Saya dapat kiriman ini dari teman. Apa bisa dilihat gambarnya?

==============================
Agromania Business Club (ABC)
http://www.agromania.co.cc
==============================


--- Pada Ming, 16/11/08, forum - grantung <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
Dari: forum - grantung <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: [Thorjo] [FORUM - GRANTUNG] Keladi tikus (OBAT KANKER)
Kepada: [EMAIL PROTECTED]
Tanggal: Minggu, 16 November, 2008, 7:52 AM



Dari sumber lain.
Bango


Keladi Tikus, Bukan Keladi Biasa


Beberapa tahun yang lalu beredar kabar heboh di dunia maya alias internet. 
Diberitakan seorang pasien penderita kanker payudara stadium lanjut dapat 
melewati kemoterapi tanpa efek yang menyiksanya dan kini dinyatakan sembuh 
setelah mengonsumsi keladi tikus (Typhonium flagelliforme)

Keladi tikus sebelumnya memang belum setenar herba lainnya seperi sambiloto, 
temu putih, temu lawak, dan mengkudu. Nama keladi tikus diambil dari nama asing 
Rodent Tuber yang lebih dulu terkenal di Malaysia. Untuk menemukan tanaman ini 
ternyata tidak sulit. Tanaman ini sejenis talas namun tingginya hanya 25 cm 
hingga 30 cm, termasuk tumbuhan semak menyukai tempat yang lembab dan tidak 
terkena matahari langsung. Tanaman berbatang basah ini banyak tumbuh di tempat 
terbuka pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.. Daun tunggalnya 
muncul dari umbi. Bentuk daunnya bulat dengan ujung meruncing berbentuk 
jantung. Warnanya hijau segar.

Umbi keladi tikus ini berbentuk bulat rata sebesar buah pala. Bagian dalam 
maupun luar umbi berwarna putih. Untuk perkembangbiakannya , bisa menggunakan 
umbinya atau anakan yang tumbuh dari umbi tersebut. Pada musim kemarau, 
batangnya menghilang. Sedangkan pada musim hujan, tumbuhan ini muncul lagi di 
atas permukaan tanah dari umbi yang terpendam di dalam tanah.

Mahkota bunganya berbentuk panjang kecil berwarna putih mirip dengan ekor 
tikus, dari sinilah nama keladi tikus di berikan. Namun ada beberapa jenis yang 
mempunyai kelopak bunga berwarna merah. Untuk jenis yang ini biasanya 
dikembangkan untuk tanaman hias hasil silangan.

Hingga saat ini belum banyak peneliti yang mengungkap khasiat keladi tikus 
terutama untuk penyakit kanker. Prof Dr Chris K.H. Teo, Dip Agric (M), BSc 
Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer 
Care Penang, Malaysia pada tahun 1995 meneliti tanaman ini, hasilnya ekstrak 
dari akar keladi tikus efektif untuk kanker prostat. Selain itu Lam Siew Hong 
peneliti dari USM menyebutkan bahwa terjadi peningkatkan aktivitas antibakteri 
dalam darah ikan lele. Lembaga perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu 
telah membantu ribuan pasien dari Malaysia, Amerika, Inggris, Australia, 
Selandia baru, Singapura, dan berbagai negara di dunia. Di Indonesia, tanaman 
ini pertama kali diperkenalkan oleh Patoppoi seorang pensiunan dari Departemen 
Pertanian.

Khasiat ramuan ini telah dirasakan oleh isterinya sendiri yang sangat tersiksa 
setelah menjalani kemoterapi, seakan dunia ini akan berakhir. Istri Patopoi 
menderita kanker payudara stadium Ill. Setelah mengonsumsi ramuan yang 
diberikan Prof Dr Chris K.H. Teo, efek kemoterapi tidak dirasakan sehebat dulu 
dan is dapat menjalani kemoterapi hingga 12 kali, dan kini wajahnya berseri.

Keladi tikus mengandung antineoplastik atau antikanker selain juga bisa 
berkhasiat sebagai antivirus. Efek farmakologi inilah yang menjadi obat utama 
untuk mengatasi kanker stadium lanjut. Bagian yang digunakan untuk pengobatan 
adalah keseluruhan dari tanaman tersebut. Mulai dari akar (umbi), batang, daun 
hingga bunga. Tentu saja, efek tersebut akan bertambah baik bila diberikan 
bersama-sama dengan tanaman lainnya, seperti sambiloto, rumput mutiara dan temu 
putih.

Ekstrak Typhonium flageffiforme clan bahan alami lainnya membantu detoxifikasi 
jaringan darah. Ramuan ini mengandung ribosome inacting protein (RIP), zat 
antioksidan dan zat antikurkumin. RIP berfungsi menonaktifkan perkembangan sel 
kanker, merontokkan sel kanker tanpa merusak jaringan sekitarnya dan memblokir 
pertumbuhan sel kanker. Zat antioksidan berfungsi mencegah terjadinya kerusakan 
gen. Sementara zat antikurkumin berfungsi sebagai antiinflamasi/ 
antiperadangan. Kombinasi bahan alami ini mengaktivasi dengan memproduksi 
mediator yang menstimulasi untuk menguatkan sel dari sistem kekebalan tubuh 
untuk bersamasama memberantas sel kanker. Di Cina tanaman ini di teliti oleh 
Zhong Z, Zhou G, Chen X, dan Huang P dari Guangxi Institute of Traditional 
Medical and Pharmaceutical Sciences, Nanning. Penelitian tersebut dilakukan 
untuk mengetahui efek farmakologis dari Typhonium flagelliforme. Diketahui 
bahwa ekstrak air dan alkohol dari Typhonium flagelliforme
 mempunyai efek mencegah batuk, menghilangkan dahak, antiasmatik, analgesik, 
antiinflamasi, dan bersifat sedatif. Pada konsentrasi 720 g/kg ekstrak air, 900 
g/kg ekstrak alkohol dan 3240 g/kg ekstrak ester tanaman ini dapat meracuni 
tubuh. MenurutAngela Riwu Kaho PhD, Ahli Kimia Natural peniliti zat anti tumor 
dari Ohio State University, ekstrak Typhonium flagelliforme memang mengandung 
zat anti kanker namun konsentrasinya lemah. Mengenai hasil penelitiannya pernah 
di publikasikan dalam jurnal Phytotheraphy Research pada bulan Mei 2001. Namun 
demikian ia juga tidak memungkiri ada pasien yang sembuh dengan mengonsumsi 
ramuan ini.

Berdasarkan hal inilah dr Setiawan Dalimartha menyarankan agar berhati-hati 
menggunakannya. "Jika tidak lihai mengolahnya dapat menyebabkan gatal-gatal 
pada tenggorokan. " Lebih lanjut ia menyarankan untuk pengobatan kanker 
sebaiknya tidak menggunakan ramuan tunggal.

Untuk pencegahan sebaiknya keladi tikus tidak dikonsumsi secara terusmenerus, 
hal ini dapat memperberat kerja hati, lever dan ginjal.

Sumber: Natural


JIKA ANDA MAU BERBAIK HATI TERHADAP SESAMA....TOLONG SEBARKAN INFORMASI INI....


Penyakit Kanker Sudah Tidak Berbahaya Lagi

Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesia dapat memiliki 
harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman "KELADI TIKUS" 
(Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman obat yang dapat 
menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan berbagai penyakit berat 
lain. Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya 
tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. "Tanaman ini sangat 
banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs.Patoppoi Pasau, orang pertama yang 
menemukan tanaman itu di Indonesia . Tanaman obat ini telah diteliti sejak 
tahun 1995 oleh Prof Dr Chris K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, 
PhD dari Universiti Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, 
Malaysia. Lembaga perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu 
ribuan pasien dari Malaysia , Amerika, Inggris , Australia , Selandia Baru, 
Singapura, dan berbagai negara di dunia. Di
 Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di Pekalongan, Jawa 
Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker payudara stadium III dan 
harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah kanker ganas tersebut diangkat melalui 
operasi, istri Patoppoi harus menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk 
membunuh sel, Red) untuk menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut. 
"Sebelum menjalani kemoterapi,dokter mengatakan agar kami menyiapkan wig 
(rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan kerontokan rambut, selain 
kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan," jelas Patoppoi. Selama mendampingi 
istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus berusaha mencari pengobatan 
alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan informasi mengenai penggunaan teh 
Lin Qi di Malaysia untuk mengobati kanker. "Saat itu juga saya langsung terbang 
ke Malaysiauntuk membeli teh tersebut," ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. 
Ketika sedang berada di sebuah toko obat di
 Malaysia , secara tidak sengaja dia melihat dan membaca buku mengenai 
pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan Dr Chris K.H. 
Teo terbitan 1996. "Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku 
tersebut. Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi, 
tapi langsung pulang ke Indonesia ," kenang Patoppoi sambil tersenyum. Di buku 
itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu. Berdasarkan 
pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat Departemen Pertanian ini 
langsung menyelidiki dan mencari tanaman tersebut. Setelah menghubungi beberapa 
koleganya di berbagai tempat, familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas 
menghubunginya. Ternyata, mereka menemukan tanaman itu di sana . Setelah 
mendapatkan tanaman tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. 
Teo di Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.
Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa tanaman 
tersebut memang benar Rodent Tuber. "Dr Teo mengatakan agar tidak ragu lagi 
untuk menggunakannya sebagai obat," lanjut Patoppoi. Akhirnya, dengan tekad 
bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai memproses tanaman tersebut 
sesuai dengan langkah-langkah pada buku tersebut untuk diminum sebagai obat. 
Kemudian Patoppoi menghubungi putranya, Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo 
untuk ikut mencarikan tanaman tersebut. "Setelah melihat ciri-ciri tanaman 
tersebut, saya mulai mencari di pinggir sungai depan rumah dan langsung saya 
dapatkan tanaman tersebut tumbuh liar di pinggir sungai," kata Boni yang 
mendampingi ayahnya saat itu. Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri 
Patoppoi mengalami penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. 
Rambutnya berhenti rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. "Bahkan 
nafsu makan ibu saya pun kembali normal," lanjut Boni.
 Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani 
pemeriksaan kankernya. "Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh mengejutkan 
kami dan dokter-dokter di Jakarta ," kata Patoppoi. Para dokter itu kemudian 
menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada isterinya.. "Malah mereka 
ragu, apakah mereka telah salah memberikan dosis kemoterapi kepada kami," 
lanjut Patoppoi. Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para 
dokter pun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar mengembangkannya. 
Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak mengalami efek samping kemoterapi 
yang sangat keras tersebut. Dan pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali 
diundur menjadi enam bulan sekali."Tetapi karena sesuatu hal, para dokter 
tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan tanaman sebagai 
pengobatan alternatif," sambung Boni sambil tertawa.

Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan keadaan 
isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi Dr.Teo melalui 
fax untukmenginformasik an bahwa tanaman tersebut banyak terdapat di Jawa dan 
mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di Indonesia.. 
Kemudian Dr . Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahu apa yang 
harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," sambung Patoppoi. Meskipun 
Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan dalam bahasa Indonesiadan 
disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkan agar kedua belah pihak 
bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha nyata membantu penderita kanker di 
Indonesia.

Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis mengenai 
meninggalnya Wing Wiryanto, salah satu wartawan handal Jawa Pos,Patoppoi sempat 
tercengang. Data-data rinci mengenai gejala, penderitaan, pengobatan yang 
diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan salah satu pengalaman pengobatan 
penderita kanker usus yang dijelaskan di buku tersebut. Dan eksperimen 
pengobatan tersebut berhasil menyembuhkan pasien tersebut. "Lalu saya langsung 
menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos," ujar Boni. Dan tanggapan yang 
diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam sehari, bisa sekitar 30 telepon 
yang masuk. "Sampai saat ini, sudah ada sekitar 300 orang yang datang ke sini," 
lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH. Khamdani, Buduran Sidoarjo. Pasien 
pertama yang berhasil adalah penderita Kanker Mulut Rahim stadium dini. Setelah 
diperiksa, dokter mengatakan harus dioperasi.. Tetapi karena belum memiliki 
biaya dan sambil menunggu rumahnya laku dijual untuk
 biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos. Setelah diberi tanaman 
dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasien tersebut datang lagi dan 
melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi, karena hasil pemeriksaan mengatakan 
negatif.

Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoi berusaha 
untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan Direktur Jenderal 
Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno, Patoppoi dapat 
menemui Dr. Teo di Penang , Malaysia . Di kantor Pusat Cancer Care Penang, 
Malaysia , Patoppoi mendapat penerangan lebih lanjut mengenai riset tanaman 
yang saat ditemukan memiliki nama Indonesia . Ternyata saat Patoppoi mendapat 
buku "Cancer, Yet They Live" edisi revisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di 
masukkan dalam buku tersebut, serta pengalaman isterinya dalam usahanya 
berperang melawan kanker. Dari pembicaraan mereka, Dr.. Teo merekomendasi agar 
Patoppoi mendirikan perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya . Maka 
secara resmi, Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial 
Cancer Care Indonesia , yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer Care, 
yaitu di Jl. Kayu Putih 4 No. 5, Jakarta , telp.
 021-4894745, dan di Buduran, Sidoarjo. Cancer Care Malaysiatelah mengembangkan 
bentuk pengobatan tersebut secara lebih canggih. Mereka telah memproduksi 
ekstrak Keladi Tikus dalam bentuk pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan 
berbagai tananaman lainnya dengan dosis tertentu. "Dosis yang diperlukan 
tergantung penyakit yang diderita," kata Boni. Untuk mendapatkan obat tersebut, 
penderita harus mengisi formulir yang menanyakan keadaan dan gejala penderita 
dan akan dikirimkan melalui fax ke Dr. Teo. "Formulir tersebut dapat diisi 
disini, dan akan kami fax-kan. Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan 
resep sekaligus obatnya, dengan harga langsung dari Malaysia , sekitar 40-60 
Ringgit Malaysia ," lanjut Boni. " Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan 
obat, kami tidak menarik keuntungan, malahan untuk yang kurang mampu, Dr.Teo 
bisa memberikan perpanjangan waktu pembayaran. " tambahnya. Sebenarnya 
pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba
 oleh salah satu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap kanker 
ginjal. Adadua pasien yang sedang dirawat dokter yang pernah menjabat sebagai 
direktur salah satu rumah sakit terbesar di Surabayaini. Pasien pertama yang 
mengidap kanker rahim tidak sempat diberi pengobatan dengan keladi tikus, 
karena telah ditangani oleh rekan-rekan dokter yang telah memiliki reputasi. 
Setelah menjalani kemoterapi dan radiologi, pasien tersebut mengalami 
kerontokan rambut, kulit rusak dan gatal, dan selalu muntah. Tetapi pada pasien 
kedua yang mengidap kanker ginjal, dokter ini menanganinya sendiri dan juga 
memberikan pil keladi tikus untuk membantu proses penyembuhan kemoterapi.
Pada pasien kedua ini, tidak ditemui berbagai efek yang dialami penderita 
pertama, bahkan pasien tersebut kelihatan normal. Tetapi dokter ini menolak 
untuk diekspos karena menurutnya, pengobatan ini belum resmi diteliti di 
Indonesia . Menurutnya, jika rekan-rekannya mengetahui bahwa dia memakai 
pengobatan alternatif, mereka akan memberikan predikat sebagai "ter-kun" atau 
dokter-dukun. "Disinilah gap yang terbuka antara pengobatan konvensional dan 
modern," kata dokter tersebut. Banyak hal menarik yang dialami Boni selama 
menerima dan memberikan bantuan kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu 
berat putaw dan sabu-sabu di Surabaya , yang pada akhirnya pecandu tersebut 
mendapat kanker paru-paru. Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III, 
pasien tersebut mengkonsumsi pil dan teh dari Cancer Care. Hasilnya cukup 
mengejutkan, karena ternyata obat tersebut dapat mengeluarkan racun narkoba 
dari peredaran darah penderita dan mengatasi ketergantungan
 pada narkoba tersebut. "Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir racun 
dengan keladi tikus, dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena pasti akan 
timbul resistensi. Jadi jangan seperti kebo, habis mandi berkubang lagi," 
sambung Boni sambil tertawa.
Juga ada pengalaman pasien yang meraung-raung kesakitan akibat serangan kanker 
yang menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah tidak mempan lagi. 
Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa saat kemudian pasien tersebut 
tenang dan tidak lagi merasa kesakitan. Menurut data Cancer Care Malaysia, 
berbagai penyakit yang telah disembuhkan adalah berbagai kanker dan penyakit 
berat seperti kanker payudara, paru-paru, usus besar-rectum, liver, prostat, 
ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa, leukemia, empedu, 
pankreas, dan hepatitis.

Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan milyaran Ringgit 
Malaysia selama 5 tahun dapat benar-benar berguna bagi dunia kesehatan. Bagi 
teman-teman yang memerlukan informasi lebih lanjut sehubungan dengan artikel 
"Obat Kanker" bisa menghubungi perwakilan lembaga sosial "Cancer Care Indonesia 
" beralamat di Jl. Kayu Putih 4 no.5 Jakarta , telp : 021-4894745,


--

Posting oleh  forum - grantung  ke  FORUM - GRANTUNG  pada  11/15/2008 04:38:00 
PM























      
___________________________________________________________________________
Nama baru untuk Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke