maaf mau tanya...ini asli atau betul? karena kakak ipar memerlukan terapi juga.....
Dahulu pernah muncul juga berita seperti ini, mohon maaf nampaknya perlu di cek dahulu, paling tidak di googling mengenai materi ini....sebelum menjadi polemik di milis ini. terimakasih irwan ========> ********** <======== BURSA JUAL-BELI AGROMANIA Jaminan Kepastian & Keamanan Bertransaksi Isi Formulir di: http://tiny.cc/bursa SMS INFO: 0813-9832-9632 ========> ********** <======== GABUNG DI MILIS: http://tiny.cc/milis On 5/18/10, Rumi Lanvar <rumilan...@yahoo.com> wrote: > sharing artikel..... . > > Kanker > kini tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesia dapat > memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman > 'KELADI TIKUS” (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman > obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan > berbagai penyakit berat lain. Tanaman sejenis talas dengan tinggi > maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya tumbuh di semak yang tidak terkena > sinar matahari langsung. “Tanaman ini sangat banyak ditemukan di > Pulau Jawa,” kata Drs.Patoppoi Pasau, orang pertama yang menemukan > tanaman itu di Indonesia. Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun > 1995 oleh Prof Dr Chris K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), > MS, PhD dari Universiti Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care > Penang, Malaysia. Lembaga perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 > itu telah membantu ribuan pasien dari Malaysia , Amerika, Inggris, > Australia, Selandia Baru, > Singapura, dan berbagai > negara di dunia. > > > Di > Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di Pekalongan, > Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker payudara > stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah kanker ganas > tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus menjalani > kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel) untuk menghentikan > penyebaran sel-sel kanker tersebut. “Sebelum menjalani > kemoterapi,dokter mengatakan agar kami menyiapkan wig (rambut palsu) > karena kemoterapi akan mengakibatkan kerontokan rambut, selain > kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan,”jelas Patoppoi. > > > Selama > mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus berusaha > mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan informasi > mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati kanker. > “Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysia untuk membeli teh > tersebut,” ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada > di sebuah toko obat di Malaysia , secara tidak sengaja dia melihat dan > membaca buku mengenai pengobatan kanker yang berjudul “Cancer, Yet They > Live” karangan Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996. “Setelah saya baca > sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut. Begitu menemukan buku > itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi, tapi langsung pulang ke > Indonesia ,” kenang Patoppoi sambil tersenyum. Di buku itulah Patoppoi > membaca khasiat typhonium flagelliforme itu. Berdasarkan > pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat Departemen > Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari > tanaman > tersebut. > Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat, familinya > di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata, mereka > menemukan tanaman itu di sana. Setelah mendapatkan tanaman tersebut > dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di Malaysia > untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu. > > > Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan > menjelaskan bahwa tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. “Dr Teo > mengatakan agar tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat,” > lanjut Patoppoi. Akhirnya, dengan tekad bulat dan do’a untuk > kesembuhan, Patoppoi mulai memproses tanaman tersebut sesuai dengan > langkah-langkah pada buku tersebut untuk diminum sebagai obat. Kemudian > Patoppoi menghubungi putranya, Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk > ikut mencarikan tanaman tersebut. “Setelah melihat ciri-ciri tanaman > tersebut, saya mulai mencari di pinggir sungai depan rumah dan > langsung saya dapatkan tanaman tersebut tumbuh liar di pinggir > sungai,” kata Boni yang mendampingi ayahnya saat itu. > > > Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi > mengalami penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. > Rambutnya berhenti rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. > “Bahkan nafsu makan ibu saya pun kembali normal,” lanjut Boni.Setelah > tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani > pemeriksaan kankernya. “Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh > mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta ,” kata Patoppoi. Para > dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan > pada isterinya. “Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah > memberikan dosis kemoterapi kepada kami,” lanjut Patoppoi. Setelah > diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter pun > mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar mengembangkannya. > Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak mengalami efek samping > kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan pemeriksaan yang seharusnya > tiga bulan > sekali > diundur menjadi enam bulan sekali.”Tetapi karena sesuatu hal, para > dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan > tanaman sebagai pengobatan alternatif,” sambung Boni sambil tertawa. > > > Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan > peningkatan keadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian > menghubungi Dr.Teo melalui fax untuk menginformasikan bahwa tanaman > tersebut banyak terdapat di Jawa dan mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan > penggunaan tanaman ini di Indonesia. Kemudian Dr Teo langsung membalas > fax kami, tetapi mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, > karena jarak yang jauh,” sambung Patoppoi. Meskipun Patoppoi > mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan dalam bahasa Indonesiadan > disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkan agar kedua belah > pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha nyata membantu > penderita kanker di Indonesia. > > > Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas > mengenai meninggalnya Wing Wir yanto, salah satu wartawan handal Jawa > Pos, Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci mengenai gejala, > penderitaan, pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan > salah satu pengalamanpengobata n penderita kanker usus yang dijelaskan > di buku tersebut. Dan eksperimen pengobatan tersebut berhasil > menyembuhkan pasien tersebut. “Lalu saya langsung menulis di kolom > Pembaca Menulis di Jawa Pos,” ujar Boni. Dan tanggapan yang > diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam sehari, bisa sekitar 30 > telepon yang masuk. “Sampai saat ini, sudah ada sekitar 300 orang yang > datang ke sini,” lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH. Khamdani, > Buduran Sidoarjo. Pasien pertama yang berhasil adalah penderita > Kanker Mulut Rahim stadium dini. Setelah diperiksa, dokter mengatakan > harus dioperasi. Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil > menunggu rumahnya > laku > dijual > untuk biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos. Setelah > diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasien > tersebut datang lagi dan melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi, > karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif. > > > Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, > Patoppoi berusaha untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan > Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, > Sampurno, Patoppoi dapat menemui Dr. Teo di Penang, Malaysia. Di kantor > Pusat Cancer Care Penang, Malaysia, Patoppoi mendapat penerangan lebih > lanjut mengenai riset tanaman yang saat ditemukan memiliki nama > Indonesia. Ternyata saat Patoppoi mendapat buku “Cancer, Yet They Live” > edisi revisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku > tersebut, serta pengalaman isterinya dalam usahanya berperang melawan > kanker. Dari pembicaraan mereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi > mendirikan perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya. Maka secara > resmi, Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga > sosial Cancer Care Indonesia, yang juga disebutkan dalam buletin > bulanan Cancer Care. > > > Cancer Care Malaysia telah mengembangkan bentuk pengobatan > tersebut secara lebih canggih. Mereka telah memproduksi ekstrak keladi > tikus dalam bentuk pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan > berbagai tananaman lainnya dengan dosis tertentu. “Dosis yang > diperlukan tergantung penyakit yang diderita,”kata Boni.Untuk > mendapatkan obat tersebut, penderita harus mengisi formulir yang > menanyakan keadaan dan gejala penderita dan akan dikirimkan melalui fax > ke Dr. Teo. “Formulir tersebut dapat diisi disini, dan akan kami > fax-kan. Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan resep > sekaligus obatnya, dengan harga langsung dari Malaysia , sekitar > 40-60 Ringgit Malaysia ,” lanjut Boni. “Jadi pasien hanya membayar > biaya fax dan obat, kami tidak menarik keuntungan, malahan untuk yang > kurang mampu, Dr.Teo bisa memberikan perpanjangan waktu pembayaran.” > tambahnya. > > > Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba oleh > salah satu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap > kanker ginjal. Ada dua pasien yang sedang dirawat dokter yang pernah > menjabat sebagai direktur salah satu rumah sakit terbesar di Surabaya > ini. Pasien pertama yang mengidap kanker rahim tidak sempat diberi > pengobatan dengan keladi tikus karena telah ditangani oleh rekan-rekan > dokter yang telah memiliki reputasi. Setelah menjalani kemoterapi dan > radiologi, pasien tersebut mengalami kerontokan rambut, kulit rusak > dan gatal, dan selalu muntah. Tetapi pada pasien kedua yang mengidap > kanker ginjal, dokter ini menanganinya sendiri dan juga memberikan > pil keladi tikus untuk membantu proses penyembuhan kemoterapi.Pada > pasien kedua ini, tidak ditemui berbagai efek yang dialami penderita > pertama, bahkan pasien tersebut kelihatan normal. Tetapi dokter ini > menolak untuk diekspos karen menurutnya, pengobatan ini belum > resmi > diteliti > di Indonesia. Menurutnya, jika rekan-rekannya mengetahui bahwa dia > memakai pengobatan alternatif, mereka akan memberikan predikat sebagai > “ter-kun” atau dokter-dukun. “Disinilah gap yang terbuka antara > pengobatan konvensional dan modern,” kata dokter tersebut. > > > Banyak > hal menarik yang dialami Boni selama menerima dan memberikan bantuan > kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu berat putaw dan sabu-sabu > di Surabaya , yang pada akhirnya pecandu tersebut mendapat kanker > paru-paru. Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III, pasien > tersebut mengkonsumsi pil dan teh dari Cancer Care. Hasilnya cukup > mengejutkan, karena ternyata obat tersebut dapat mengeluarkan racun > narkoba dari peredaran darah penderita dan mengatasi ketergantungan > pada narkoba tersebut. “Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir > racun dengan keladi tikus dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena > pasti akan timbul resistensi. Jadi jangan seperti kebo, habis mandi > berkubang lagi,” sambung Boni sambil tertawa.Juga ada pengalaman pasien > yang meraung-raung kesakitan akibat serangan kanker yang > menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah tidak mempan > lagi. Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa > saat > kemudian > pasien tersebut tenang dan tidak lagi merasa kesakitan. Menurut data > Cancer Care Malaysia, berbagai penyakit yang telah disembuhkan adalah > berbagai kanker dan penyakit berat seperti kanker payudara, paru-paru, > usus besar-rectum, liver, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, > tulang, otak, limpa, leukemia, empedu, pankreas, dan hepatitis. > > > Catatan: > Wanita hamil dilarang menggunakan herbal ini > Setelah > operasi tidak boleh langsung minum keladi tikus, harus menunggu sekitar > 2 minggu > Dua hari pertama setelah minum mungkin akan mual, sedikit > diare, kotoran hitam, dan lesu > > Cara Pesan: > · Harga belum termasuk ongkos kirim , jabotabek : 5000 per kg via > tiki-jne > · Harga Keladi Tikus @ 30.000 per botol isi 80 kapsul > · JAPRI ya > · Pembayaran dilakukan dengan cara transfer ke BCA/ Mandiri > · Semua Produk mempunyai Sertifikat halal MUI dan Registrasi POM > · Tidak ada minimal Pembelian ------------------------------------ GABUNG DI MILIS: http://tiny.cc/milisYahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/agromania/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/agromania/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: agromania-dig...@yahoogroups.com agromania-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: agromania-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/