http://wartakota.tribunnews.com/detil/berita/153663/asuransi-kesehatan-nasional
Asuransi Kesehatan Nasional

Sebagai guru sekolah swasta, saya amat menunggu pelaksanaan asuransi
kesehatan nasional yang akan dilaksanakan pada tahun 2014. Namun, saya
belum mengetahui secara rinci mengenai asuransi kesehatan nasional
tersebut.
Saya ingin informasi yang lebih jelas mengenai siapa saja yang dapat
memanfaatkan asuransi tersebut, apakah cukup pakai KTP elektronik atau
apakah harus pakai identitas lain lagi. Masih perlukah surat
keterangan dari berbagai instansi yang selama ini diberlakukan jika
ingin menggunakan layanan ini seperti pengalaman menggunakan layanan
Jamkesmas.
Sudah tentu yang juga penting adalah apa saja yang dicakup oleh
asuransi nasional ini. Teman saya menderita kanker dan menjalani
kemoterapi yang amat mahal sehingga dia harus menjual mobilnya. Apakah
nanti kemoterapi juga akan dijamin oleh asuransi nasional?
Apakah telah disiapkan layanan puskesmas dan praktik dokter yang dapat
melayani masyarakat secara baik dan lengkap sehingga penderita tidak
harus membanjiri rumah sakit seperti terjadi pada pelaksanaan Kartu
Jakarta Sehat?
Apakah asuransi kesehatan nasional ini hanya menjamin pembiayaan
masyarakat berpenghasilan rendah atau juga mereka yang mampu?
Bagaimana dengan mereka yang punya asuransi kesehatan sendiri, apakah
boleh tetap menggunakan asuransi yang telah mereka miliki?
Kita berharap masyarakat akan dapat memanfaatkannya dan juga
menjaganya dengan baik agar program ini berjalan baik dan
berkesinambungan.
M di B
---

Masalah administrasi merupakan masalah yang penting karena suatu
asuransi harus jelas jumlah pesertanya, cakupan layanannya, dan juga
pembiayaannya. Soal data merupakan hal yang amat penting. Untungnya
kita hampir menyelesaikan pembuatan kartu tanda penduduk nasional dan
mudah-mudahan KTP elektronik itu dapat mempermudah pendataan.
Sudah tentu diperlukan sistem informasi yang canggih dan cakupannya
besar untuk dapat membantu pelaksanaan asuransi kesehatan nasional
ini. Begitu juga masalah biaya perlu disepakati. Jika biaya terlalu
besar, asuransi ini tak mampu membiayai. Namun, jika terlalu kecil,
pelaksana akan rugi dan layanan akan amat minimal.
Mengenai persiapan tenaga dokter dan rumah sakit, saya melihat pihak
profesi kedokteran, dalam hal ini Ikatan Dokter Indonesia (IDI), amat
antusias menyiapkan pelatihan dan model layanan yang sesuai untuk
mendukung asuransi kesehatan nasional ini. Diharapkan 70 persen sampai
80 persen masalah kesehatan masyarakat dapat diselesaikan di tingkat
layanan kesehatan primer. Jadi, layanan kesehatan primer akan semakin
lengkap dan alat kedokterannya pun juga akan memadai. Jadi jika
masyarakat ingin mengkhitan anak, menjalani imunisasi, ikut KB, dan
juga layanan bedah minor, semuanya nanti dapat dikerjakan di layanan
kesehatan primer, tidak perlu lagi ke rumah sakit.
Beberapa puskesmas akan dilengkapi dengan alat rontgen, USG, dan
lain-lain sehingga pasien tidak perlu lagi berdesakan di rumah sakit.
Pengalaman penerapan sistem rujukan di daerah Jawa Barat menunjukkan
bahwa pasien RS Hasan Sadikin berkurang secara nyata sehingga layanan
di rumah sakit rujukan itu dapat ditujukan kepada mereka yang
memerlukan layanan rumah sakit yang tidak dapat dilayani di puskesmas
atau rumah sakit kabupaten.

Sistem rujukan
Sistem rujukan ini akan mengangkat kembali peran dokter umum yang oleh
sebagian masyarakat hanya dijadikan tempat untuk meminta surat
rujukan. Teman-teman dokter umum akan dapat melaksanakan kemampuan
yang didapat mereka selama pendidikan karena disediakan dukungan
peralatan kedokteran dan obat yang memadai. Rumah sakit rujukan hanya
akan melayani 20 persen sampai 30 persen penderita sehingga hiruk
pikuk layanan rumah sakit belakangan ini mudah-mudahan tidak akan
terjadi lagi.
Saya setuju dengan pemikiran Anda agar informasi mengenai asuransi
nasional ini segera disampaikan kepada masyarakat. Apa manfaatnya,
bagaimana menggunakannya dan ajakan peran serta masyarakat untuk
memeliharanya.
Mengenai harga obat kanker memang masih amat mahal di negeri kita.
Jika kita bandingkan dengan harga obat kanker di India, misalnya,
harganya masih lebih tinggi bahkan ada yang sampai sepuluh kali lipat.
Untuk obat kanker, kita memerlukan semakin banyak jenis obat kanker
generik sehingga biayanya dapat diturunkan. Bahkan, jika mungkin, obat
itu dapat diproduksi di Indonesia seperti obat AIDS.
Namun, untuk itu semua, kita memerlukan dukungan berbagai pihak, tidak
hanya Kementerian Kesehatan tetapi juga Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) serta industri farmasi nasional kita. Semuanya perlu
duduk bersama untuk mampu mengadakan obat kanker yang murah dan mudah
dijangkau oleh masyarakat.
Peserta asuransi kesehatan swasta tetap dapat melanjutkan sistem
layanan yang selama ini mereka gunakan karena asuransi di luar
asuransi kesehatan nasional tetap berjalan. Asuransi kesehatan
nasional bertujuan membantu pembiayaan kesehatan seluruh warga negara
Indonesia. Jadi bukan hanya untuk kelompok berpenghasilan rendah,
tetapi untuk mencapai hal itu perlu program bertahap. Pada tahap
pertama, tahun 2014, yang akan banyak memetik manfaat adalah warga
negara yang tidak punya jaminan asuransi dan selama ini membiayai
layanan kesehatan dari kantongnya sendiri.
Dr Samsuridjal Djauzi


------------------------------------

Archives terdapat di http://www.yahoogroups.com/group/desentralisasi-kesehatan
Situs web terkait http://www.desentralisasi-kesehatan.net


Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/desentralisasi-kesehatan/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/desentralisasi-kesehatan/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    desentralisasi-kesehatan-dig...@yahoogroups.com 
    desentralisasi-kesehatan-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    desentralisasi-kesehatan-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke