Masalah Mas Eko ini dulu juga dialami oleh para petani jarak binaan saya sekarang ini. Pada saat saya memulai penanaman jarak dengan sistem kemitraan dengan petani ini ... waduh berat banget. Para petani sudah terlanjur sakit hati dan tidak percaya sama hal-hal yang berbau jarak.
Di Madura ... saya mendengar sendiri keluhan petani. Mereka menjadi korban para "penjual benih" seperti yang terjadi di desa Mas Eko. Informasi yang saya peroleh dari petani sungguh-sungguh mengejutkan. Para "penjual benih" ini memberikan janji yang muluk-muluk seperti kepastian pasar dengan harga minimal 6,000. Untuk memuluskan jalan mereka, mereka mendekati para kyai dan ulama. Saya sempat terkaget-kaget waktu saya dengar dari petani kalau mereka harus membeli benih jarak Rp. 150/biji ... PER BIJI!!! Bisa dibayangkan keuntungan "penjual benih" ini dari para petani tersebut. Satu lagi kejadian yang membuat saya trenyuh adalah di Ponorogo. Saat kesana, petani sedang dalam proses pembabatan tanaman jarak kepyar. Saya bilang ke mereka untuk tidak dibabat karena kami akan membeli hasil panen mereka. Mereka tidak percaya dan tetap membabat dan membakar tanaman jarak tersebut. Tapi tetap kami membeli hasil panen mereka yang disimpan dirumah. Baru mereka percaya dan menghentikan pembabatan dan pembakaran tersebut. Alhamdulillah dengan pendekatan yang kontinyu dan dengan bantuan dari Balitas serta pemuka masyarakat setempat, kami berhasil meyakinkan petani-petani tersebut untuk kembali menanam jarak. Bibit kami sediakan.. Kalau dulu mereka hanya diberi omongan doang, sekarang kami menuangkan kerjasama tersebut dalam MOU. Kami memang baru dalam bidang jarak ini ... tapi kami serius dalam mengembangkan jarak dan turunannya di Indonesia. Kami menggandeng Balitas yang ahli dalam bidang jarak untuk memberikan penyuluhan dan pendampingan sampai panen pertama. Kami juga bekerjasama dengan professor dari China untuk pengembangan turunan produk jarak termasuk tumpang sari dan ternak ulat sutra. Saya rasa hanya jarak lah yang bisa diharapkan di daerah-daerah yang banyak mempunyai lahan kritis seperti NTB, NTT, Sulawesi, Pacitan dan Trenggalek. Sulit sekali untuk menanam apa pun pada lahan-lahan kritis tersebut ... dan jarak adalah jawabannya. Dan memang jarak kurang bagus ditanam di lahan yang terlalu subur, semakin tinggi tingkat kesuburan tanah, semakan jarang pula jarak tanamnya. Sekali lagi ... kalau ditanami jarak saja memang tidak menguntungkan. Tetapi dengan ditumpang sari sama tanaman lain, akan menjadi sangat menguntungkan. Di Madura petani menanam wijen disela-sela jarak. Kami sediakan benih wijen nya dari Balitas juga. Kami juga menyediakan pasar untuk hasil panennya. Di Situbondo ditanami jagung diantara jarak kepyar dan di Sulawesi dengan nilam. Belum lagi nanti dengan adanya peternakan ulat sutra yang sekarang sedang kami pelajari dari rekanan kami di Cina. Saya rasa jarak menjadi salah satu produk perkebunan yang bisa diandalkan. Kalau India dan Cina bisa makmur dengan teknologi jaraknya, kenapa kita tidak? Salam, Wiwik ************************************************** FASILITAS BARU ANGGOTA ABC!! (1) ANGGOTA Agromania Business Club (ABC) kini dapat melakukan posting dan mempublish postingannya sendiri kapan saja di milis Agromania tanpa dibaca atau diedit dulu oleh moderator (not moderated). Aturan main bisa Anda lihat di: http://www.agromania.co.cc (TAB SMS) (2) DATA anggota Agromania Business Club (ABC) akan otomatis dimasukkan dalam direktori terbaru terbitan Agromania. (3) DATA anggota Agromania Business Club (ABC) akan otomatis dionlinekan di Pusat Data kami (http://www.agrodata.co.cc) agar bisa diketahui oleh semua relasi kami baik di dalam maupun di luar negeri INFORMASI: http://www.agromania.co.cc BERGABUNG: http://www.formulirabc.co.cc DIREKTORI: http://www.direktoriabc.co.cc ************************************************** --- On Thu, 12/18/08, Fabianus Eko Mujiyono <pheeby1...@yahoo.com> wrote: From: Fabianus Eko Mujiyono <pheeby1...@yahoo.com> Subject: Re: [agromania] Kutipan-kutipan soal jarak To: agromania@yahoogroups.com Date: Thursday, December 18, 2008, 1:55 AM Saya hampir saja mencelakakan para petani di kampung saya saat awal booming jarak, untung saya segera sadar bahwa yang menawari saya hanyalah "bakul" bibit jarak. saya ogah meneruskan ketika mereka sudah mulai mengatakan beli bibit seharga xxx##, masak pemodal kok menjual bibitnya, padahal janji pertama, kami menyediakan lahan dan tenaga. Untung bapak saya yang waktu itu saya minta untuk aprroach ke para pinisepuh bisa mengambil langkah bijak. Kalau mau biji jarak dijadikan bahan bakar dan pelumas pakai aja cara jepang, pasti lebih menguntungkan negara (notabene pegawai pemerintah yang selalu fasih menghitung "kutipan" meski proyek belum rampung digagas). Kalau dirasa-rasa emang sekarang ini kita telah sukses dijajah tetangga sendiri. Jadi ke depan semakin pintarlah petani Indonesia, pintar tidak selalu harus sekolah tinggi-tinggi. cukup ngumpul dengan orang yang benar saja sudah akan banyak membantu. Jangan gampang percaya kepada siapapun, apalagi pada pejabat dan politikus. Yakinlah dengan kemampuan dan kepintaran yang telah diwariskan turun-temurun dari para sesepuh kita. tidak semua yang tradisional kalah dengan yang modern. sudah waktunya PETANI BERPIKIR SENDIRI. Eko Mujiyono ************ ********* ********* Pelaku dan Indeks Komoditi Direktori Agromania Business Club (ABC): penjual dan pembeli minyak sayur curah, penjual dan pembeli minyak serah wngi, penjual dan pembeli minyak sereh, penjual dan pembeli minyak sereh wangi, penjual dan pembeli minyak tangkai cengkeh (cso), penjual dan pembeli minyak tulang, penjual dan pembeli minyak vanili. DIREKTORI: http://www.direktor iabc.co.cc FORMULIR: http://www.formulir abc.co.cc INFORMASI: http://www.agromani a.co.cc MAILING LIST: http://www.milisabc .co.cc INFO SMS: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9 (SMS ONLY) ************ ********* ********* [Non-text portions of this message have been removed]