Pak HS;

Kalau untuk penyedap rasa memang asap cair sudah dipakai dari dulu. Tapi jumlah
pemakaiannya sangat sedikit. Sehingga sulit kalau diusahakan dalam skala besar.

Tapi kalau untuk pengawetan makanan atau pengolahan karet, saya belum pernah
dapat inquiry dari buyer. Dari segelintir inquiry yg saya terima dari buyer,
permintaannya cuma sedikit, itu pun minta dikemas dalam botol kecil 50 ml

Harap jangan salah paham, saya tidak anti asap cair. Jika benar bahwa asap cair
banyak peminatnya, saya yang paling happy karena saya bisa produksi banyak
dengan sedikit memodifikasi oven pengarangan saya. Paling sedikit saya bisa
dapat asap cair 1 ton sehari! Kalau ada yang beli Rp 5000/kg, saya sudah dapat
income tambahan Rp 5juta per hari, di luar arangnya!

Saya hanya mengingatkan mereka yg mencoba berinvestasi dalam asap cair ini
supaya lebih teliti dalam melakukan analisis pasar sebelum mengeluarkan uang
banyak utk investasi peralatan dll. Saya punya teman yang berinvestasi di VCO.
Hasilnya mengenaskan karena pasarnya tak seindah yang dibayangkan. Dulu juga ada
gembar-gembor buah merah, biji jarak, mengkudu, dll. Mana hasilnya?

Wassalam;
Syafrinal

*****************************************
TEMU PEMINAT, PEMULA, DAN PELAKU BISNIS SIDAT
*****************************************
Jakarta (Griya Patria), 8 Agustus 2010
Jangan lewatkan kesempatan ini!
Pendaftaran di http://sidatmania.blogspot.com
SMS INFO: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9
*****************************************
GABUNG DI MILIS: http://tiny.cc/milis



________________________________
From: tmihp php <mina...@yahoo.com>
To: agromania@yahoogroups.com
Sent: Sun, July 18, 2010 12:14:04 AM
Subject: Bls: [agromania] penjelasan asap cair

 
Di Jepang, Cina, bahkan Amerika saat ini sebagian besar olahan seafood
menggunakan asap cair sebagai pengawetan ikan segarnya, maupun sebagai penyedap
rasa pada ikan olahan.

Maaf agar tidak terjadi kesalahpahaman, sepengetahuan saya: asap cair di negara2

maju digunakan sebagai flavor, bahasa awamnya: penyedap rasa, bukan: pengawet.
Dan ini umumnya digunakan dalam olahannya, bukan ikan segarnya.

Salam,
HS

========> ********** <========
JASA PERANTARA AGROMANIA
Menjualkan dan Mencarikan Komoditi Agro
Isi Formulir di http://tiny.cc/bursa
SMS INFO: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9
========> ********** <========
GABUNG DI MILIS: http://tiny.cc/milis

________________________________
Dari: menik sumasroh <menik_sumas...@yahoo.co.id>
Kepada: kopbi...@googlegroups.com
Cc: agromania@yahoogroups.com; a...@yahoogroups.com
Terkirim: Jum, 16 Juli, 2010 01:05:27
Judul: [agromania] penjelasan asap cair

Sayang sekali bila kita dengan mudah mengclaim informasi sebagai hoax.
Fungsi asap cair sebagai pengawetan bukanlah hal yang mustahil, mengingat bahwa
asap cair tidak saja mengandung formaldehid alami, tetapi juga dilengkapi dengan

komponen lain yang juga bersifat mengawetkan seperti fenolat dan asam.
Memang efektifitas formaldehid alami ini tidak sekuat formaldehid sintetik (atau

yang kita kenal dengan formalin), tapi dengan dukungan kandungan asamnya yang
terdiri dari asam asetat, asam butirat, iso valerat, valerat, maupun propionat
yang pada pH 5 efektif mematikan kapang dan bakteri. Asam ini juga memberikan
lingkungan yang tidak nyaman bagi mikrobial. Demikian juga dengan kandungan
fenolatnya yang didominasi siringol, guaiakol, eugenol, berfungsi sebagai
antioksidan yang melindungi terhadap kerusakan akibat oksidasi pada lemak maupun

protein pada bahan pangan.

Saat ini penggunaan formalin dan obat pembasmi hama masih marak dilakukan untuk
pengawetan pangan. Di tingkat nelayan maupun pedagang ikan, penggunaannya masih
lazim digunakan walaupun sudah dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Demikian juga

pada produsen tahu, dll. Padahal formalin ini umumnya digunakan sebagai pengawet

mayat di bidang kedokteran. Adapun efek samping penggunaan formalin pada produk
pangan adalah memicu Asma, bronchitis dan pneumonia, sesak napas, disphagia,
dermatitis dan reaksi sensitifitas, ulcerasi dan nekrosis pada jaringan mucus,
hematemesis dan diare disertai darah, hematuria (adanya darah dalam urine),
anuria, asidosis, vertigo dan kegagalan sirkulasi. Tentu kita tidak menghendaki
efek samping ini menimpa kita ataupun keluarga kita. Tapi realita dilapangan
adalah demikian.

Sementara itu kita mempunyai alternatif pengganti pengawet berbahaya ini yaitu
asap cair. Terbuat dari biomassa yang ketersediannya berlimpah di tanah air
kita, serta memungkinkan untuk diproduksi masyarakat. Sehingga suplainya
mestinya tidak menjadi masalah.

Di Jepang, Cina, bahkan Amerika saat ini sebagian besar olahan seafood
menggunakan asap cair sebagai pengawetan ikan segarnya, maupun sebagai penyedap
rasa pada ikan olahan. Demikian juga di Malaysia baru akan mulai sosialisasi.
Bagaimana di Indonesia?

Memang kondisi pasar asap cair untuk pangan di Indonesia belum tercipta. Masih
membutuhkan perjuangan bersama untuk mewujudkannya. Ini lebih bersifat
birokratik. BPOM menyetujui asap cair sebagai aditif pada pangan tetapi bukan
sebagai pengawet, karena acuan BPOM adalah codex alimentarius, yang di dalamnya
tidak terdapat daftar asap cair sebagai pengawet.
Bila kita ambil sisi positifnya, secara political bisnis, ini juga menguntungkan

bagi industri pangan, karena dia bisa mengawetkan produknya dan mengclaim
sebagai produk bebas pengawet. Tetapi di tataran sosialisasi hal ini menjadi
pembatas.

saat ini kita sedang mencoba untuk memperjuangkannya di menteri kesehatan. Kita
sedang mempersiapkan untuk membahas dan menkonsep masalah ini dengan staf ahli
khusus bidang kebijakan politik kesehatan. semoga dilema ini sgera
terselesaikan.

Bagi kawan-kawan yang sudah memproduksi asap cair, bisa japri ke saya, agar kita

tahu peta kekuatan kita. Malaysia minta 5000 liter. Peluang pasar lainnya juga
sedang kita jajaki. Ayo...... kita ciptakan pangan yang sehat. Tambah semangat !

Selalu tingkatkan amal usaha dan karya nyata kita.

Dari: Hendriyanto - <hendriyanto...@yahoo.com>
Judul: Fw: [agromania] Tanya Liquid smoke
Kepada: kopbi...@googlegroups.com
Tanggal: Rabu, 14 Juli, 2010, 6:20 AM

Ada yg tahu kebenaran issu dibawah ini
Semoga tidak terjadi

Salam
Hendriyanto






[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke