Title: IT-4-GOD — Edisi 41 [Desember 2019]
 
IT-4-GOD Edisi 41 | Desember 2019
ICD Watch : Seputar "Tahun Baru" -- e-Artikel dan Audio
APPPS Live : App-✞alks: Diskusi: Digital Ministry untuk Gereja pada 2020
App-✞rain: Netizen on Track!
Digi Min : Setelah Natal Berlalu
Berita : Daftar Bahan Natal // Masukan untuk IT-4-GOD
Featured image
 
EDITORIAL

Dear Sahabat IT-4-GOD!

Ini adalah edisi terakhir IT-4-GOD untuk 2019! Namun, kita masih akan bertemu kembali pada 2020! Untuk itu, pada kesempatan ini, segenap redaksi IT-4-GOD mengucapkan:

Selamat Natal dan Tahun Baru

Mari kita terus bergandeng tangan untuk mempersembahkan teknologi bagi kemuliaan Tuhan. Amin!

In Christ,

Davida Staf Redaksi IT-4-GOD, Davida
 
INDONESIA CHRISTIAN DIGITAL WATCH (ICDW)

Seputar "Tahun Baru" -- e-Artikel dan Audio

e-Artikel dan Audio

Dengan berbagai kesibukan perayaan Natal di gereja, di tempat kerja, atau di lingkungan tempat kita tinggal, terkadang mudah bagi kita untuk melupakan apa, bahkan Siapa, yang sedang kita rayakan. Untuk menghindari itu sekaligus memaksimalkan persiapan kita dalam merayakan Natal yang sejati, redaksi IT-4-GOD mengumpulkan beberapa bahan e-artikel dan audio dari berbagai bidang pelayanan YLSA yang kami harap dapat menolong Sahabat sekalian dalam bertumbuh semakin dekat dengan Yesus pada Natal kali ini. Simak daftarnya berikut ini.

Artikel

Baca dan dapatkan berkat dari artikel-artikel bertema Natal berikut, lalu bagikan kepada rekan-rekan.

  1. Studi Kamus: Tahun Baru (Alkitab SABDA)
  2. Renungan: Perayaan Tahun Baru
  3. Renungan: Selamat Tahun Baru
  4. Tentukan Niat Tahun Baru Anda dalam Memberi
  5. Membuat Resolusi Tahun Baru Berhasil
  6. Resolusi Tahun Baru
  7. Tahun Baru, Kisah Hidup Baru
  8. Resolusi Tahun Baru: Apps Alkitab untuk Disiplin Membaca Firman Tuhan
  9. 5 Alasan Anda Sebaiknya Melakukan Studi Alkitab Digital
  10. Selamat Tahun Baru!

Audio

Dengarkan dan dapatkan pemahaman/perenungan yang lebih mendalam dari bahan-bahan audio bertema Natal berikut, lalu terapkan dalam kehidupan Sahabat sekalian.

  1. Renungan Oswald Chambers: Jangan Berdalih
  2. Khotbah: Bukan Manusia yang Menjadi Andalan Kita
  3. Harapan yang Pasti
  4. Empat Prinsip Kristiani untuk Membuat Resolusi Tahun Baru
  5. Humor: Kejahatan Saat Tahun Baru
  6. Humor: Untuk Setahun
  7. Tujuh Resolusi Tahun Baru
  8. Mengapa Resolusi Tahun Baru Tidak Berhasil?
  9. Prinsip Resolusi Tahun Baru
  10. Integritas
 
APPPS LIVE

App-alks: Diskusi: Digital Ministry untuk Gereja pada 2020

Digital Ministry Gereja 2020

Tinggal sesaat lagi, kita memasuki 2020. Banyak pakar teknologi meramalkan kemajuan-kemajuan yang akan terjadi sehubungan dengan perkembangan teknologi. Bagaimana dengan gereja? Untuk mengisi akhir tahun Anda, mari kita berdiskusi mengenai hal ini dalam komunitas App SABDA. :)

Mari kita diskusikan bersama:

  • Apakah gereja perlu memikirkan perkembangan teknologi? Mengapa?
  • Apa ide-ide Anda agar gereja tetap relevan dengan perkembangan teknologi untuk mencapai pertumbuhan jemaat pada era digital ini?

Terima kasih!


App-rain: Talkshow Netizen on Track! di GBI Tasikmadu, Jawa Tengah

Talkshow Netizen on Track!

Pada 23 November 2019, GBI Tasikmadu Karanganyar, Jawa Tengah, bekerja sama dengan Yayasan YAPHI menyelenggarakan talkshow dengan tema Netizen On Track. YLSA menjadi salah satu narasumber untuk memberikan arahan tentang bagaimana anak-anak muda Kristen bisa cerdas bermedia sosial. Acara ini dihadiri sekitar 80-an peserta muda dari sekitar Karanganyar. Sebagai pengguna internet, (Netizen) pemuda Kristen harus mengamalkan nilai-nilai kekristenan yang berdasarkan Alkitab sebagai identitasnya dalam aktivitas bermedia sosialnya. YLSA sendiri memberikan wawasan baru mengenai Digital Quotient sebagai orang percaya agar mereka dapat menjadi netizen yang tetap eksis untuk membawa terang Kristus. Bahaya internet bukan alasan untuk setop bermedia sosial, melainkan menjadi tantangan bagi mereka yang hadir untuk bijak menggunakannya sesuai prinsip Alkitab.

Redaksi IT-4-GOD melihat peserta cukup antusias mengikuti acara tersebut. Mereka memberikan komentar bahwa ada wawasan baru yang mereka dapatkan dari "bincang-bincang" hari itu. Awalnya, ada yang merasa takut untuk banyak aktif dalam media sosial, tetapi dengan meningkatkan digital quotient-nya, yang ditopang dengan Biblical Quotient, mereka sadar bahwa mereka tetap harus eksis sesuai zamannya.

 
DIGITAL MINISTRY

Setelah Natal Berlalu

Setelah Natal Berlalu

Ada yang indah ketika Natal berlalu, orang menyambut tahun baru. Ada doa: semoga tahun ini lebih baik daripada tahun yang baru saja berlalu. Ada tekad: Aku mau menjadi lebih baik daripada aku yang dahulu.

Inilah saat untuk merenungkan semua pengalaman yang indah, untuk kita lanjutkan, bahkan untuk kita tingkatkan. Namun, ini juga saat untuk dengan jujur menilai diri: Mengakui apa yang kurang dan apa yang salah agar kita hindari dan perbaiki. Inilah saat yang paling tepat bagi orang untuk membuat janji kepada diri sendiri, untuk membuat sebuah resolusi yang berusaha kita tepati. Resolusi itu bisa besar, bisa kecil. Namun, apa pun itu, baiklah kita pilih apa yang kita anggap paling berarti. Meskipun hidup kita tidak begitu saja atau secara tiba-tiba menjadi sempurna, kita toh secara pasti berubah menjadi semakin baik setiap kali.

Sayangnya, bagi sementara orang, tahun baru bukanlah saat yang paling tepat untuk berefleksi -- untuk merenung secara intens, kemudian merumuskan sebuah resolusi. Bagi sementara orang, tahun baru datang setelah semua kesibukan dan keramaian pesta Natal. Saat itu, yang tersisa adalah kelelahan yang sangat dan kebutuhan untuk beristirahat. Tidak ingin mengerjakan apa-apa. Tidak ingin memikirkan apa-apa.

Alangkah sayangnya bila demikian, yaitu bila kita memulai awal perjalanan kita justru dengan kondisi semangat seperti itu. Tanpa tekad, tanpa akad. Oleh sebab itu, sekalipun tidak mudah, kita mesti menggandakan upaya kita, membulatkan tekad, dan mengumpulkan semangat. Sebab, tahun baru bukanlah saat beristirahat. Dan, yang jauh lebih penting lagi, Natal seharusnya tidak cuma menyisakan kelelahan yang sangat. Justru sebaliknya, Natal semestinya membuat kita semakin sadar dan semakin paham bagaimana hidup mesti kita isi, dan ke mana hidup mesti kita arahkan. Pendek kata, Natal janganlah hanya membuat kita berhenti di Betlehem, lalu tak ada apa-apa. Sebab, Yesus pun tak berlama-lama di sana.

Dalam almanak gerejawi, awal Januari adalah perayaan Epifani. Epifani artinya adalah "manifestasi" atau "pernyataan": Allah yang memanifestasikan atau menyatakan kemuliaan-Nya dalam Yesus Kristus. Pada perayaan Epifani itu, kisah perjumpaan orang-orang Majus dengan Yesus mendapat tempat yang khusus. Orang-orang Majus menjadi fokus setelah semua peristiwa yang mengitari kisah kelahiran bayi Yesus. Tentang mereka, Matius menulis: "Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Raja Herodes, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya, 'Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur, dan kami datang untuk menyembah Dia'" (Matius 2:1-2).

Natal adalah peristiwa ketika Allah mencari dan kemudian menemukan manusia. Setelah Natal adalah waktu untuk manusia mencari Allah dan menemukan-Nya.

Apakah Anda masih bingung, resolusi apa yang paling berarti, yang mesti Anda buat sebagai janji bagi diri sendiri? Bila memang begitu masalahnya, saya ingin mengusulkan hal berikut ini. Bagaimana bila pada awal tahun yang baru ini, yang sekaligus merupakan perayaan Epifani, kita membuat sebuah resolusi agar tahun ini kita jadikan sebagai tahun untuk mencari? Mengapa mencari? Sebabnya, telah saya katakan di atas. Betapa sering, setelah kesibukan-kesibukan yang luar biasa pada hari Natal, kita lalu cuma berhenti di Betlehem, lalu tidak ada apa-apa lagi. Seolah-olah, Yesus terus-menerus tinggal sebagai seorang bayi. Sampai tahun depan, kita merayakan kelahiran-Nya kembali. Padahal, kita tahu, Yesus tidak berlama-lama di Betlehem. Setelah Betlehem, lalu Mesir. Setelah Mesir, lalu Nazaret. Setelah Nazaret, lalu Yerusalem.

Kisah kehidupan Yesus tidak berhenti dengan kisah melankolis di kandang hewan, atau cerita romantis di padang Efrata; tetapi sarat dengan perjumpaan yang intens dengan kenyataan yang pahit dan kejam dari kehidupan manusia. Kisah manisnya persahabatan, tetapi juga sakitnya pengkhianatan. Kisah indahnya kehidupan, tetapi juga seramnya kematian.

"Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur, dan kami datang untuk menyembah Dia." Kalimat yang terakhir itu amat menentukan. Sebab, kita tahu, bukan orang-orang Majus itu saja yang mencari Dia. Herodes pun, dengan sama intensnya, mencari dan ingin berjumpa dengan Dia. Namun, ada perbedaan besar di antara keduanya. Orang-orang Majus mencari untuk menyembah Dia. Herodes, sebaliknya, mencari untuk membunuh-Nya.

Tidak cukup menjadikan perjalanan hidup kita hanya sebagai sebuah upaya untuk mencari. Sebab, yang akhirnya menentukan adalah: apa yang kita cari? Dan, apa yang hendak kita lakukan dengan yang kita cari itu? Di mana-mana, kita berjumpa dengan orang-orang yang mencari. Orang-orang yang tidak puas dengan apa yang ada, dan ingin memperoleh yang lebih lagi. Namun, di mana-mana, kita juga melihat bahwa apa yang dicari itu bersifat membunuh dan mematikan. Membunuh dan mematikan sesama serta sekitarnya. Dan, yang pada hakikatnya, akhirnya membunuh dan mematikan dirinya sendiri.

Itulah yang kita lihat pada orang-orang yang mencari serta menumpuk kekayaan dengan tak puas-puasnya. Itulah yang kita lihat pada orang-orang yang mencari dan mempertahankan kekuasaan sebesar-besarnya, tanpa mau berbagi dan berhenti. Itulah yang kita lihat pada orang-orang yang mencari dan mereguk kenikmatan tanpa mengenal batas dan tanpa memedulikan mana yang benar dan mana yang salah.

Mencari Yesus sama sekali berbeda. Bila kita mencari Dia, di manakah kita dapat menjumpai-Nya? Seperti kisah orang Majus, kita tak dapat menemukan-Nya di Yerusalem, tetapi di Betlehem, di kandang binatang. Dia harus kita temukan di jalan kasih dan pengurbanan. Dia harus kita temukan dalam solidaritas dengan mereka yang lemah, miskin, hina, dan tertindas. Dia harus kita temukan dalam semangat ketaatan dan penyerahan diri yang penuh kepada Allah. Tidak di istana. Tidak pula di gereja. Akan tetapi, di tengah kehidupan nyata [maupun maya/online -- Red.].

Sumber:
Judul Buku : Mencari Natal yang Hilang
Penulis : Eka Darmaputera
Halaman : 67 - 72
Penerbit : Gloria Graffa, Yogyakarta, 2003
Diambil dari:
Situs : PEPAK
URL : https://pepak.sabda.org/07/jan/2004/anak_setelah_natal_berlalu
Tanggal akses : 12 Desember 2019
 
BERITA IT-4-GOD
  • Masih ada waktu beberapa hari sebelum Natal. Belum terlambat untuk mendapatkan berbagai bahan Natal agar Natal Anda lebih bermakna. Dapatkan bahan Natal yang lengkap dalam Situs Natal Indonesia. Silakan download, pakai, dan bagikan dengan leluasa kepada lebih banyak orang! Bagikanlah Kabar Baik itu sekarang juga!
  • Redaksi IT-4-GOD membuka ruang bagi pembaca sekalian untuk memberikan masukan bagi pengembangan publikasi ini pada tahun depan. Anda dapat menghubungi kami lewat email di l...@apps4god.org atau lewat WhatsApp di 08812979100. Masukan Anda sangat kami nantikan untuk pelayanan IT-4-GOD selanjutnya. Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati!
 
PUBLIKASI IT-4-GOD
Berlangganan  |  Berhenti  |  Arsip  |  Kontak
Anda menerima publikasi ini karena Anda terdaftar sebagai pelanggan publikasi IT‑4‑GOD
dengan alamat: arch...@mail-archive.com.
Kunjungi Komunitas Apps4God di:
Redaksi: Davida, Odysius, dan Andy
Download versi PDF  |  Lihat versi web
Untuk mengirim persembahan: BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
© 2019 -- Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
 

Kirim email ke