http://www.acehinstitute.org/opini_amiruddin-al_rahab_ulama_dendam_dan_kebenaran.htm

Setelah membaca tulisan saudara Amiruddin Al Rahab, pertama sekali terkesan dia 
itu sedang mengurui "ulama"di Acheh pada khususnya. Andaikata mereka itu dapat 
dianggap ulama, konsekwensinya saudara Amiruddin itu adaklah "ulama diatas 
ulama" atau gurunya "lama". Namun bagaimana mungkin beliau itu dapat disebut 
ulama sementara dia sendiri belum mengenal sosok ulama yang sebenarnya. Justru 
itu saya anjurkan semoga beliau tidak keberatan untuk menela'ah kembali 
definisi ulama dari sumber asli, yaitu Al Qur-an dan Hadist murni bukan hadist 
palsu. Melalui tela'ahan yang jujur dan telitilah kita dapat membedakan antara 
Ulama dengan Bal'am (ulama gadongan) atau "ulama" secara basa-basi,  yang 
meninabobokkan rakyat jelata.

   
  Yang namanya ulama adalah warasatul ambiya. Mereka mewarisi Rasulullah secara 
kaffah. Mereka itu mendapat bimbingan dari Allah swt. Jadi mereka itu 
takmungkin silap. Andaikata mereka itu silap pastinya mereka mendapat bimbingan 
Allah hingga kesilapan tersebut langsung terperbaiki. Jadi tak butuh bimbingan 
kita yang notabene menimba ilmu dalam dapur Thaghut, hingga kabur untuk 
mengenal sosok ulama yang sesungguhnya. Komen saudara Affan Ramli dibawah ini 
sungguh tepat sekali kendatipun hanya dalam satu-dua alinia saja:

  Komen 1

Affan Ramli <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
  tuduhan kehilangan jati diri ulama jika dihubungkan dengan keterlibatan 
mereka dalam kekuasaan, patut ditinjau ulang. setidaknya ada 3 catatan penting 
yang sebaiknya diperhatikan. pertama, konsep keulamaan merujuk pada konsep 
kenabian, adalah gabungan ketinggian spritual dan keilmuan sekaligus menyatu di 
dalamnya. maka, bicara ulama kita tidak serta merta merujuk pada profil 
teungkue-teungkue di Aceh. ke dua, sejarah politik Islam, pada masa kejayaan 
dan kegelapannya selalu menjadikan ulama bagian dari variabel menentukan. ke 
tiga, ulama-ulama Iran memimpin negara itu dengan penuh prestasi sejak revolusi 
tahun 1979. keberhasilan dalam bidang sain, ekonomi, pilitik, dan militer telah 
menjadikan negara Iran yang dipimpin oleh ulama dijadikan model alternatif 
ideologi negara modern. dunia telah memasukkan Iran bagian dari daftar 
negara-negara dunia yang menguasai teknologi tinggi. 
   
  nah...
   
  salam,
  affan 
 

Komen 2

    Affan Ramli <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
  Islam mempertemukan konsep kekuasaan dan konsep keilmuan-kebijaksanaan dalam 
satu kata: imamah. setiap upaya memisahkan pemilik 
kebijaksanaan-spritual-keilmuan dengan kekuasaan, cukup menjadi bukti tingkat 
keseriusannya mendalami konsep kepemimpinan dalam Islam layak dipertanyakan. 
pemisahan umara dan ulama dimulai pada masa dinasti umayyah, karena Umayyah 
bukan ulama, karena yazid pembantai keluarga Nabi seorang pemabuk dan peminat 
tarian telanjang di istananya. maka justifikasi atas kekuasaan bani Umayyah dan 
seterusnya dilanjutkan oleh kerajaan-kerajaan sesudahnya menuntut adanya 
pemisahan antara 2 konsep: umara dan ulama. Muhammad SAW adalah Imam dan 
sayyidina Ali adalah Imam, siapa yang berani memisahkan konsep umara dan ulama 
pada kedua pemimpin ini ?
   
  ayoo...
   
  salam,
   
  Demikianlah sedikit komen dari saya semoga kita dapat berpikir dengan pikiran 
yang jernih menyangkut sosok ulama yang sesungguhnya. AAmin ya Rabbal 'aalamin
(hsndwsp)


  
       
---------------------------------
Tonight's top picks. What will you watch tonight? Preview the hottest shows on 
Yahoo! TV.    

Kirim email ke