Investasi Sayur Organik yang Menjanjikan

Sayuran organik terus
merangkak gengsinya. Kalangan masyarakat perkotaan seakan wajib
mengkonsumsi sayur tanpa sentuhan pestisida itu. Dimaklumi karena sayur
organik memiliki nilai kesehatan lantaran tidak tersentuh bahan-bahan
kimia yang notabene bersumber dari pestisida dan pupuk kimia.

Untuk mendapatkan
sayur organik, sebagian besar masyarakat membelinya di supermarket
tanpa mengenal harga. Artinya, biar harga mahal, tetap dibeli.
Terpenting sayuran itu bebas pestisida.
Sekarang jumlah konsumen sayur organik semakin menanjak di bumi pertiwi 
terutama kawasan perkotaan. Di Surabaya sudah puluhan ribu peminatnya. Dalam 
setiap masakan selalu menghadirkan sayuran organik.
Menginat permintaan
pesat, sejumlah supermarket di Surabaya menggandeng petani, nursery
atau pengembang sayur organik di daerah-daerah dan luar kota dengan
harapan stoknya selalu tersedia. Salah satu pengembang yang berhasil
digandeng adalah Pondok Pesantren Riyadlul Jannah, Pacet, Mojokerto.
Menurut Ir M Munif, penanggung jawab green house Pondok Pesantren
Riyadlul Jannah, bahwa pihaknya kini sudah bekerjasama dengan sejumlah
supermarket Super Indo di Surabaya dengan memasok sejumlah sayuran
organik meliputi kangkung, bayam merah, bayam hijau, pakcoy dan sawi.

Pihak Pondok
Pesantren berhasil memenuhi permintaan supermarket baik dari sisi jenis
maupun kapasitas sayur dalam setiap pengiriman. “Untuk memenuhi
permintaan yang besar, kami telah membangun green house sebanyak 20
unit di dalam pondok dan 2 unit di luar pondok,” kata M Munif kepada AGROBIS di 
kebunnya, Jl Hayam Wuruk No 22, Pacet-Mojokerto, belum lama ini.
Green house sebanyak
itu digunakan untuk mengebunkan 5 jenis sayuran sesuai permintaan
supermarket. Dan seluruh sayur yang dikembangkan menggunakan cara-cara
organik baik pemupukan maupun pengendalian hama dan penyakit,” tandas
Munif.
Ia menegaskan, dari
20 green house yang ada, masing-masing dibangun dalam ukuran 5 x 8 m, 5
x 10 m dan 5 x 15 m. Agar pihak pondok dapat memenuhi permintaan rutin,
pengembangan sayuran di tiap-tiap green house dilakukan secara bergilir
dengan selisih 2 hari. Artinya, tidak semua jenis sayur ditanam
serentak, melainkan secara bergantian supaya tiap 2 hari bisa dilakukan
pemanen.
“Dari pemanenan itu,
Ponpes Riyadlul Jannah mampu mengirim sayur organik beberapa jenis ke
supermarket sebanyak 200 bungkus tiap 2 hari sekali. Sementara
tiap-tiap jenis sayuran, dipanen ketika umur 20 hari,” tandas pria
jebolan IPB Bogor itu.
Kata ia, 1 bungkus
sayuran dibanderol Rp 2400 oleh pihak supermarket. Sementara 1 bungkus
sayuran hanya berkapasitas 250 gram saja. “Ya untuk sementara kami
mampu mengirim 200 bungkus itu per hari mas. Padahal pihak supermarket
meminta dengan kapasitas yang lebih besar lagi,” kata pria kelahiran
Surabaya itu seraya berujar pihaknya akan mengembangkan produksi sayur
organik tersebut demi memenuhi permintaan supermarket yang lebih besar
tentunya.
Penyuburnya Air Cucian Beras
Selama merawat
sayuran organik itu, Pondok Pesantren Riyadlul Jannah seakan
“mengharamkan” pemakaian pupuk kimia dan pestisida kimia. “Kami murni
menggunakan cara-cara alami,” papar Munif tanpa menutup-nutupi.
Bagaimana kiat
menyuburkan sayuran produksinya? Ternyata media tanam dalam green house
dicampur bokashi bikinan sendiri. Pupuk organik berbahan kotoran ternak
yang difermentasi itu disebar di atas permukaan tanah yang masih berada
di dalam green house.
Berikutnya diratakan
menggunakan bajak mini yang dikendalikan satu orang. Setelah merata,
baru biji-biji sayuran itu disebar di atas permukaan media tanam
tersebut.
Untuk menggenjot
pertumbuhan sayuran tersebut, Munif juga membuat pupuk cair sendiri
dengan bahan air limbah pisang yang dicampur air cucian beras. Kemudian
keduanya difermentasi menggunakan decomposer (misalnya decomposer
SYMBIOS).
Dalam pelaksanaannya,
ia membuat pupuk cair berkapasitas 100 liter. Air cucian beras dan
cairan limbah pisang dimasukkan ke dalam drum berkapistas 100 liter
itu. “Lalu ditambahkan decomposer 1 liter dan tetes tebu 2 literan.
Berikutnya larutan itu diaduk sampai kondisinya merata. Nah, setelah
itu drum ditutup sampai seminggu lamanya agar proses fermentasi
berlangsung sempurna,” papar Munif.
Setelah seminggu
difermentasi, pupuk organik cair itu disemprotkan pada media tanam dan
tanaman sekalian masing-masing ketika sayuran berumur 7, hari, 14 hari
dan 20 hari. Dari aplikasi pupuk organik itu, sayuran tersebut
benar-benar tumbuh subur serta sehat karena bebas pestisida kimia.

Cabe Organik pun Laris Manis


Di Dusun Sumberan, Desa Sajen, Kec Pacet, Kab Mojokerto
juga dikembangkan cabe organik yang ternyata memiliki prospek besar di
pasaran. Regen Sutrisno selaku petaninya melakukan cara-cara organik
selama merawat cabe tersebut.

Hal ini dimaklumi
karena produk cabe yang dihasilkan dipastikan sehat lantaran tak
terakumulasi bahan kimia akibat aplikasi pestisida dan pupuk buatan
(kimia).
Dari bertani organik
itu, cabe milik pria yang akrab disapa Pak Regen itu laris manis di
pasaran. Sementara tengkulaknya datang sendiri ke lahan. Di lain pihak,
harga cabe organik itu juga sedikit lebih tinggi ketimbang cabe biasa
yang sama-sama merk Arimbi atau Profit. Saat ini harga
cabe besar di tingkat petani berkisar Rp 6000 per kilo. Tapi cabe “made
in” Regen menembus Rp 7000 per kilo karena perawatannya organik.
Selama merawat kebun cabenya yang seluas setengah hektar itu, Regen menggunakan 
pupuk organik cair merk Symbios selain NPK. Pupuk ini disemprotkan pada media 
tanamnya setiap 1 – 2 minggu sekali dengan dosis 5 – 10 cc per liter air.


Menurut Drh Purnomo,
Konsultan Symbios, bahwa kehebatan pupuk organik cair itu tidak lepas
dari kandungannya yang merupakan bakteri pengurai, masing-masing
memiliki fungsi: pengikat nitrogen (N), pelepas pospat (P), pelepas
Kalium (K), penghasil zat pengatur tumbuh (ZPT), pengendali penyakit
dan pengurai limbah organik (dekomposisi).

Dalam
aplikasinya, Symbios harus dicampur Bioaktifator. Symbios berbentuk
cair dan Bioaktifator berbentuk bubuk. Dalam mengoplos harus mengikuti
aturan berikut: 1 liter Symbios dicampur dengan 50 gram Bioaktifator.
“Kocok
sampai formula tersebut menyatu dan rata. Setelah itu disimpan selama 3
– 5 hari. Berikutnya pupuk cair tersebut bisa diaplikasi pada media
cabe dengan dosis 5 – 10 cc per liter air,” papar Drh Purnomo di
sela-sela mengawasi cabe organik itu. “Berkat” aplikasi Symbios itu,
produksi cabe meningkat menjadi 1 – 1,5 kilo per pohon.
Sumber Tabloid Agrobisnis, Edisi-821, Maret 2009

-----------------------------------------
Cara Mudah dan Cepat Bergabung di:
AGROMANIA BUSINESS CLUB (ABC)
-----------------------------------------
(1) Buka: http://tiny.cc/formulir
(2) Isi data Anda dengan lengkap dan benar
(3) Tekan tombol Submit Form. Tunggu sebentar
(4) Klik Continue. Data Anda akan langsung masuk
(5) Kirim SMS ke: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 dengan isi "Daftar�
-----------------------------------------
|a|g|r|o|m|a|n|i|a
Online & Terpercaya Sejak 1 Agustus 2000

Kirim email ke