kayaknya itu cuman gorengan majalah aja bu, wong di thailand sekarang demam 
anthurium, kita import sanse dari sana. di thai harganya ngga gila-gilaan kyk 
disini paling puluhan ribu. paling mahal yg gede banget itu 700 rb. itu kl 
disini dijual belasan juta.  pantes aja thailand bisa kaya, wong kita aja 
dieprbodoh sama importir gede. 

salam duniaflora

--- On Fri, 5/23/08, Lies Sudianti <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Lies Sudianti <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Fwd: [agromania] Sansevieria di Puncak Takhta
To: "theprofec" <[EMAIL PROTECTED]>, [EMAIL PROTECTED], 
agromania@yahoogroups.com
Date: Friday, May 23, 2008, 6:34 AM

Bagi rekan rekan yang hobby memelihara tanaman Sansevieria, info berikut ini
sangat informatif , ternyata langkah awal saya untuk menekuni bisnis tanaman
sansevieria khusus untuk indoor sudah di jalur yang benar.

Dalam minggu ini saja saya sudah mampu menjual beberapa pot sansevieria mini
yang saya desain untuk di meja kerja, jenis yang digunakan tidak mahal
karena yang ditekankan di sini justru fungsinya sebagai anti radiasi dan
juga polusi jadi cocok buat diletakkan di meja kerja ataupun meja rapat,
murah meriah tapi cukup menarik dan bermanfaat buat kesehatan.

Cuma saya mengalami kesulitan mencari pot mini di tempat umum hanya bisa
diketemukan di pameran tanaman saja, apa ada yang bisa bantu informasi pot
keramik segi lima tapi komposisi tingginya lebih dari lebarnya  karena yang
umum bentuknya melebar.

Ternyata benar juga kata sahabat saya bahwa hobby yang dijalani dengan
serius bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan dan saya sedang
menjalaninya saat ini.

Salam epos,
Lies Sudianti
---------- Forwarded message ----------
From: {sAm} <[EMAIL PROTECTED]>
Date: May 18, 2008 5:27 PM
Subject: [agromania] Sansevieria di Puncak Takhta
To: "agromania@yahoogroups.com" <agromania@yahoogroups.com>
Cc: "[EMAIL PROTECTED]"
<[EMAIL PROTECTED]>



Sansevieria di Puncak Takhta

Dua puluh kotak styrofoam 40 cm x 30 cm x 6 cm berjajar dalam greenhouse
seukuran 2 kali meja pingpong. Di atas kotak terdapat potongan daun
patens, downsii, kirkii, dan pinguicula yang dialasi sekam. Begitulah cara
Andy Solviano Fajar memperbanyak sansevieria untuk memenuhi tingginya
permintaan. Dalam 3 bulan terakhir, ia memasarkan 200 pot terdiri atas 4�5
daun. Dari perniagaan itulah, pekebun di Gondangrejo, Karanganyar, Jawa
Tengah, itu meraup omzet Rp25-juta per bulan.

Dua ratus pot yang terjual terdiri atas 50 pot patens, 75 pot downsii, 25
pot pinguicula, dan 50 pot kirkii. Bibit yang dijual berumur 5�6 bulan,
seukuran kunci sepeda motor. 'Memang masih kecil, sebab baru dipisah sudah
langsung dipesan,' katanya. Konsumennya pedagang di seputaran Solo,
Yogyakarta, dan Blitar. Omzet Andy lebih besar jika memperhitungkan
penjualan 20 pot ehrenbergii, pinguicula, dan patens dewasa seharga
Rp750-ribu桼p2,5-juta per pot. Pundi-pundi ayah 1 anak itu menebal pada
awal tahun karena permintaan bibit melonjak 100% ketimbang penghujung 2007.

Andi memperbanyak sansevieria sejak 1,5 tahun silam. Itu dimulai dari
keberaniannya mencacah daun kirkii berukuran 10 cm x 20 cm menjadi 5 cm x
5 cm. Perbanyakan itu sukses. Oleh karena itu ia menerapkannya pada
spesies lain seperti patens, downsii, dan rorida yang berdaun tebal. Total
jenderal diperoleh 3.500 anakan. Saat wartawan Trubus Nesia Artdiyasa,
mampir ke kebunnya pada Februari 2008, bibit yang tersisa hanya pinguicula
75 pot, rorida 35, dan kirkii 40.

Untuk memenuhi tingginya permintaan, Andy menambah indukan baru. Ia
membeli malawi 5 daun seharga Rp2-juta dan mencincangnya menjadi 15
potong. Dua desertii masing-masing 2 daun seharga Rp750-ribu dipecah
menjadi 15 potong. Jebolan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada itu
juga memborong 6 pot patens terdiri atas 7 daun. Tanaman seharga
Rp250-ribu桼p750-ribu itu lalu dicacah menjadi 100. 'Itu untuk persiapan
penjualan 5 bulan ke depan,' kata pemilik nurseri Sekar Jagad itu.
Rezeki nomplok

Berkah sansevieria pun dirasakan Franky Tjokrosaputro, presiden direktur
PT Bumi Teknokultura Unggul, di Jakarta. Selama 11 hari pameran di Trubus
Agro Expo 2008 di Parkir Timur Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Pusat,
Franky sukses menjual 200 pot Sansevieria cylindrica 'patula' dan S.
cylindrica 'bintang.' Dengan harga tanaman berukuran 10 cm Rp50.000, ia
memperoleh pendapatan minimal Rp10-juta. Itu belum termasuk penjualan
masoniana congo dan silver.

Menurut Franky nominal itu tak terduga sebelumnya. Pasalnya, cylindrica
yang dikebunkan sejak 2005 untuk pasar ekspor. 'Saya menyiapkan untuk
ekspor pada pertengahan 2008. Ternyata sejak awal tahun pasar lokal bisa
menyerap. Itu benar-benar rezeki nomplok,' kata kelahiran Solo 31 tahun
silam itu.

Di Medan, Sumatera Utara, Poppy Anggraeni, pun ketiban rezeki sansevieria.
Pemilik nurseri Ivanna itu meraup omzet Rp75-juta selama berpameran di
Jakarta pada awal Maret 2008. Itu penjualan 300 pot Sansevieria fischerii,
ehrenbergii, gold flame, dan pinguicula. Bedanya, 50% penjualan Poppy
berasal dari hasil perbanyakan di halaman rumah. Sisanya didatangkan
langsung dari negeri Siam. 'Yang ukuran 20 cm ke bawah hasil anakan
sendiri. Yang besar diimpor,' kata pengusaha rumah makan itu.
Kian berkibar

Bukan tanpa sebab 3 pekebun itu mendulang rupiah dari si tanaman ular.
'Tren sansevieria kian menggila,' kata Purbo Djojokusumo, pemain
tanaman
hias yang malang melintang selama 15 tahun itu. Mantan dokter di rumah
sakit di Jakarta itu merujuk pada peningkatan permintaan lidah mertua yang
melonjak 4 kali lipat sejak sebulan terakhir. Sebelumnya Purbo hanya
sanggup menjual 10�20 pot per bulan. Pada Februari 2008 ia kelimpungan
melayani permintaan 200 pot kirkii brown.

Harga sansevieria pun terus meroket. Sebut saja kirkii brown yang 2�3
bulan lalu hanya Rp100-ribu per daun, kini menjadi Rp250-ribu. Kirkii
silver blue berukuran 20 cm yang semula Rp1-juta per daun naik 10 kali
lipat Rp10-juta. Pada Januari 2008, bibit patens 4�5 daun ukuran 5 cm
dibanderol Rp100-ribu per tanaman di tingkat pekebun. Spesies itu kini
beredar dengan kisaran harga Rp175-ribu桼p220-ribu di tingkat pekebun dan
importir. 'Itu karena permintaan meningkat, tapi stok lambat
bertambah,'
kata Edi Sebayang, kolektor di Tangerang.

Menurut Drs Seta Gunawan, ketua paguyuban sansevieria di Yogyakarta, 3
pemicu tren sansevieria sejak 2 bulan terakhir adalah publikasi media,
permintaan tinggi, dan pertambahan pemain. Willy Purnawanto SE dari
Masyarakat Sansevieria Indonesia (MSI) di Yogyakarta menambahkan alasan
lain. 'Momentum tren yang sangat tepat. Saat tren di Indonesia, komunitas
serupa di mancanegara sedang tumbuh,' katanya. Menurut Willy, tren
bersamaan itu membuat komunikasi antarpemain tak terbatas di wilayah
domestik. Namun, mendunia mulai Thailand dan Filipina hingga ke Eropa dan
Amerika Serikat.
Tren mancanegara

Pendapat Willy itu disepakati Ruangwit di Thailand. Menurutnya tren
sansevieria di negeri Gajah Putih itu baru berlangsung setahun. 'Tren
dipicu terbitnya buku sansevieria karya Pramote Rojruangsang tahun lalu,'
kata Ruangwit kepada 2 wartawan Trubus Andretha Helmina dan Nesia
Artdiyasa. Ia berburu lidah mertua ke Eropa, Amerika, dan Filipina melalui
dunia maya. Hasilnya vernwood, ehrenbergii, koko, kirkii, dan erythraeae.

Menurut Bunlue Lodwan, presiden Thailand Sansevieria Club (TSC), 'Sejak 6
bulan terakhir permintaan menggila,' katanya. Bunlue yang sebelumnya
meneruskan usaha sang ayah yang mengebunkan adenium banting setir ke
sansevieria. Menurutnya lidah mertua itu diburu distributor dan kolektor
dari Thailand, Jepang, dan Indonesia. Selama 6 bulan terakhir pria berusia
25 tahun itu meraup omzet hingga 300.000 bath setara Rp75-juta桼p90-juta.

Permintaan bertubi-tubi itu menyebabkan harga di Thailand pada Maret 2008
naik 50�100% ketimbang Januari 2008. Pemasok Bunlue dari Filipina dan
Amerika pun menaikkan harga. Di negeri Arroyo dan Bush itu harga naik
hingga 20�30% dibanding 2�3 bulan sebelumnya.

Di Thailand saat ini tercatat 120 nurseri sansevieria. 'Sebelumnya mereka
bermain adenium, aglaonema, puring, atau keladi. Kini mereka serius
memperbanyak sansevieria,' kata Pramote Rojruangsang.

Sebuah komunitas di dunia maya pun menggambarkan tren sansevieria.
Sebanyak 600 anggota dari berbagai negara bergabung. Sebut saja Perancis,
Jerman, Jepang, Vietnam, India, dan Indonesia. Pada pertengahan 2007
sempat beredar kabar komunitas itu mati suri. Namun, pada penghujung 2007
dan awal 2008, interaksi antarhobiis mancanegara itu bergairah kembali.
Dari kontak personal itu laju ekspor-impor antarbenua kerap berlangsung
dengan volume beragam.
Pemain baru

Di tanahair juga bermunculan pemain baru. Di Yogyakarta, ada M Burhan,
pemilik nurseri Bullion 99. Sejak 4 bulan silam pemilik perusahaan valas
itu berburu lidah mertua di seputaran Kota Gudeg. Namun, sejak awal tahun
ia mendatangkan 200 pot horwood, robusta, hallii, dan patens dari
Filipina. Pada Februari setengah stok yang dimiliknya ludes diburu hobiis.
Di Solo ada Boy Olifu Gea; di Wonosobo, Belly Rudianto; dan di Blora, Dedy
Dwi P.

Di luar Jawa Tengah dan Yogyakarta pun banyak pemain tanaman hias yang
melirik sansevieria. Contohnya Handry Chuhairy di Tangerang. Pemilik
nurseri Hans Garden itu semula terkenal dengan adenium, pachypodium, dan
aglaonemanya. Belakangan Trubus kerap memergoki manajer pasar swalayan itu
berburu sansevieria dan berkompetisi di arena kontes. Di Palu, Sulawesi
Tengah ada Yusmangun梜olektor aglaonema dan adenium梱ang kepincut
kecantikan lidah naga. Menurut Poppy, di Gorontalo, kini terdapat 3�4
nurseri yang mulai menjajakan sansevieria.

Gairah para pemain baru itu semakin terwadahi karena ajang kontes kian
sering digelar. 'Dulu kontes sering digelar, tapi peserta minim. Kini
sebulan bisa 2 kali, dengan peserta membeludak,' kata Sudjianto, juri
kontes sansevieria asal Wonosobo, Jawa Tengah. Kontes yang digelar Trubus
pada awal Maret 2008 tercatat 86 peserta; di Wonosobo, 110 peserta.
Bandingkan dengan peserta kontes pada 2007 yang rata-rata hanya diikuti 30�
50 peserta.
Risiko tinggi

################ AGROMANIA ##################

Mau Daftar ABC (Agromania Business Club) ?
Segera kirim email ke [EMAIL PROTECTED] <infokita2%40yahoo.co.id>..

AGROMANIA (online sejak 1 Agustus 2000)
SMS AGROMANIA: 0 8 1 1 1 8 5 9 2 9
EMAIL: [EMAIL PROTECTED] <infokita2%40yahoo.co.id>.
MILIS: http://groups.yahoo.com/group/agromania
AKTIVITAS: http://ph.groups.yahoo.com/group/agromania/photos
REFERENSI: http://groups.yahoo.com/group/agromania/files/
ALAMAT: Jl.Jambu No.53, Pejaten Barat 2, Jaksel 12510
BERGABUNG: http://groups.yahoo.com/subscribe/agromania

################ AGROMANIA ##################

Peluang di pasar sansevieria bukannya tanpa risiko. Mamay Komarsana, di
Cipanas, Cianjur, hanya bisa mengelus dada saat kebun laurentii untuk
ekspor ke Korea musnah diserang penyakit Erwinia sp pada 2003. 'Modal
Rp20-juta raib tak kembali. Saya kapok kebunkan lidah mertua berdaun
tipis,' kata mantan pegawai pabrik kabel itu.

Hamid Mahmud Baraja, eksportir di Malang, Jawa Timur, pun mengeluhkan
omzet yang diraup dari pasar ekspor menurun drastis. Ia mencontohkan harga
laurentii yang semula Rp20.000 merosot menjadi Rp10.000 per tanaman.
Menurut Hamid, gempuran penyakit sulit diatasi, sehingga biaya produksi
melambung. 'Lebih besar pasak daripada tiang,' ujarnya.

Di Puncak, Bogor, ada Samsudin, yang kebingungan melepas 1.000 superba.
'Saya pikir jenis ini bakal diburu pascalaurentii, ternyata tak ada yang
mau,' kata pria berkacamata itu. Lantaran tak laku, superba itu dibiarkan
tak terawat. Belakangan Samsudin memusnahkan 3.000 superba, hahnii, dan
laurentii yang terserang bakteri.

Sejatinya, tak hanya lidah mertua berdaun tipis yang berisiko tinggi.
Menurut Andy banyak pekebun di Solo yang mencacah daun kirkii, giant, dan
rorida, gagal. Ketiganya termasuk lidah jin berdaun tebal. 'Bagi yang
belum berpengalaman, tingkat kematian tinggi. Bisa di atas 60%,' katanya.
Itulah sebabnya banyak pekebun yang Trubus sambangi takut mencacah daun si
lidah naga.
Peluang ekspor

Namun, jika berbagai hambatan teratasi, pasar menanti pasokan sansevieria.
Tak melulu pasar domestik yang terbuka, tapi juga ekspor. Franky
Tjokrosaputro, mendapat permintaan 3�5 kontainer Sansevieria cylindrica
'patula' per bulan dari Belanda pada awal tahun ini. Satu kontainer 40
feet menampung 20.000�30.000 pot patula berukuran 40�50 cm. Permintaan
dengan volume setara muncul dari 3�4 pembeli di Korea dan Jepang. 'Dua
negara yang disebut terakhir baru penjajakan,' katanya.

Franky akan memenuhi permintaan itu pada Juni桱uli 2008. 'Stok patula di
kebun kita baru 100.000 tanaman. Kami masih menunggu panen plasma di
Tangerang dan Kebumen,' katanya. Franky bermitra dengan pekebun di Kebumen
dan Tangerang. Kepada mereka, ia memberikan masing-masing 20.000 bibit dan
10.000 bibit. Targetnya 1-juta tanaman per tahun pada 2009�2010 dari lahan
5 ha dan para plasma.

Benarkah peluang ekspor itu realistis? Menurut Hamid peluang ekspor segala
macam tanaman hias梩ermasuk sansevieria梩erbentang luas. 'Asal sanggup
memasok rutin 3 kontainer per bulan, negara-negara di Eropa siap
menampung,' kata mantan pengusaha pasta gigi itu. Setelah mengirim sampel,
Korea Selatan minta pasokan 3 kontainer Australia black sword . Kini ia
baru mengebunkan jenis itu itu di lahan 1 ha.

Menurut Hamid, pekebun yang membidik pasar ekspor mesti siap menjual
dengan harga partai. 'Biasanya harga lebih rendah, tapi volume tinggi.
Sistem kerjanya sudah skala komersial seperti di pabrik-pabrik,' ujarnya.
Prediksi

Sampai kapan pasar sanggup menyerap sansevieria? Iwan Hendrayanta, ketua
Perhimpunan Florikultura Indonesia, menyebutkan tren sansevieria bakal
langgeng di tanahair. 'Sansevieria sudah diterima masyarakat
Indonesia,'
katanya. Menurut Iwan grafik tren sansevieria seperti gelombang
transversal (naik dan turun, tapi sebetulnya ajek, red). Oleh karena itu
sansevieria berpeluang sebagai tanaman sela. Saat tanaman hias lain
booming, sansevieria seolah turun. Namun, begitu komoditas itu mulai
turun, maka sansevieria berperan sebagai tanaman alternatif yang diburu.

Purbo menuturkan pada triwulan ketiga 2008, sansevieria bakal menjadi
tanaman yang paling diburu di seluruh dunia. 'Masa itu sansevieria seperti
di puncak takhta. Harga bisa meroket 20 kali lipat karena pemintaan dan
ketersediaan tak seimbang,' katanya. Namun, ia memberi peringatan tren
harga bisa terjun bebas pada triwulan ketiga 2009. Musababnya, pekebun di
Thailand mulai getol memperbanyak sansevieria.

Pekebun Thailand sudah berhasil memperbanyak sansevieria dengan teknik
cacah yang lebih unggul. 'Tingkat keberhasilan mereka mencapai 100%.
Pekebun di Indonesia paling 50%,' ujar Purbo. Dipastikan, dalam 2 tahun
hasil perbanyakan itu siap membanjiri pasar Indonesia.

Edi Sebayang memprediksi tren sansevieria bakal lebih panjang ketimbang
adenium yang telah berlangsung 8 tahun. Itu karena perbanyakan dan
pertumbuhan lidah jin lebih lambat, tapi berlimpah spesies dan varian.
Lantaran itu, Edi mendatangkan 400 patens berumur 1 tahun dari Filipina.
Hamparan patens itu kini bisa dilihat di halaman rumahnya.

Soeroso Soemopawiro juga sangat yakin, umur sansevieria bakal panjang
karena merujuk ke Negeri Matahari. Menurutnya gembar-gembor sansevieria
sebagai antipolutan membuat pemerintah Jepang menganjurkan warganya
memelihara lidah naga di setiap rumah. Minat serupa bukan tak mungkin
berlaku di tanahair.

Optimisme itulah yang kini dirasakan Andy, Franky, dan Poppy. Bagi mereka
perbanyakan satu-satunya jalan meraup untung. 'Thailand sanggup menjual
tanaman dengan harga realistis, kenapa kita tak bisa,' kata Andy. Bagi
Franky harga ekspor yang tak sebaik lokal disiasati dengan peningkatan
volume dan pemilihan jenis bandel. (Destika Cahyana/Peliput: Andretha,
Argohartono, Dian AS, Imam, Kiki, Lastioro, Nesia, Rosy, dan Vina)

http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=1&artid=1231

Using Opera's revolutionary e-mail client
http://adijundi.blogspot.com/



[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

DAFTAR JADI ANGGOTA MILIS AGROMANIA:
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Posting Pesan: agromania@yahoogroups.com
Kontak Moderator: [EMAIL PROTECTED]
SMS Moderator: 0811-18-5929

TIPS PENCARIAN DI GOOGLE:  daftar alamat pembeli agrobisnis / agribisnis,
daftar alamat penjual dan pembeli Indonesia dan mancanegara, diskusi dan teori
agribisnis, cara melakukan ekspor, buah-buahan, sayur-sayuran, ternak, kebun,
taman, tanaman, tanaman obat (herbal), mesin pengolahan, mesin pertanian,
makanan, minuman, ikan hias, hutan, pupuk, ikan, ikan laut, benih, biji,
kacang-kacangan, daging, rempah-rempah, budidaya, hidroponik, hortikultura,
sapi, ayam, burung, kambing, sawit, minyak sawit, bonsai, walet, anggrek,
minyak atsiri, udang, kayu, lada, vanili, kopi, coklat, kacang, nilam, markisa,
durian, lebah madu, pisang, bekicot, salak, ubi kayu, jagung, karet, eksportir /
importir, penjual / pembeli, waralabais (pengusaha waralaba), produsen,
wiraswasta, petani, informasi jasa, iklan produk agribisnis, informasi lowongan
bidang agrobisnis, forum diskusi, konsultasi, daftar alamat, informasi harga,
pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, agroindustri, agro
indonesia.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/agromania/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/agromania/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke