http://www.youtube.com/watch?v=7VJ8SAKwaSE
   
  Topik: Nurdin Rahman Bupati Jawa Bireun
29 Juli 2007 dari Lakee Droe 
Rakan-rakan sekelian,

Cita-cita Nurdin Abdurrahman untuk kembali ke Aceh akan segera tercapai. Hal 
tersebut seperti dilaporkan dalam dua website di atas atas hasil perhitungan 
sementara pemilu rakitan penjajah jawa NKRI.

Nurdin Abdurrahman yang kita kenal selalu bergaya seperti "eksekutif" dengan 
telefon tangan dalam genggamannya, sesekali akan kita dengar dia bercerita 
bagaimana dia disiksa oleh serdadu TNI ketika dia ditangkap dan dipenjara oleh 
serdadu penjajah jawa NKRI pada satu ketika dahulu. Nurdin Abdurrahman sering 
meneceritakan kisah dirinya disiksa dalam penjara. Kakinya ditindih dengan kaki 
meja dan kemudian para serdadu jawa NKRI melompat beramai-ramai di atas meja 
tersebut. Juga Nurdin Abdurrahman bercerita bagaimana dia menggunakan taik yang 
melekat di dalam WC sebagai "ubat" untuk menyembuhkan lukanya ketika dia masih 
dipenjara. Hal tersebut dilakukannya apabila dia disuruh membersihkan WC dalam 
penjara. Kerana dia teringat kisah zaman Nabi Nuh bahawa najis taik pernah 
digunakan sebagai "ubat" oleh orang-orang yang mengotorkan bahtera Nabi Nuh.

Malangnya sekarang Nurdin Abdurrahman sudah kehilangan akal. Hal yang sama juga 
dilakukan oleh mereka yang dulunya pura-pura mengaku dirinya sebagai pejuang 
GAM. Sekarang Nurdin Abdurrahman sedang bergelut dengan pertarungan pemilu 
pilkada ala jamu gendong. Untuk meraih sebuah jabatan sebagai bupati di bawah 
cengkeraman kuku penjajah jawa NKRI. Maka setelah itu ia juga akan sesekali 
akan terbang berjumpa tuannya di pulau jawa untuk "sungkem" kepada SBY atau 
tuan-tuannya yang lain. Maka lupalah ia dengan segala siksaan yang pernah 
dialaminya ketika dia masih dalam penjara ("glap"). Maka dia seterusnya akan 
menganggap dan mengaku bahawa penjajah laknat jawa NKRI itu sebagai saudaranya. 
Ingat bagaimana Irwandi Yusuf memberi amanat ketika melantik bapak walikota 
Sabang ampon Munawarliza Zein. "Ini setelah diangkat sebagai walikota, anda 
sudah menjadi milik bersama atau semua. Di Sabang ramai saudara kita yang juga 
dari TNI-Al dan lain-lain TNI, bukan GAM saja". Begitulah lebih
 kurang amanat gubernur NKRI itu.

Sama juga halnya dengan Darwis Djeunieb yang telah melupakan bagaimana ibunya 
disiksa oleh serdadu TNI ketika serdadu kafir TNI itu mencari ayahnya Darwis 
Djeunieb. Apabila ayahnya tidak ditemukan maka sasaran penyiksaan adalah 
menimpa ibunya yang hingga bulu kemaluannya dibakar oleh serdadu kafir TNI 
tersebut. Ibunya menjerit kerana disiksa dengan begitu kejam oleh serdadu kafir 
penjajah jawa NKRI itu. Kini semua kisah itu telah terkubur dan Darwis Djeunieb 
pula sudah menjadi juru kampanye dalam pilkada ludrok jawa itu. Dulu dia dengan 
lantang berkata, "kalau Wali (Teungku Hasan) menerima selain merdeka, maka 
beliau dulu akan kita perangi".

Ramai juga para pejuang GAM yang satu ketika dahulu isteri dan ibunya diperkosa 
oleh serdadu kafir TNI/POLRI di Rumoh Geudong. Kemudian dimasukkan bootol dalam 
kemaluannya. Akan tetapi sekarang ini mereka ini semua sudah melupakan dan 
memaafkan apa yang pernah dialami oleh ibunya, isterinya dan Bangsa Aceh yang 
lain. Mereka sekarang sudah bersalaman dan berpelukan dengan anjing-anjing jawa 
ini. Bahkan ada yang hanya diam dan sesekali tersenyum seperti "ulee kameng 
teutot" apabila diberikan gadji buta oleh wakil penjajah jawa NKRI (kuntoro). 
Lihat itu bagaimana T. Kamaruzzaman, Usman Lampohawe, Zakaria Saman, Muhammad 
Dahlan, "you name it". Mereka ini sudah menjual maruah Bangsa Aceh dengan harga 
yang hina. Tidak ada lagi gema membenci dan memerangi kafir penjajah jawa NKRI 
yang biadab itu. 

Mereka semua sudah ikut petunjuk dan acc tuannya. Kalau T. Kamaruzzaman 
membuat/menandatangani daftar gaji di BRR, maka "MENIMBANG" "MENGINGAT" 
"MEMUTUSKAN" semuanya dipakai hukum rimba kafir penjajah jawa NKRI yang dia 
pelajari sewaktu dia belajar dulu di dalam KUHP (kasih Uang Habis Perkara). 
Kalau M. Nur Djuli menghentikan dan membagikan wang BRA, maka ia juga akan 
menyebutkan atau merujuk kepada acc tuannya di Bappenas. Begitu seterusnya.

Nurdin Abdurrahman akan segera kembali ke Aceh. Dengan pangkat bupati jawa itu, 
ia akan terus dapat berlagak seperti "toke" atau "eksekutif" dengan telefon 
genggam di tangannya. Sesekali ia akan terbang ke luar negeri dengan tiket 
gratis sebagai bupati jawa. Bekal Bahasa Inggeris dia memang sudah cukup untuk 
berkomunikasi.

Maka Aceh akan terus dalam kehinaan dan maruahnya digadaikan oleh para 
pengkhianat ini. Sikap kebencian untuk menentang dan mengusir kafir penjajah 
jawa NKRI sudah tidak ada lagi. Maka cita-cita kemerdekaan bagi Negeri Aceh 
hanya tinggal kenangan dan impian. Mereka yang telah syahid dalam perjuangan 
sudah dihina oleh mereka pengkhianat ini. Teungku Muhammad Hasan Di Tiro 
sebagai tokoh yang membangkitkan semangat perjuangan kemerdekaan Aceh sudah 
dihina oleh mereka. Beliau hanya hidup menghabiskan masa tuanya dengan menerima 
bantuan dari pemerintah Sweden.

Sungguh hina Aceh sekarang ini. Bahkan ramai generasi muda Bangsa Aceh sudah 
tidak mengenal siapa dirinya. Ramai yang bersekolah ke luar negeri sudah 
menukar kulit dan wajahnya. Mereka lebih endon dari gerombolan kafir penjajah 
jawa NKRI itu. Bahasanya, gayanya, pergaulannya, dan sebagainya, sudah melebihi 
jawa NKRI. Kalau kita membenci kafir penjajah jawa NKRI, maka golongan anjing 
ini dulu yang menyalak kita. Setiap program yang dibuatnya selalu diundang 
anjing jawa NKRI untuk datang menghadirinya.

Itulah nilainya kalau manusia sudah bertukar menjadi anjing atau binatang. Dia 
tidak mengenal dirinya lagi sebagai manusia yang sejati dan bermaruah. Maka 
kita dengarlah panggilan kepada tuannya dengan panggilan mesra, seperti "bapak 
kun" kepada anjing jawa kuntoro dan sebagainya. Kita yang sedar, rasanya mahu 
muntah mendengar panggilan itu. Lebih muntah lagui kita lihat sekarang adapula 
ramai-ramai Bangsa Aceh begitu bangga kalau ada tuannya yang berjenis anjing 
jawa gerombolan penjajah itu. 

Isteri saya sering berbuat lucu dengan saya, sebab beliau selalu melihat 
gelagat saya bagaimana saya membenci 1000% kafir penjajah jawa NKRI itu. Satu 
ketika beliau mengatakan "kalau nanti menanam pohon yang telah diberikan pada 
masa "citizenship ceremony" maka jangan lupa menanam pasport sampul hijau dulu 
di bawah lubang tempat menanam pohon tersebut".

Fikirkan dan sekian.

Biarlah tubuh dan nyawaku bercerai, maka aku tetap membenci kafir penjajah jawa 
NKRI itu selagi kafir penjajah jawa NKRI biadab itu belum mengangkat kakinya 
dari bumi Aceh.

Sekian.

Wassalam.


   

       
---------------------------------
Fussy? Opinionated? Impossible to please? Perfect.  Join Yahoo!'s user panel 
and lay it on us.

Kirim email ke