-----Original Message-----
From: "Billy N." <bi...@mediator.web.id>
Sender: desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com
Date: Mon, 17 Jun 2013 20:57:51 
Reply-To: desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com
Subject: [des-kes] Fwd: Dokter Mogok, Pasien Terlantar

http://rakyatsulsel.com/dokter-mogok-pasien-askes-rsud-pangkep-terlantar.html
Dokter Mogok, Pasien Askes RSUD Pangkep Terlantar

Seluruh dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pangkep
yang berjumlah 25 orang menggelar aksi mogok kerja, Senin (17/6).
Mogok kerja ini ditujukan khusus untuk pasien peserta Askes.
Para dokter yang terdiri dari dokter spesialis dan dokter umum ini
menuntut agar pihak Askes memberlakukan tarif maksimal dalam pelayanan
medik di RSUD Pangkep. Akibat aksi mogok ini, puluhan pasien terpaksa
pulang dengan kecewa lantaran tidak bisa mendapat pelayanan medik.
Sebagian lain terpaksa dirawat menggunakan jalur umum.
Nasruddin salah seorang peserta Askes yang mengantar anaknya berobat,
mengaku terpaksa menggunakan jalur umum untuk pemeriksaan penyakit
anaknya. Dia juga harus menebus obat diluar Rumah Sakit.
“Saya ini peserta Askes tapi terpaksa membayar karena dokter tidak mau
melayani. Ini resepnya mau belui obat diluar. Tadi juga sudah bayar
biaya pemeriksaan,” terang Nasruddin usai membayar diloket kasir RSUD
Pangkep.
Sementara itu Bandi (65) seorang pensiunan PNS memilih pulang bersama
istrinya setelah menunggu selama tiga jam. Bandi yang menderita
gangguan syaraf ini mengaku kaget setelah mendengar ada aksi mogok
kerja para dokter.
“Sudah tiga jam saya menunggu, tidak ada dokter. Taldi baru dikasi tau
sama petugas kalau hari ini pasien Askes tidak dilayani dokter,” kata
Bandi diruang tunggu kantor perwakilan Askes.



________________________________
 From: Sarmedi Purba <spurba1...@gmail.com>
To: "desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com" 
<desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com> 
Sent: Tuesday, June 18, 2013 5:06 AM
Subject: Re: Bls: [des-kes] Fwd: Kurangi Kepentingan Politik dalam Kesehatan
 


  
Kok saya melihat terbalik ya? Menururt saya isu kesehatan kurang mendapat 
perhatian dalam politik di negeri ini. Artinya perbaikan pelayanan kesehatan 
tidak cukup diperjuangkan oleh pemerhati kesehatan di ranah politik tingkat 
daerah maupun pusat. Padahal isu ini sangat penting karena lamgsung dirasakan 
oleh masyarakat.

Terlambatmya penerpan asuransi kesehatan menyeluruh di Indonesia sampai lebih 
10 tahun sesudah UU SJSN disahkan tahun 2004 (menururt Dr Kartono belum juga 
direalisasi 1 Januari 2014 seperti apa yang tertulis dalam peraturan 
perundang-undangan-masih tetap seperti selama ini). Pemerhati kesehatan juga 
tidak sepakat dalam konsep poltik universal coverage of health system di 
Indonesia dan karena itu tidak mampu memberikan masukan kepada politisi, 
misalnya calon kepala daerah atau kepala daerah, sehingga para politisi membuat 
seadanya saja. 

Yang mereka rasakan adalah orang berobat harus gratis, yang pada hakekatnya 
sangat betul, bukan dipolitisir. Kalau perhitungannya serba salah, itu bukan 
salah kepala daerah, tetapi Kadis Kesehatan yang juga sering tidak mengerti apa 
yang harus diperjuangkannya. Lantas mengapa pula Kadis Kesehatan yang sering 
menyandang titel SKM atau MKes itu tidak mengerti? Karena mereka tidak diajari 
dengan benar oleh profesor kita di lembaga perguruan tinggi, khususnya dalam 
program pasca sarjana atau fakultas kesehatan masyarakat.

Karena itu saya mengusulkan, dari pada kita mengkritik politisi yang 
mempolitisir kesehatan, lebih baik kita merancang konsep yang kita anggap baik 
dan kebaikan konsep ini hanya bisa diuji dalam kancah politik praktis, apakah 
konsep kita laik jual, apakah feasibel, praktikabel dan apakah sudah pernah 
dibuktikan di lapangan. 

Menyusun konsep akademik program kesehatan tanpa ada bukti keberhasilan 
penerapannya pada daerah yang luas dan jumlah daerah yang besar, sama dengan 
menjadikan konsep kesehatan tetap sekedar wacana.

Sarmedi


 

Kirim email ke