Keberhasilan bahasa Acheh sangat tergantung kepada keberhasilan nasionalis 
Acheh. Sekarang Nasionalis Acheh sedang sakit. Justru itu bahasa Achehpun ikut 
sakit. Kalau anda mengenal penyakit nasionalis Acheh atau penghambatnya anda 
juga akan mengenal penyakit bahasa Acheh atau penghambat bahasa Acheh. Bahasa 
menunjukkan Bangsa. Kenapa di Acheh tidak muncul media yang berbahasa Acheh? 
Kenapa para yurnalis itu berlomba-lomba untuk memunculkan hanya bahasa 
Indonesia?  Siapakah mereka itu?
  Silakan jawab sendiri.
  (hsndwsp)
  

Asnawi Ali <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          10/09/2007 09:55 WIB


  Bahasa Aceh Terancam Punah 


  [ rubrik: Kutaraja | topik: Budaya ]



BANDA ACEH - Keberadaan bahasa Aceh terancam punah. Pasalnya, rata-rata orang 
tua di perkotaan jarang mengajarkan bahasa tersebut kepada anak-anaknya. Faktor 
lain, minimnya guru yang mampu mengajarkan bahasa Aceh dengan baik dan benar. 


Ancaman itu mencuat dalam workshop Seni Budaya dan Adat Aceh, Sabtu (8/9), di 
Guest House, Meligoe Gubernur Provinsi Aceh. Kegiatan itu diselenggarakan 
Yayasan Sambinoe. 


“Di jalur pendidikan pun, hanya level sekolah dasar (SD) dan kelas satu sekolah 
menengah pertama (SMP) yang ada pelajaran bahasa Aceh. Sedangkan kelas 
berikutnya hingga sekolah menengah atas (SMA) tidak ada,” ungkap Cut Fatma, 
Sekretaris Yayasan Sambinoe. 


Dia mengusulkan, perlu iklim yang mendukung siswa agar tertarik mempelajari 
bahasa Aceh. Sebab, keberlangsungan bahasa daerah tersebut saat ini berada 
dalam tingkat mengkhawatirkan. 


Dia juga mengimbau pemerintah, meningkatkan kurikulum bahasa daerah. “Dalam hal 
ini bahasa Aceh. Tujuannya untuk melestarikan peninggalan budaya,” cetus dia. 


Saifuddin Mahmud, Dosen Bahasa Aceh FKIP Unsyiah, mengajurkan semua pihak 
menggunakan bahasa sesuai pada tempatnya. Tujuannya untukmenjaga pelestarian 
bahasa tersebut. “Gunakan bahasa daerah kepada sesama pemakai bahasa itu. 
Sebab, fungsi bahasa daerah sebagai lambang kebanggaan daerah,” ujarnya. 


Ia menyebutkan, sangat sedikit dosen di perguruan tinggi, mau mengajar bahasa 
Aceh. Demikian juga dengan kurikulumnya. “Hingga saat ini, hanya satu orang 
pengajar bahasa Aceh di Unsyiah,” imbuh dia. 


Drs Anas M Adam, Kepala Dinas Pendidikan Aceh, mengatakan penambahan jam 
pelajaran per minggu untuk bahasa daerah/Aceh, dianggap cukup. Anas menekankan 
kefasihan berbahasa daerah itu perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. 
Dia mencontohkan, perlu digalakkan acara kesenian Aceh seperti pembacaan 
hikayat, agar generasi muda Aceh mengenal budaya dan bahasanya sendiri. 


Selain itu, “Lingkungan keluarga juga berpengaruh. Hendaknya membiasakan anak 
memakai bahasa Aceh,” ajaknya. 


Di sisi lain, Anas menyoroti keragaman bahasa daerah di Provinsi Aceh. Ia 
menyebutkan perbedaan bahasa Aceh dengan bahasa Gayo, Alas, Simeulue, Singkil, 
dan sebagainya. 


“Dengan perbedaan ini, akan menyulitkan pengadaan bahan ajar. Metode pengajaran 
bahasa yang ada saat ini sudah ketinggalan zaman. Alasan Dinas Pendidikan 
memberikan porsi pelajaran bahasa daerah untuk SD karena usia tersebut lebih 
mudah menyerap bahasa,” katanya.(dw)





    
---------------------------------
  Yahoo! oneSearch: Finally, mobile search that gives answers, not web links.   

                         



       
---------------------------------
Luggage? GPS? Comic books? 
Check out fitting  gifts for grads at Yahoo! Search.

Kirim email ke