Saat ini Indonesia berada di peringkat kedua sebagai negara produsen karet alam terbesar di dunia. Peringkat pertama ditempati Thailand, sedangkan Malaysia di posisi ketiga. Dari segi areal perkebunannya, Indonesia boleh berbangga diri karena memiliki hamparan kebun karet terluas di dunia. Menurut catatan Ditjen Perkebunan, Departemen Pertanian, sampai tahun 2008 lalu luas areal perkebunan karet Indonesia mencapai sekitar 3,47 juta ha dengan total produksi karet alam sebanyak 2.921.872 ton. Pada tahun 2009 ini, luas areal perkebunan karet diperkirakan akan bertambah menjadi 3.524.583 hektar dengan produksi sebanyak 3.040.111 ton.
Namun, rasio antara volume produksi karet dengan luas areal perkebunan yang ada menunjukkan produktivitas yang masih rendah. Hal ini disebabkan sekitar 85% dari total perkebunan karet di Indonesia merupakan perkebunan rakyat. Menurut beberapa hasil penelitian, produktivitas perkebunan karet rakyat masih sangat rendah, yaitu sekitar 600 800 kg per hektar per tahun. Perkebunan rakyat umumnya belum menggunakan bibit karet dari klon-klon unggul, pemeliharaannya masih sederhana, serta banyak tanaman karet yang sudah tua dan rusak. Padahal, di Thailand dengan menggunakan bibit karet dari klon unggul disertai pemeliharaan yang baik, produktivitasnya dapat mencapai 1.500 2.000 kg per hektar per tahun. Melalui program revitalisasi perkebunan, pemerintah berupaya menyediakan bibit karet dari klon-klon unggul, melakukan perluasan areal tanam serta peremajaan tanaman karet yang sudah tua dan rusak. Program yang dimulai sejak 2006 tersebut, hingga tahun 2010 diharapkan dapat meremajakan kebun karet rakyat seluas 736.000 hektar. Dalam bidang agribisnis dan industri karet ini, pemerintah Indonesia mempunyai obsesi dapat menyalip Thailand di peringkat pertama sebagai negara produsen karet alam terbesar dunia. Prospek dan peluang ke arah itu cukup terbuka. Menurut ramalan ahli pemasaran karet dunia, Dr. Hidde P. Smit yang juga Sekretaris Jenderal International Rubber Study Group (IRSG), bahwa prospek perdagangan karet alam dunia sangat baik. Dalam jangka panjang, perkembangan konsumsi karet alam akan mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari 9,23 juta ton pada tahun 2006 diprediksi menjadi 11,9 juta ton pada tahun 2020. Sementara itu, dua di antara tiga negara penghasil karet alam terbesar, yaitu Malaysia dan Thailand, dengan kekuatan ekonominya yang berkembang cepat, mungkin menjadi generasi baru dari Newly Industrialized Countries (NICs), sehingga kedua negara tersebut akan meninggalkan agrobisnis karet. Momentum tersebut dapat dimanfaatkan Indonesia untuk mengisi kekurangan pasok karet bagi kebutuhan dunia. Pemerintah Indonesia sendiri telah menetapkan sasaran peningkatan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2020. Upaya peningkatan produksi tersebut tentu membutuhkan rangsangan harga produk karet yang menguntungkan. Seperti yang terjadi pada pertengahan tahun 2006, karet alam dunia mencapai harga US$2,5 per kg. Harga tersebut sangat menggairahkan petani dan pelaku usaha karet lainnya. Lebih fenomenal lagi pada pertengah tahun 2008, harga karet dunia mencapai US$3,4 per kg. Ini merupakan harga karet alam tertinggi selama 50 tahun terakhir. Sayangnya, harga tinggi tersebut tidak berlangsung lama. Pada akhir tahun 2008, harga karet alam di pasar global anjlok hingga ke level terendah senilai US$1,2 per kg. Hal ini disebabkan turunnya harga minyak mentah dunia serta terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat. Padahal, selama ini Amerika Serikat merupakan importir karet alam terbesar dunia bersama China dan Jepang. Akibat krisis keuangan tersebut, beberapa industri kendaraan mengalami gulung tikar sehingga permintaan ban berkurang dan dampak lebih jauhnya terjadi penurunan permintaan terhadap bahan baku karet alam. Sementara di dalam negeri sendiri, Indonesia belum mampu memanfaatkan produk karet alam secara optimal. Dari sekitar 2,9 juta ton produk karet nasional, sebanyak 85% diekspor dalam bentuk bahan baku (crumb rubber, sheet, lateks, dan sebagainya). Hanya sekitar 15% atau 435.000 ton produk karet alam yang diserap oleh industri rekayasa di dalam negeri. Dari 435.000 ton produk karet tersebut, sebagian besar (55 persen) diserap oleh industri ban kendaraan bermotor. Selebihnya diserap oleh industri sarung tangan karet, benang dan kondom (17 persen), alas kaki (11 persen), vulkanisir (11 persen), dan barang-barang karet lainnya (9 persen). Dengan kondisi industri otomotif dunia yang kurang kondusif, maka bukan mustahil eksistensi industri ban nasional turut terancam pula. Kondisi tersebut merupakan prospek dan peluang bagi para investor untuk melakukan investasi dan bisnis di ranah perkaretan Indonesia. Pemerintah perlu memberikan dukungan kebijakan yang kondusif agar eksistensi agribisnis dan industri perkaretan nasional tetap dapat bersaing di pasar global. Selain upaya meningkatkan produksi dan kualitas produk karet, juga perlu dipacu upaya peningkatan daya serap bahan baku karet oleh industri di dalam negeri sendiri. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai dinamika agribisnis dan industri karet Indonesia di tengah persaingan pasar global, PT Media Data Riset telah melakukan kajian dan menyusunnya dalam bentuk Study Report. Laporan disusun sekitar 300 halaman dan ditawarkan kepada lembaga/institusi terkait dengan harga Rp5.000.000 (Lima juta rupiah) per copy untuk versi bahasa Indonesia, atau US$750 (Tuju ratus lima puluh US Dollar) per copy untuk versi bahasa Inggris. Bagi yang berminat dapat menghubungi PT Media Data Riset, Jakarta, melalui Telepon: 021-8093140 / Fax: 021-80960xx atau mobile phone: 0852170619xx maupun melalui email : sa...@mediadata.co.id / mediadatari...@yahoo.com ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Mau Gabung di AGROMANIA BUSINESS CLUB (ABC)? Kenal dulu dan ikuti langkah sukses mereka di: DIREKTORI: http://tiny.cc/direktori BERGABUNG: http://tiny.cc/formulir INFO: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS Only) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ |a|g|r|o|m|a|n|i|a Online & Terpercaya Sejak 1 Agustus 2000 MAILING LIST: http://tiny.cc/milis KIOS PRODUK: http://tiny.cc/kios BURSA JUAL-BELI: http://tiny.cc/bursa