:: BERITA FOTO
30/07/2007. Sebanyak 1.327 calon Polisi Hutan kotrak mengikuti ujian di stadion Lampineung Banda Aceh, Ahad (29/7). Tahun 2007 Pemerintah Aceh merekrut 1.000 Polisi Hutan untuk mengamankan hutan Aceh dari ancaman pengrusakan. (Hasbi Azhar) DISCLAIMER Situs ini dikelola oleh para wartawan yang tergabung dalam Serikat Pekerja Acehkita (Sepak) :: LINK SAHABAT Berita Senin, 30 Juli 2007, 17:42 WIB Diduga, Rumah Korban Tsunami Diperjualbelikan Reporter : Rasyid J Banda Aceh, acehkita.com. Sebanyak 401 unit rumah bantuan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk korban tsunami di Perumnas Ujong Batee, Desa Neuheun, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar telah diperjualbelikan oleh oknum warga desa itu kepada sejumlah nama-nama oknum PNS, polisi dan pengusaha. Nama mereka disamarkan menjadi penerima rumah dari fakir miskin. Seluruh rumah yang dibangun atas kerjasama Total Indonesia dengan Perum Perumnas yang kemudian diserahkan kepada PMI itu sudah terisi penuh, penghuninya kebanyakan bukan korban tsunami. Sementara puluhan Kepala Keluarga korban tsunami yang harusnya menempati rumah-rumah di sana malah terusir. Rumah mereka diduga diserobot oleh oknum pengurus dan pemuda di kampung tersebut. Hazrul (30) salah seorang korban tsunami yang mendapat jatah rumah tipe 36 di jalan Tuna No 38 Perumnas Ujong Batee mengaku rumah tersebut sudah diserobot oleh seorang warga. Hazrul menyebut nama seorang warga di sana. “Kunci masih sama saya, rumah saya disongkel dan sekarang ditempati orang itu,” kata Hazrul. Hazrul menyebutkan, sudah berulangkali melaporkan kasus penyerobotan itu kepada Dewan Pengawas BRR, Beranda BRR di Kuta Alam, Gerak Aceh, Tim Verifikasi BRR Lueng Bata, hingga ke PMI Irlandia. Namun belum membuahkan hasil. “Mungkin tidak dilanjuti?” kata Hazrul. Sejumlah warga lain juga mengaku rumah mereka diperjualbelikan oleh oknum yang mengaku sebagai pengurus komplek tersebut. Harganya berkisar antara Rp 3-4 juta per unit. “Jadi asalkan setor, rumah bisa langsung ditempati,” ungkap korban tsunami lainnya. Warga menyebut sejumlah nama yang diduga menyerobot rumah korban tsunami di kompleks yang diresmikan oleh Menteri Perumahan Rakyat Yusuf Asyari dan Ketua PMI Pusat Mar’ie Muhammad akhir Desember 2005. Pengurus PMI Aceh Besar yang diberi kewenangan untuk pembangian rumah bagi korban tsunami mengaku sudah mendengar desas-desus tersebut. “Tapi kami sulit dapat bukti,” kata Ketua PMI Aceh Besar, Zamzami AG. Senin (30/7) siang. PMI juga membantah tiga nama oknum warga telah diberi kewenangan untuk membagikan rumah bantuan untuk korban tsunami itu. “Mereka bukan orang yang berhak mengelola maupun yang diberikan kewenagan untuk membagikan rumah,” kata H Zamzami AG. PMI Aceh Besar bersama Pemerintah Kabupaten Aceh Besar telah menyerahkan pembagian rumah tersebut kepada aparat kecamatan, yang terdiri atas Camat, Kapolsek dan Danramil. "Kita sudah serahkan kepada Pemda Aceh Besar," kata H Zamzami AG. [dzie] Berita Senin, 30 Juli 2007, 16:15 WIB Korban Konflik Protes Kualitas Rumah Reporter : Udin Banda Aceh, acehkita.com. Sedikitnya 200-an korban konflik asal Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah berunjukrasa ke kantor DPR Aceh, Senin (30/7), untuk memprotes rendahnya kualitas rumah yang dibangun pemerintah untuk mereka. Pekan lalu, 200-an korban konflik yang tergabung dalam Solidaritas Persaudaraan Korban Pelanggaran HAM juga berunjukrasa ke gedung dewan meminta pemerintah menuntaskan kasus pelanggaran HAM masa lampau. Para korban konflik asal dataran tinggi Gayo itu meminta Pemerintah Aceh meninjau kembali rumah bantuan yang dibangun Badan Reintegrasi-Damai Aceh, karena dinilai menyalahi aturan. Mereka datang ke Banda Aceh dengan mengendarai truk dan mobil bak terbuka (pikap). Sesampai di DPR Aceh, mereka langsung menggelar spanduk dan poster yang berisi protes dan kekecewaan kepada pemerintah yang dinilai tidak becus menangani korban konflik. Dalam spanduk juga tertulis protes atas pembuatan rumah yang kualitasnya sangat rendah. Menurut M. Abdul, 52 tahun, warga Kecamatan Timang Gajah, Kabupaten Bener Meriah, rumah yang seharusnya dibangun dengan dana Rp35 juta per unit, tapi setelah warga mengalkulasikannya hanya menghabiskan dana Rp20 juta per unit. Material bangunan yang digunakan juga tidak sesuai spesifikasi. Misalnya, besi yang seharusnya digunakan 12 milimeter, tapi yang digunakan besi 8 milimeter. “Papan yang digunakan belum setahun sudah berbubuk. Dan kalau angina kencang atau gempa, kami tidak berani tinggal di dalam rumah,” kata Abdul yang rumahnya ludes dibakar pada masa darurat militer. Keterangan senada dikemukakan Darniah, 35 tahun. Menurut warga Timang Gajah ini, rumah yang diberuntukkan bagi mereka tidak sesuai dengan jumlah alokasi dana yang seharusnya. “Rumah dibuat asal jadi. Padahal satu unit rumah Rp35 juta,” kata Darniah. Para pengunjukrasa disambut beberapa anggota DPR Aceh, di antaranya Bahrum M. Rasyid. Anggota Komisi A ini mengajak warga menyampaikan tuntutan di dalam ruang musyawarah DPR Aceh dan diterima oleh Ketua Komisi A Khairul Amal. Koordinator Aksi, Joni Setiawan, di hadapan anggota dewan menyampaikan keluhan warga terhadap bantuan rumah yang mereka terima dari Badan Reintegrasi. “Seharusnya kami menerima uang dana pembangunan rumah ini tiga tahap, tapi yang kami terima rumah, itu pun tidak layak huni,” sebutnya. Menanggapi permasalahan korban konflik diseluruh Aceh, Bahrum Rasyid berjanji akan meninjau langsung ke setiap daerah pada Agustus mendatang. “Pekan depan kita akan turun menverifikasi hasil bantuan dana BRDA ini. Warga tolong tunjukkan kepada kami setiap penyelewengan yang ada di lapangan dan semuanya akan kita proses,” jelasnya. Sementara menanggapi keluhan korban konflik, Ketua Badan Reintegrasi-Damai Aceh M. Nur Djuli, mengatakan, pembangunan rumah di Aceh tengah dan Benar Meriah, dibangun sebelum dirinya menjabat ketua Badan Reintegrasi. Pun demikian, segala permasalahan yang timbul dari dana BRDA akan ditidak lanjuti. “Jika ada indikasi penyelewengan dalam penyaluran dan pembangunan rumah korban akan kita proses juga,” jelasnya. [dzie] Berita Senin, 30 Juli 2007, 09:55 WIB Kantor Wakil Bupati Bireuen Digranat Reporter : Imran Bireuen, acehkita.com. Kantor Wakil Bupati Bireuen yang terletak di Jalan Laksamana Malahayati Kota Juang Bireuen, pada Ahad sekitar pukul 22.30 WIB dilempari granat, sehingga menyebabkan keramik dan kaca gedung itu pecah. Belum ada laporan korban jiwa dalam insiden tersebut. Dugaan sementara, pengranatan kantor Wakil Bupati itu dilakukan oleh orang yang menggunakan sepeda motor. Akibat lemparan granat itu, kaca depan gedung pecah, dan keramik terkelupas dihantam ledakan. Gedung tersebut berhadapan langsung dengan gedung DPRD/DPRK Bireuen dan berdekatan dengan kantor Polsek Kota Juang. Suasana di sekitar tugu Kota Juang sempat tengang selama beberapa saat pascaledakan keras dari granat tersebut. Namun setelah diketahui kejadiannnya warga kembali melanjutkan jajanan malam di rek yang berhadapan dengan pandapa Bupati itu. Pasangan Bupati dan Wakil Bupati Nurdin Abdurahman-Busmadar adalah yang memenangkan pemilihan kepala daerah langsung bulan lalu, setelah meraih dukungan pemilih 62 persen. Unggul dari lima kandidat lain, menjadikan pentolan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu mengamandoi Kabupaten Bireuen untuk periode 2007-2012. Kasat Reskrim Polres Bireuen Iptu Maryono, membenarkan adanya kejadian tersebut. Aparat keamanan sudah menarik garis polisi di lokasi dan mengambil sampel ledakan. [dzie] [Kembali ke indeks] ____________________________________________________________________________________ Get the Yahoo! toolbar and be alerted to new email wherever you're surfing. http://new.toolbar.yahoo.com/toolbar/features/mail/index.php