkan untuk merealisasikan diatas permukaan bumi ini?  Nah kalau kaum 
mutaqabbirun kita biarkan berkuasa dan malah kita berjingkrak-jingkrak dalam 
ketiak mereka, masihkah kita mengaku diri sebagai orang yang beriman?  Minimal 
kalau kita tidak mampu melawan mereka untuk merebut kekuasaan, pantang 
bersatupadu dalam system yang Taghuti itu.  Ingatlah:  "Sipeh badjoe, simat 
taloe dan siduek keudroe saban desja".  Semoga kita tidak lagi asik ber hikayat 
musang dimedan internet ini.
  (hsndwsp)
  di
  Ujung Dunia
  



       
---------------------------------
Building a website is a piece of cake. 
Yahoo! Small Business gives you all the tools to get online.

Kirim email ke